don't come

530 93 19
                                    

Jihyo hampir mematikan seluruh lampu yang ada di klinik desa. Dirinya bekerja sebagai dokter desa di kota Busan. Busan memanglah kota yang cukup modern, tapi jauh lebih dalam, masih banyak pedesaan yang dipertahankan masyarakatnya.

Berawal dari Jihyo yang berlibur dimasa kuliahnya lalu jatuh hati pada kehidupan di desa, akhirnya ia memutuskan untuk menyelesaikan kuliahnya dan datang untuk menjadi dokter desa.

Klinik desa tutup pukul 9 malam, tapi masyarakat bisa mendatangi rumah Jihyo yang letaknya tak jauh dari klinik jika membutuhkan perawatan darurat.

Cukup lama ia tinggal di desa. Meninggalkan seluruh kekayaan keluarganya yang hidup glamor di kota. Ia lebih memilih untuk tinggal dengan nyaman dan damai tanpa adanya perebutan kekuasaan—harta, dan juga warisan.

Setiap malam sebelum ia menutup klinik, Jihyo menatap bulan yang bisa ia lihat dengan mudah. Jihyo jatuh cinta pada bulan. Menurutnya, bulan sangat indah. Menatapnya sambil memikirkan beberapa hal membuat terasa lebih nyaman.

Seperti sekarang, ia terduduk didepan teras sambil menatap si dewi. Tangannya memeluk kakinya erat.

Dengan lampu teras yang masih menyala, dan pantulan sinar matahari pada bulan yang menerangi bumi. Cukup lama ia termenung dan larut dengan pikirannya.

Ia bangkit dan masuk kembali ke dalam klinik, mengambil tas dan memakai coat-nya dan juga syal berwarna cream dengan ukiran 'J' diujung nya. Udara yang berhembus di desa jelas lebih dingin dibanding di kota.

Jihyo melangkahkan kakinya menuju lobby klinik dan pintu keluar sambil memasukkan tangannya ke kantong.

Pintu terbuka begitu saja dengan laki-laki yang masuk secara tertatih, Jihyo melihat jelas darah mengucur dibalik perutnya yang ia pegangi.

Sontak Jihyo langsung menjatuhkan tasnya lalu menghampiri laki-laki itu. Matanya hampir menutup sempurna dan pingsan.

"Jangan menutup matamu! Kau dengar aku?" Jihyo terus menepuk pelan pipi si lelaki. Dan dijawab anggukan kepala dengan lemah.

"Kau bisa berjalan?" Ia mencoba menciptakan lelaki itu menuju tempat pemeriksaan.

"Astaga, kenapa kau bisa seperti ini" Jihyo terus melihat ke sekelilingnya, takut-takut ia menjadi korban kejahatan.

"Tolong, ini sakit sekali" Jihyo langsung merebahkan tubuh laki-laki itu dengan pelan-pelan. Membuka kancing kemeja yang sudah memerah karena darah.

Sial, laki-laki itu tertusuk. Ia segera memakai sarung tangan dan melakukan pengobatan pada pasiennya, pasien darurat yang entah datang darimana.

Membersihkan luka dan menjahitnya secara teliti.

Apa yang pria ini lakukan sampai mendapat luka seperti ini?

•••

Jihyo terbangun dari tidurnya, ia tertidur di kursi kerjanya. Sampai saat ia terbangun ketika mendengar ketukan jendela dari asistennya, Yuna.

Ia teringat dengan pasien nya tadi malam. Matanya langsung tertuju pada ranjang yang saat ini sudah kosong.

Jihyo melihat sisa-sisa darah pada infus yabg dipaksa lepas. Tempat penyimpanannya juga sedikit berantakan, lalu ia menemukan sebuah surat dengan tulisan tangan.

"Terimakasih sudah menolong, ini biaya untuk menjahit luka dan pembelian beberapa kapas yang ku ambil sendiri"

Jihyo terdiam. Tadi malam bukan mimpi, ia benar-benar menolong pria yang tertusuk. Dan pagi-pagi si pria itu sudah meninggalkan klinik dengan mobilnya yang tadi malam ia bawa dengan keadaan setengah sadar. 

Mie Instan |Jihyo|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang