Masalah

12.3K 1.5K 171
                                    

Mereka bertiga sedang asyik-asyiknya bermain bersama di kantin, belum ada yang memutuskan untuk memesan apa. Mengingat Devan sama sekali belum menunjukkan batang hidungnya sama sekali. Attariq pun sesekali celingukkan, ada yang dicarinya selama ini.

"Lo ngapain sih? Salah tidur?" tanya Aidan pada Attariq yang celingukan.

"Kaga," jawab Attariq langsung menarik kepalanya. Tak lama Annabell datang dengan wajah sumringah dan tengil khasnya.

"Halo suami kedua ketiga keempat Annabell...." pekiknya girang dan duduk di samping Attariq yang masih kosong. Sedangkan di depan mereka ada Aidan dan Rajidan yang menatap Annabell dengan tatapan yang tak bisa digambarkan lagi.

"Devan mana?" tanya Attariq penuh dengan kecurigaan.

"Jangan-jangan lo iket di gudang ya?" timpal Aidan yang menatap Annabell dengan tatapan tajam dan menyelidik.

"Astagfirullah, kamu apain teman saya, Annabell?" timpal Rajidan lagi yang mengusap dadanya tak percaya tindakan bar-bar pacar kontrak Devan ini.

"Suami kedua ketiga keempat kok suudzon sama Annabell sih? Tuh Devan lagi jalan ke sini. Tuh lihat, jalannya penuh cinta pula. Pasti mau nyamperin gue kan?" tanya Annabell dengan muka tengilnya yang membuat Attariq, Aidan dan Rajidan menggelengkan kepala mereka.

"Halo sayang!" pekik Annabell langsung menarik Devan untuk mendekat ke arahnya, secara ajaib Devan malah mengikuti instruksi tangan Annabell dengan duduk kalem tanpa ekspresi apa pun.

"Wah, pasangan suami istri udah mulai serasi nih," ledek Aidan yang melihat Devan dan Annabell bersama-sama duduk dalam diam.

"Oh iya dong, kan kita emang ditakdirkan untuk menjadi pacar. Iya kan Devan?" tanya Annabell sambil memegang tangan Devan dengan erat. Devan melihatnya dengan tatapan datar, sementara ketiga temannya sudah batuk-batuk seperti orang sakit sangking gregetnya.

Devan diam-diam merasa bingung dengan genggaman tangan yang Annabell lakukan padanya. Erat namun tidak menyiratkan apa pun, Devan merasakan kehampaan di pegangan itu. Devan menatap Annabell yang sedang berceloteh manja kepada ketiga temannya.

"Devan, aku enggak bakalan kabur. Kenapa di tatap segitunya sih? Kamu cukup cintain aku kaya sekarang aja," kata Annabell yang sadar bahwa sedari tadi Devan menatapnya begitu intens.

"Kalo gue mau cinta lo lebih, gimana?" tanya Devan dengan nada serius yang membuat Aidan, Attariq dan Rajidan menatapnya dengan tatapan tak percaya. Bagaimana Devan bisa berkata sefrontal itu dengan nada datar dan wajah yang datar.

Bahkan ketiga remaja pria ini membulatkan mata mereka karena menjadi saksi cinta Devan dan Annabell yang mereka kira settingan.

"Lo berdua pacarana beneran?" tanya Attariq mengulang pertanyaan yang ada di otak gantengnya.

Lucunya Aidan dan Rajidan mengangguk, sama-sama menanyakan hal yang sama seperti Attariq. Devan menatap ketiga temannya seperti sedang sawan melihat setan di siang bolong.

"Kalau bohongan bukan pacaran namanya," jawab Devan santai. Annabell juga diam, ia tak menunjukkan ekspresi yang biasanya harus ia tunjukkan ketika keempat remaja populer menggubrisnya.

"Annabell, jangan bilang lo beneran baper sama Devan?" tanya Aidan sambil tertawa setelah menyadari wajah Annabell yang tidak menggambarkan apa pun alias datar nan kaku.

"Loh ... iy ... iya dong! Baper lah! Masa enggak, kan Devan cowo gue!" ucap Annabell terbata-bata dan salah tingkah.

Devan mengembangkan sedikit senyumnya diam-diam, ternyata Annabell adalah gadis yang menarik. Ia tak bisa melepaskan Annabell sebelum ia tahu apa maksud dari sikapnya saat ini.

Devan kemudian mendekatkan badannya kepada Annabell, bahkan Aidan dan Rajidan yang melihat itu membulatkan mata mereka. Devan membisikkan sesuatu yang membuat Annabell menegang, sementara Rajidan langsung berdiri dan memisahkan Devan.

"Heh! Apa-apaan nempel udah kaya lem gajah aja!" pekik Rajidan yang langsung menarik Devan yang menatap Annabell.

Annabell juga menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, hanya dirinya dan Devan saja yang mengerti. Devan tersenyum miring dengan sumringah, sambil ditarik oleh Rajidan yang panik Devan berbuat nekat dengan mendekati Annabell.

Tadi, mereka terlihat seperti Devan sedang mencium Annabell, makanya Rajidan panik. Padahal kenyataannya Devan berbisik dengan sangat rendah dan sangat kecil. Hanya bisa di dengar oleh Annabell seorang yang sekarang sedang menunjukka wajah kesalnya.

"Sialan," pekik Annabell dalam hatinya.

***

Sementara di sisi lain, bukannya menggubris temannya yang berbuat malah salah fokus dengan penampakan Sasa yang sedang bercanda tawa dengan teman-temannya. Attariq tersenyum sumringah, seperti menemukan harta karun baru.

"SASABRINA!" teriak Attariq tanpa tahu ini adalah kantin dimana semua orang langsung melihat ke Attariq dengan wajah penuh kekepoan yang haqiqi.

Sabrina alias Sasa yang dipanggil pun langsung menoleh dengan tatapan terkejut. Jangankan Sasa, Rajidan, Aidan, Devan dan Annabell yang duduk bersama Attariq saja kaget. Mendengar teriakan menggelegar dari mulut membahana Attariq.

"SASABRINA ... godain kita dong," pekik Attariq genit sambil melambai-lambai ke arah Sasa yang sudah ingin pindah planet aja saat ini.

"Attariq anjing!" bisik Sasa sangking geramnya. 

The somvlak 2Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon