Mama

887 133 8
                                    

Peringatan!! Ini part paling drama antara ibu Yasmin dan anaknya Attariq.
Maaf kalau terlalu mendramatisir kaya FTV.

Udah di ingetin ya. Jan lupa comment hihi.

***

'Bruakk'

Attariq membanting pintu rumah menandakan dirinya sudah sampai di rumah dengan seperempat hati karena paksaan Bunda dan Ayahnya.

"Mama..." teriak Attariq mencari Yasmin yang sudah menunggunya di dapur.

Yasmin yang mendengar gebrakan pintu dan teriakan anak laki-lakinya langsung saja mengambil piring untuk anaknya.

"Mama di dapur..." teriak Yasmin untuk memberitahu anak semata wayangnya.

Attariq yang mendengar itu langsung berjalan lunglai menuju dapur. Terlihat semuanya sudah siap sesaat setelah Attariq menatap wajah berseri Yasmin.

Malas rasanya, namun dia sedikit tersentuh.

"Tumben ini dapur hidup." Cibir Attariq pada Yasmin. Masa bodoh dengan dosa. Attariq gatal sekali ingin mengatakan ini sejak pertama kali ia menatap senyum Yasmin.

Yasmin yang mendengar itu hanya diam tak enak. Dia baru sadar bahwa Attariq sudah sangat besar. Dan dia kehilangan masa-masa kecil Attariq dulu.

"Maafin Mama..." Lirih Yasmin dan Attariq yang mendengarnya hanya dapat mencebik.

"Minta maaf sana sama Bunda. Ngasi anak satu lagi buat dia, padahal satu aja susah." Attariq menatap Yasmin geram. Bisa-bisanya dia minta maaf.

"Minta maaf ke aku juga ga bakal balikin masa kecil aku yang cape nangisin kamu, tiap kamu kerja." Tambah Attariq yang semakin menusuk hati Yasmin. Ingin rasanya Yasmin berteriak dan meminta maaf kepada anaknya. Namun tak bisa, Yasmin memiliki gengsi.

"Jadi gak usah minta maaf, aku tau kalau kamu dulu gak dewasa. Sekarang belajar buat bagi waktu kamu ke aku, karena emang aku tanggung jawab kamu bukan Bunda." Attariq duduk dan mulai mengambil semua makanan yang dimasak oleh Yasmin.

Yasmin mulai membantu Attariq untuk mengambil makanannya.

"Aku dulu emang benci sama kamu, banget malah. Karena kamu malah sayang kerjaan kamu dari pada aku anak kamu. Iri sama Aidan yang punya Bunda dua puluh empat jam." Attariq mulai mengeluarkan semua keluh kesahnya selama tujuh belas tahun hidupnya.

"Tapi kamu harus bersyukur karena aku nemu semua temen yang baik. Yang ngasih aku gambaran bahwa aku termasuk anak yang beruntung dari pada anak lain." Attariq mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Rasa-rasa yang tak di temukan di tempat lain mulai terasa. Jujur saja, Attariq sangat suka masakan Yasmin lebih dari apapun.

Dan tentu saja Attariq gengsi untuk mengucapkannya kepada Yasmin.

"Kamu pasti sadar kalo kita sama sekali engga deket. Tapi aku bakal berusaha buat balik jadi anak yang baik lagi. Itupun kalau kamu mau kita baikan. Kalo engga yaudah, kita kaya biasa aja. Kamu ga perlu repot begini." Attariq tetaplah Attariq. Semua yang di ucapkannya pasti melibatkan kegengsiannya untuk berkata langsung kepada ibunya, Yasmin.

Yasmin menangis dalam diam, tersenyum melihat Attariqnya sudah mampu menjadi anak lelaki yang dewasa. Menyesal sudah menyia-nyiakan masa kecil anaknya untuk uang yang seharusnya tak usah di kejar.

"Makasih, nak..." Yasmin memegang kepala Attariq dan mengelusnya. Attariq tumbuh tinggi, mirip dengan ayahnya. Namun Yasmin bisa melihat dirinya sendiri di dalam diri Attariq.

Betul kata Athena yang memberikannya beberapa nasehat sebelum mengundang Attariq kembali ke rumah.

Flashback on

'Brakk'

"Woi Yasmin!" teriak Athena pagi-pagi buta di rumah Yasmin.

Untung saja Yasmin sudah hapal dengan kelakuan teman sejak kecilnya ini.

"Bisa pelan-pelan gak si lo?" tanya Yasmin yang sibuk mengangkat tanaman di ruangan terbuka dalam rumahnya.

"Ya sorry, nih masak sana buat Attariq. Yang biasa dia ngerengek minta lo masakin waktu kecil. Inget kan lo?" tanya Athena sambil memberikan Yasmin semua bahan makanan yang memang tidak ada di rumahnya.

"Inget, tapi emang dia mau ke rumah kalo ada gue?" tanya Yasmin pada Athena.

"Tenang aja, urusan itu. Athena yang ngurus. Ayo sini gue bantuin masak biar cepet. Mereka masi pada tidur." Ucap Athena sambil menarik Yasmin menuju dapur.

Mereka mulai memasak semua hidangan yang Attariq suka, demi misi mengambil hati Attariq kembali.

"Attariq itu kalo kesel, gedeg, pasti ngomel. Tapi abis itu semuanya plong. Jadi lo kalo fi omelin, jangan jadi batu. Diem aja nunggu dia diem atau ngasih ultimatum apa kek gitu." Saran Athena sambil memotong daun bawang dan bahan-bahan lainnya.

"Persis kaya Akmal ya. " Kekeh Yasmin yang  baru sadar bahwa Attariq itu persis seperti suaminya.

"Ya iya, apalagi kalo dia ngambek. Mirip lo banget. Maunya di baik-baikin. Kita minta maaf doang cukup. Ga perlu yang lain. Cuma ngakuin kesalahan aja, dia bisa maafin lo. Jadi, kalau lo mau baikan sama dia. Minta maaf aja, gausah gengsi lo jadi ibu-ibu." Ucap Athena sambil menatap Yasmin yang sedang mendengarkan dia dengan baik.

Yasmin mengangguk. Athena tersenyum. Semoga ada berita baik setelah ini.

"Lo sekalian masak disini aja, tar gue bantuin buat bawa ke rumah sana. Biar gak kerja dua kali." Ucap Yasmin yang di angguki oleh Athena.

Memang dari awal mereka memilih untuk memiliki rumah sebelahan adalah ini. Masak bersama-sama untuk anak dan suami mereka. Namun tah kenapa, setelah tujuh belas tahunan mereka bertetangga berulah terwujud keinginan awal mereka.

"Inget, Attariq ngoceh lo dengerin aja. Saring, jangan lo marahin. Minta maaf sama dia, karena emang lo mencoreng sedikit masa kecilnya dia. Oke?" tanya Athena memastikan.

"Makasi banget gue sama lo, The. Love u lah." Ucap Yasmin sambil memeluk Athena dari belakang pertanda senang.

"Love u too lah, hidup Attariq itu hidupnya Aidan. Jadi lo, jangan sekali-kali ngerusak lagi. Gue bom tar kantor lo biar jadi pengangguran." Ucap Athena sambil terkekeh. Yasmin hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan Athena yang sudah tua masih saja konyol.

Flashback off

"Jadi kamu udah gak marah sama Mama?" tanya Yasmin hati-hati. Attariq menatapnya datar sambil menggeleng.

"Aku gak pernah marah sama kamu, tapi aku kecewa aja." Ucap Attariq singkat. Yasmin bangun dari duduknya dan mendekap anak semata wayangnya ini.

"Mama minta maaf, mama janji gak gitu lagi. Mama usahin buat ngabisin waktu sama kamu selama weekend, tapi kalau akhir bulan Mama gak janji. Ada deadline kantor yang harus Mama tanganin." Attariq memeluk Yasmin kembali sambil mengangguk.

"Aku ga minta kamu selalu ada, yang penting kamu tau aku juga masih tanggung jawab kamu sama Papa. Aku udah bahagia. Minimal kamu tanya aku udah makan atau belum atau uang jajan aku cukup gak walaupun kamu tau uang jajanku gak bakalan habis karena kamu sama Papa. Itu udah cukup, Ma..." Yasmin mengangguk dan mengusap kepala Attariq dengan sayang.

Akhirnya setelah bertahun-tahun perang dingin ini terjadi. Bisa terselesaikan dengan mengurangi sedikit gengsi dan makan bersama.

***

The somvlak 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang