Surat Cinta untuk Alina

847 123 17
                                    


Alina menatap pintu lokernya

Lagi dan lagi, sebuah surat berwarna merah muda tertempel di pintu lokernya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi dan lagi, sebuah surat berwarna merah muda tertempel di pintu lokernya. Ia bingung, sudah hampir satu semester ia lalui dengan menerima surat tanpa nama pengirim

Si pengirim surat rutin mengirimkan suratnya kepada Alina di hari selasa. Setiap Alina datang pagi dan pergi ketempat loker, surat itu sudah tertempel dengan rapi dipintu lokernya

Surat itu dimasukkan kedalam amplop kecil berwarna merah muda polos. Surat itu berisi rangkaian kata-kata indah memuji kecantikan dan perbuatan Alina

Kata-kata yang cukup membuat siapapun yang membacanya akan merasa bahagia, dengan prosa dan pemilihan kata yang cukup indah untuk dibaca

Alina seringkali memperhatikan isi suratnya dengan seksama, isinya tak ambigu dan Alina cukup senang menerimanya tapi ia jelas bingung karena tak tahu siapa yang mengiriminya

Yang jelas, Alina sangat berterimakasih. Kadang kala saat dirinya tengah kesal, ia menyempatkan waktu untuk membaca surat tersebut

Ia tersenyum menatap surat itu, isinya tentang kisah-kisah Alina dikelas selama seminggu dan ia yakin, sang pengirim surat adalah teman sekelasnya

"Lagi? Sudah berapa banyak surat?"

Steffanie Clarisa, teman sebangku Alina. Ia menatap tumpukan surat yang berada di atas meja

Semua surat-surat yang dikirim untuk Alina dibawa ke sekolah. Alina harus tau siapa pengirimnya

Tulisan nya cantik nan indah, bisa dikatakan itu adalah tulisan perempuan. Tapi apakah mungkin seorang perempuan mengirimi Alina surat-surat yang bisa dibilang romantis?

Untuk tulisan tangan laki-laki, cukup aneh. Laki-laki akrab dengan tulisan yang berantakan disetiap hurufnya tapi tak menutup kemungkinan bahwa itu adalah tulisan laki-laki

"Dari awal semester, sudah 20 surat. Isinya juga berbeda dan tak sama disetiap suratnya"

Alina memangku dagunya dengan kedua tangan nya. Ia jengah

"Tulisannya cantik, kalau pengirimnya wanita pasti dia cukup cantik dan cerdas. Kalau laki-laki.."

"Kalau laki-laki?" Steffanie mengulang kata-kata Alina

"Apa ya? Mungkin dia tampan? Cerdas juga?"

Alina menutup bukunya, jam pelajaran kosong malah membuat dirinya stress karena surat-surat itu

"Kalau dia tiba-tiba muncul didepan kamu gimana?" Steffanie menuntut jawaban

"Gimana ya? Bingung"

➖➖

"Bulan ini, giliran siapa yang jadwal nya menulis di papan tulis?" Bu Ayana mengangkat tangannya, diselipkan sebuah spidol berwarna hitam diantara kedua jadi telunjuk dan jadi manisnya

Mie Instan |Jihyo|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang