Terjebak

13 1 0
                                    

Semalam di kamar motel di pinggir kota.

Aku dan dia terjebak di kamar motel yang sama di pinggir kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku dan dia terjebak di kamar motel yang sama di pinggir kota.

Semua ini karena Arkan yang terlalu khawatir kepadaku. Dia memaksa mengantarku pulang setelah menontonnya bertanding basket dengan universitas lain di Bogor. Sebenarnya aku sudah mau pulang saat pertandingan berakhir, tetapi dia mengajakku makan dulu untuk merayakan kemenangan timnya.

Lalu ketika dalam perjalanan pulang, hujan lebat mengguyur sepanjang jalan hingga menyebabkan banjir dan kemacetan panjang. Kombinasi maut yang memaksa kami mencari penginapan terdekat yang harganya sesuai dengan kantong kami. Dia tak sanggup lagi menyetir sampai Jakarta.

Kamarnya kecil, tampak tak terlalu terurus. Furniture-nya terlihat di bawah standar hotel. Jika dibandingkan masih bagusan kamar kosku. Hanya ada satu tempat tidur single bed, ukuran sedang. Untungnya meski penginapannya terlihat suram, kamarnya cukup bersih.

Sebetulnya tadi kami sudah meminta dua kamar, tapi sayangnya semua kamar hari ini penuh. Mungkin banyak orang yang senasib dengan kami. Ketika kami meminta kamar double bed juga ternyata tidak tersedia. Jadi, beginilah. Terpaksa kami bermalam di kamar yang sama.

"Gimana nih, cuma ada satu bed?" tanyaku sambil menatap fasilitas yang tersedia di kamar tersebut.

Dalam kamar itu hanya ada satu tempat tidur, meja rias dengan kaca besar, kursi, lemari kecil, dan televisi yang menggantung di seberang ranjang, serta sebuah kamar mandi yang terdapat di sudut ruangan.

"Ya udah, gue ntar tidur di kursi," ujar Arkan.

"Awas lo kalau macam-macam!" ancamku.

Dia melirik malas, melewati aku yang berdiri berkacak pinggang sambil melemparkan tubuhnya di ranjang.

"Macam-macam apaan sih, Non?! Gue mah udah capek, cuma mau tidur. Lagian lo nggak inget apa kalo sering nginep di kamar gue, dan gue baru keluar setelah lo ketiduran," sanggahnya.

"Iya, iya. Ya udah gue mau bersih-bersih badan dulu. Lo ntar pindah ya!" balasku sembari menunjuk kursi di depan meja rias.

Aku menggunakan waktu di kamar mandi untuk menenangkan diri. Memikirkan tidur sekamar dengannya sudah membuat jantungku jungkir balik tak keruan. Benar, dulu aku sering menginap di rumahnya. Namun, ketika itu aku belum punya perasaan lebih kepadanya. Lain halnya dengan saat ini.

 Lain halnya dengan saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
About YesterdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang