hari baru

505 102 7
                                    

'Cklek'

"ADA YANG BAIKAN NI GUE LIAT-LIAT..." teriak Athena sesaat setelah memasuki kediaman Yasmin.

Terpampang nyata kemesraan anak dan ibu yang sedang menonton film bersama dengan saling berpelukan.

Athena langsung memisahkan kemesraan ibu dan anak ini dengan duduk di tengah mereka sambil tersenyum tanpa merasa bersalah.

"Kalau dah baikan tu silaturahmi kek ke sebelah, pacar-pacar kamu pada khawatir tuh. Katanya takut kamu nyampenya ke rumah tetangga bukan rumah sendiri." Jelas Athena sambil merebut popcorn yang ada di pangkuan Yasmin.

Yasmin yang melihat ke bar-baran Athena hanya dapat menggelengkan kepalanya tak menyangka. Athena masih tetap Athena yang dikenalnya beberapa puluh tahun lalu.

"Bunda ganggu momen romantis aja nih!" protes Attariq sambil menatap Athena tak terima.

"Itu popcorn abisin aja gapapa, gak capek kok nunggu dia meletusnya." Oceh Attariq lagi kepada Athena yang masih tanpa dosanya memakan popcorn milik Yasmin dan Attariq.

"Ga boleh pelit-pelit sama Bunda sendiri, Riq. Nanti susah dapet pacar, nangis kamu!" balas Athena yang dapat membuat Attariq membulatkan matanya tak percaya.

"Bunda kalo doa sekalinya ga tanggung-tanggung ya!" Attariq menggelengkan kepalanya lelah menghadapi Bundanya yang ajaib.

Attariq detik itu juga langsung berdiri dan pamit untuk pergi menemui ketiga temannya yang ia tinggalkan begitu saja tadi pagi.

***

'Brukk'

"HALO PARA PACAR ATTARIQ, NUNGGUIN YA?!"

Attariq datang dengan gebrakan pintu yang tak santai, tentu saja dengan senyuman yang sumringah. Akhirnya, semua unek-uneknya tersampaikan juga.

Walaupun Akmal belum juga berbaikan dengannya, tak apa. Yasmin dulu, Akmal kemudian pikirnya.

"Bisa ga si lo, dateng tu assalamualaikum?" teriak Aidan yang frustasi karena gambarannya yang tercoreng panjang.

"Ya maap, kan lagi seneng." Attariq tersenyum lebar sekali.

"Sekarang aja senyum-senyum. Tadi manyun-manyun. Pen gue garuk tau ga lo?!" Ucap Devan tentu saja dengan tatapan sinis.

"Makasih ya, pacar-pacar aku. Nanti aku traktir makan deh," Attariq memeluk Rajidan yang berada di kasur dekat dengan pintu masuk.

"Astagfirullah, Attariq! Pusing saya kamu guncangin!" teriak Rajidan yang berusaha pergi dari hadapan Attariq.

"Fix kerasukan ni anak," Aidan menatap Rajidan kasihan sebaliknya dia menatap Attariq dengan tatapan geli dan tak habis pikir.

"Jadi gimana tadi?" tanya Rajidan sesaat setelah lepas dari Attariq yang sudah berbaring di kasur Aidan.

"Yaudah, gue pake kamu-kamu aja ke emak gue. Berasa drama banget gak tu, terus doi nangis. Dalem ati gue, gila Attariq lo keren banget bisa ga ikutan nangis. Gitu." Attariq bercerocos ria dan ketiga orang yang mendengarnya hanya menatapnya dengan tatapan malas.

Tak ada reaksi lanjutan karena Attariq saja bercerita dengan tidak serius.

"Oke gue serius!" Attariq tahu ketiga temannya ini sebal dan akhirnya mode seriusnya pun terpasang.

"Akhirnya..." Lirih Devan sambil geleng-geleng.

"Gue awalnya gak niat buat maafin dia, lo tau kan. Gue sempet sakit hati banget ngeliat dia gila jabatan dan harta walaupun gue kecipratan." Attariq menatap Aidan dulu yang memerhatikannya dengan serius.

Padahal Aidan sempat melukis sebentar sangking gabutnya menunggu Attariq.

"Tapi, ngeliat makanannya gue jadi pengen. Yaudah gue maafin aja." Ucap Attariq sambil menepuk-nepuk perutnya yang rata itu.

"Gue ga yakin segampang itu lo maafin Tante Yasmin si," ucap Aidan sengit.

"Hehehe, tau aja." Ucap Attariq sambil nyengir.

'Plakk'

"Kalo cerita tu yang serius napa si, gue dari tadi nungguin lo ketar-ketir takut lo nyasar kemana-mana taunya udah di rumah dengan selamat. Ditagih cerita masih aja becanda!" amuk Devan sambil menampar bahu Attariq dengan keras.

"SAKIT!" teriak Attariq sambil memegang bahunya yang mungkin sudah ada ruam kemerahan yang di tinggalkan Devan.

"Sabar-sabar," Rajidan melerai perkelahian yang akan di gelar oleh Devan dan Attariq.

Attariq yang tadinya sudah mau bersilat dengan Devan kembali duduk dan menatap Devan dengan sengit.

"Yaudah cerita!" Devan menatap Attariq tak kalah sengit. Akhirnya Attariq memasang wajah seriusnya kembali.

"Gue cuma gamau nyesel, ketika gue mau maafin dia nanti. Dia udah gaada. Itu yang gue takutin. Lagi pula, bener kata ayah kalau gue terlalu pengecut buat benci sama Mama gue sendiri. Jadi, gue putusin buat perlahan maafin dia."

"Lagi pula semua ini bukan murni kesalahan dia kok, dia cuma gak pengen dompet gue kisut kaya buah dikeringin doang." Attariq memberikan ultimatum terakhirnya.

Ketiga temannya tersenyum menatap Attariq senang. Akhirnya satu masalah diantara mereka selesai juga.

"Lo, Ba. Kapan maafan sama bapak lo?" tanya Attariq tiba-tiba.

"Gatau deh saya, tunggu itu si cabe jadi sambel kali." Ucap Rajidan melantur dan malah pergi ke luar untuk mengambil minum.

Dia pun bingung kapan akan akrab seperti dulu dengan Papanya.

***

The somvlak 2Where stories live. Discover now