Eps. 35 // ANCAMAN

27 2 0
                                    

Happy Reading

Pria dengan rambut pirang itu berdiri di samping mobil mewahnya. Tatapannya bertemu dengan seorang gadis yang sedang berjalan ke arahnya dengan langkah kaki yang menggebu-gebu —menghentakkan kakinya ke tanah sekeras mungkin karena saking kesalnya. Kening pria tersebut mengernyit, heran melihat tingkah gadis itu yang tampak tengah kesal.

"Lo kenapa?" tanya Gibran.

Gadis itu berdiri di sampingnya, kemudian melipat tangannya di dada. "Gue gak di bolehin masuk!"

"Kenapa?" tanya Gibran lagi, penasaran.

"Kenapa apanya?" tanya balik gadis itu, dia kebingungan dan tak dapat mengerti maksud pertanyaan itu.

"Kenapa lo gak di bolehin masuk?" ulang Gibran lebih detail.

Gadis itu mengangguk mengerti kemudian menjawab, "Katanya cuma anggota Band aja yang boleh."

Gibran hanya mengangguk-angguk saja. Gibran membiarkan saja gadis tersebut sedang menyumpah-serapahi seseorang yang mungkin melarangnya masuk tadi, sambil sesekali menendang batu-batu kecil di sekitarnya.

"Lagian si Yaya lama banget sih! Gue udah gak betah disini!"

Gadis itu — Laurens — terus mengumpat. Uh, sejak kejadian tadi mood-nya benar-benar hancur.

Gibran melirik jam tangannya. Ah, benar, Alleya sudah terlalu lama. Padahal ia bilang hanya 30 menit saja.

Apa terjadi sesuatu dengan gadis itu di dalam?

Uh, kini perasaan Gibran mulai tak enak. Ia hanya takut kondisi gadis itu semakin parah.

Awalnya Gibran tak setuju dengan Bunda Alleya yang mengizinkan Alleya begitu saja untuk datang ke HERA UNIVERSITY. Namun ia tak bisa menentang, dan akhirnya ia ikut mengantarkan Alleya ke HERA, Gibran masih terlalu khawatir dengan kondisi Alleya yang menurutnya tak baik-baik saja. Ralat, memang sedang tak baik-baik saja.

Laurens juga ikut mengantarkan Alleya ke HERA, ia malas jika harus menjaga teman-temannya yang tengah tertidur di rumah sakit. Laurens juga yang membantu Alleya mencari gaun dan men-dandan Alleya hingga sangat cantik.

Gibran mengedarkan pandangannya, menatap ke seluruh penjuru parkiran HERA UNIVERSITY ini. Hingga kedua bola matanya menangkap sesosok pria yang tengah membopong seseorang.

Gibran familiar sekali dengan pria tersebut, sahabat masa kecilnya.

"Syarief!" teriak Gibran pada pria tersebut, kemudian mengayun-ayunkan tangannya — menyuruh pria itu untuk menghampirinya.

Syarief menoleh saat merasa ada yang memanggilnya. Dan benar saja, itu adalah sahabat masa kecilnya. Sebenarnya Syarief terkejut dengan kehadiran sahabat masa kecilnya yang sangat tiba-tiba. Namun ia tak memikirkan itu terlalu jauh, ia berjalan menghampiri Gibran.

"Lo kok bisa disini?" bingung Syarief.

"Gue baru pulang dari London," Gibran terkekeh pelan.

"Oleh-olehnya mana?" tanyanya tanpa dosa.

"Apaan anj*r?!! Lo mah abisin uang gue mulu, minta oleh-oleh mulu!" kesal Gibran.

THE MEMORIES (ON GOING) Where stories live. Discover now