Ada rasa?

125 27 4
                                    

"Dih sejak kapan gue jadi suami ketiga lo?" tanya Attariq dengan tatapan kesal, sementara Annabell juga tak ingin kalah dari Attariq.

"Dih siapa yang ngomongin elu? Ngarep banget lo dideketin Sasa?" tanya Annabell balik dengan muka menyebalkan khasnya. Attariq yang melihat itu ingin sekali menumpahkan semua kuah bakso yang berada di meja mereka saat ini.

"Heh boneka santet! Sana kek lo ngapain nempel-nempel Devan, sono ah!" ucap Attariq sambil memisahkan tempat duduk Annabell dan Devan yang memang berdekatan.

Devan yang menjadi korban antara Annabell dan Attariq pun hanya bisa menyingkir sedikit sambil menatap Sasa yang juga bingung. Attariq tidak pernah membawa teman perempuan selama ini, setelah ia putus dengan Asta. Bahkan saat ada perempuan yang mau bergabung, Attariq biasanya langsung menyingkir alias pergi dari kantin karena malas.

Bedanya dia malah mengajak Sasa, bukan dalam konteks dikerjai. Walaupun hidup Attariq penuh bercanda, Devan dan yang lainnya tahu bahwa saat ini semua itu kemauan Attariq bukannya iseng.

"Lo udah berapa lama kenal sama Attariq?" tanya Devan langsung pada Sasa yang tadinya menatap ke arah mangkok bakso yang ia makan.

"Eh?" Sasa menatap Devan bingung, takut bukan dirinya yang diajak bicara.

"Iya, gue ngomong sama lo, lo sejak kapan kenal sama Attariq?" tanya Devan lagi, terkesan judes dan jutek dimata Sasa.

"Baru Kak," jawab Sasa pelan, pasalnya dia sudah ciut terlebih dahulu mendengar intonasi Devan.

"Santai ngapa, Van," Aidan menatap Devan yang sudah seperti ingin menerkam Sasa karena gadis ini sudah berani-beraninya duduk di dekat mereka.

"Lagian, udah hebat banget lo duduk bareng kita?" tanya Devan sewot. Awalnya Attariq dan Annabell sedang cekcok, mendengar perkataan Devan yang tak enak Attariq langsung berhenti.

"Lo ada masalah?" tanya Attariq langsung saat melihat Sasa yang sudah ingin menangis.

Devan menatap Attariq yang juga menatapnya dingin. Suasana di meja kantin itu mendingin, bahkan Annabell saja ikutan diam. Padahal tadi Annabell dan Attariq sedang meributkan betapa tebalnya bedak yang Annabell pakai.

"Enggak, gue cuma nanya doang sama dia. Santai aja kali," jawab Devan santai sambil menyingkir dari hadapan Attariq dan menarik Annabell.

Attariq menatap Devan yang berlalu dengan tatapan bingung. Apa yang Terjadi dengan Devan? Bahkan Attariq saja tidak mengetahuinya.

"Dia kenap?" tanya Attariq pada kedua temannya yang juga bingung.

"Annabell beneran berguru sama dukun santet nih kayanya," kata Aidan yang tak percaya melihat genggaman tangan Devan pada tangan Annabell.

Bahkan bukan hanya Aidan saja, semua orang yang melihatnya. Annabell yang ditarik pun kesenangan tentu saja, dia menjadi pusat perhatian. Dia juga secara tidak langsung diakui sebagai pacar Devan, oleh Devan sendiri.

"Kalo gitu gue pergi," kata Sasa sambil beranjak dari kursinya dan pergi berlalu dengan cepat tanpa bisa Attariq tahan.

"Ah anjir! Devan nih, padahal gue mau ngenalin Sasa ke kalian!" protes Aidan yang tidak jadi mengenali Sasa kepada ketiga temannya.

"Lo ngapain juga ngenalin Sasa ke kita? Emang lo udah bisa ngelupain Asta?" tanya Aidan songong. Attariq tentu saja cemberut, kenapa harus membawa nama Asta pula.

"Dih ngapain lo ngebawa-bawa nama dia?" tanya Attariq kesal.

"Karena lo udah hampir dua tahun enggak bisa move on, terus sekarang gue harus percaya lo suka sama Sasa?" tanya Aidan balik dengan tatapan tak percayanya. Attariq begitu putus asanya kah karena tidak bisa move on dari Asta?

"Heh! Gue enggak bilang gue suka sama Sasa kan? Gue cuma mau ngenalin dia doang Aidanjing!" maki Attariq sambil berlalu meninggalkan Aidan yang menganga karena makian Attariq padanya.

"WOI MONYET! GUE ABISIN PUDDING LO DI RUMAH, MAKAN TU TEMPAT KOSONG!" teriak Aidan penuh dengan emosi yang menggebu-gebu.

Lihat saja Attariq, pudding vanillanya akan Aidan makan dan Aidan bagikan pada kucing depan komplek! Itu sudah menjadi tekat bulat Aidan saat ini.

"Sabar Dan, kamu kalau lagi marah jelek soalnya. Sakit mata saya," celetuk Rajidan yang membuat Aidan makin mengembang-ngempiskan hidungnya karena marah.

"Kenapa sih temen gue engga normal semua!" pekiknya sambil berlalu meninggalkan Rajidan yang malah tertawa.

"Maafin teman saya ya, teman-teman. Obatnya telat diminum, jadinya agak error," kata Rajidan pada semua orang yang menatap dirinya dan Aidan.

Ia pun akhirnya berlalu menuju keras, untung saja mereka berkelahi saat semua makanan sudah habis. Rajidan tanpa beban kembali ke kelasnya, tak ada yang menghentikannya.

Bahkan Rajidan tak jadi menjumpai Tiffani, sekarang sudah lama sekali Rajidan tidak menemui gadis yang spesial dihatinya itu. Entah apa kabarnya karena mereka memang tidak berkomunikasi sama sekali.

Rajidan menjaga jarak dari Tiffani, bahkan Tiffani pun melakukan hal yang sama. Mereka menjauh namun tak mau berpisah, itulah keadaan mereka saat ini. Bahkan alasan mereka untuk menjauh satu sama lain benar-benar tidak ada.

***

Sementara di sisi Devan dan Annabell, Devan menatap Annabell dengan tatapan dingin. Seperti biasa, Devan memang spesialis kulkas yang tidak pernah mati listrik. Selalu dingin dan fresh.

"Lo bisa enggak sih narik gue itu pakai hati?" tanya Annabell sebal.

"Lo mau gue pakai hati? Bisa nanggung efeknya?" tanya Devan balik sambil tersenyum sinis.

Annabell tertawa garing, ia menyeringai sambil menatap Devan tak kalah dingin.

"Lo sepercaya diri itu ngerasa ganteng dan bisa ngebaperin gue?"

The somvlak 2Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ