Love is You, Me, and Rain

422 82 20
                                    

Langit mulai bergemuruh, awan gelap menyelimuti ciptaan Tuhan di atas sana. Kemudian, kelas yang akan berakhir
dalam beberapa menit itu tampak gaduh.

Keributan atas  keinginan pulang semakin tergambar di kelas Jihyo. Termasuk  gadis itu. Berkeliling di sekitar kelas mencari sesuatu yang bisa melindungi dirinya jika hujan datang secara tiba-tiba. 

"Na, punya plastik lebih gak?" Lantas perempuan yang menjadi teman sebangkunya itu menggeleng pada Jihyo. "Kamu gak bawa jas hujan?" tanya Mina. 

"Semalem lupa masukin ke tas. Kalau hujan bisa-bisa basah semua bukunya." Jihyo terduduk lesu di bangkunya. Kilatan cahaya nampak begitu jelas di langit diikuti suara gemuruh yang begitu kencang dan juga sautan teriakan siswi di dalam kelas yang melihat dengan jelas. 

Kemudian, tiga puluh enam siswa-siswi di dalam kelas terjebak diantara rintikan hujan yang mulai turun dengan derasnya. Bahkan mereka tak bergeming kala suara bel pulang telah berbunyi. Jelas ingin pulang, tapi tak ada kesempatan. 

Jihyo melangkahkan kakinya membuka pintu berwarna hijau untuk melihat keadaan. Di antara koridor kelasnya yang menghadap ke lapangan, banyak orang-orang yang masih terjebak di dalam sekolah, sama seperti dirinya. 

Bau tanah yang tercampur air hujan memikat di indera penciuman nya. Musim hujan telah kembali datang. Ia hanya berharap, hujan yang disukainya bisa menjadikan nya suatu keajaiban. 

Tatapan nya tak luput dari pemandangan di lapangan yang diramaikan siwa-siswi yang tengah menikmati hujan dengan santai. Senyuman cerah terukir dari bibir mereka membuat Jihyo pun ikut menarik bibirnya mengukir setitik lesung pipi di tengah pipinya. 

Lalu hujan mulai meredakan air yang turun, lantas banyak yang bergegas untuk pulang ke rumahnya, termasuk Jihyo. Gadis itu bersegera mengambil tas ransel dan menjinjing tas kecil di lengan kanan nya. 

 Beriringan dengan teman-teman sekelasnya yang ingin pulang juga, Jihyo menuruni tangga dengan hati-hati. Air membuat lantainya menjadi licin. Kemudian kaki kecilnya ia bawa berlari menuju halte bus, menyelamatkan dirinya dari rintikan hujan yang mulai turun dengan deras. 

Mata bulatnya yang indah menatap jalanan yang tampak sepi. Hanya beberapa lalu lalang kendaraan menjadi penghias jalan raya. Diliriknya jam tangan yang ia kenakan, pukul lima sore. Bus sudah lewat lima menit yang lalu dan ia harus menunggu dua puluh lima menit lagi. Selain menunggu, tak ada lagi yang bisa ia lakukan.  

Air percikan dari tanah membuat hampir basah rok seragam bagian bawahnya. Mencoba menghilangkan noda cokelat dari seragamnya yang masih harus dipake keesokan harinya. Lalu kepalanya menengadah kala suara yang tak asing menyapanya. 

"Jihyo! Pulang sama siapa?" Suara Eunwoo menyapa pendengarannya. "Nunggu bis, kenapa Woo?" Jihyo mendekat ke arah Eunwoo yang masih berada di atas motornya. 

"Pulang bareng aja ayo, gue anterin" Eunwoo melempar jaketnya kearah Jihyo dan dengan sigap dia menerimanya. "Emang kita searah ya?" Jihyo menatap Eunwoo ragu. 

"Udah, ayo naik. Keburu makin gede hujan nya" Kaca helm miliknya ia tutup sambil menunggu Jihyo memakai jaketnya. Lalu langkahnya mendekat dan menaiki motor Eunwoo. 

Keduanya berkendara dibawah rintikan hujan yang menjadi alasan Jihyo tersenyum. Pertama ia suka hujan, dan yang kedua ia menyukai Eunwoo sejak lama. Dua hal yang Jihyo sangat sukai ada dalam satu keadaan.

"Kerumah gue dulu ya, sekalian ambil buku buat les." Suara Eunwoo yang sedikit berteriak di tengah hujan membuat Jihyo semakin yakin untuk menyukai Eunwoo. Setelah mendapat persetujuan dari Jihyo, Eunwoo menambah kecepatannya dan membawa motornya ke arah rumahnya. 

Mie Instan |Jihyo|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang