PBaLG - Pesta Itu

1K 55 0
                                    

Happy Reading🍒

Third Point of View

Aya nampak sudah siap dengan gaun cantik nya. Party dress simpel berwarna navy, rambut hitam panjang nya menutupi bahunya yang terekspose. Wajah imutnya ia polesi make up natural. Sangat sempurna.

Pada akhirnya ia harus menuruti keinginan ayahnya untuk menghadiri pesta kolega nya. Meskipun sejujurnya ia sangat keberatan.

"Are you ready, princess?" Suara bariton pria paruh baya itu mengalihkan atensi Aya dari cermin di depannya.

"A-Aya nggak yakin ayah..." Aya memainkan jarinya gusar.

"Don't worry princess. Ayah bakal terus ada di sampingnya Aya. Ok?" Darwin mengusap puncak kepala Ada, sayang.

Aya hanya membalas dengan anggukan dan senyum tipis. Meski dalam hatinya tersimpan kegundahan yang amat besar.

Selama perjalanan di dalam mobil, hanya ada keheningan. Aya sibuk dengan pikirannya. Menerka-nerka apa yang sekiranya nanti akan terjadi. Apakah mereka akan mudah menerimanya? Apakah mereka akan menganggapnya? Apa tanggapan mereka jika tahu sosoknya yang sebenarnya?

Aya sadar, selama ini ia hanya berjibaku dalam lingkup pertemanan yang biasa biasa saja. Tak ada ketenaran, tidak ada adu kekayaan, semuanya serba sederhana dan apa adanya.

Dan kini ia harus berhadapan dengan dunia yang berbeda, orang orang yang berbeda. Mereka memandang fisik dan materi bahkan latar belakang pendidikan. Semuanya serba bohong dan tertutupi. Kebanyakan dari mereka hanya mementingkan formalitas untuk urusan bisnis. Sejauh yang Aya dengar, dunia bisnis itu kejam. Persahabatan pun bisa hancur dalam sekejab jika bersangkutan dengan nama perusahaan.

Aya belum siap dengan lingkungan yang sangat kontras. Aya belum siap menghadapi orang orang dengan senyum palsu yang menyembunyikan sejuta niat buruk.

Tapi terlambat. Nyatanya kini ia sudah berada di depan sebuah bangunan mewah dengan gemerlap lampu khas pesta yang megah.

Saat pertama kali Aya menapakkan kakiknya ke karpet merah pesta, kilatan lampu blitz kamera langsung menghujaninnya. Aya mengeratkan rangkulannya pada lengan Darwin, semakin menundukkan kepalanya.

"Angkat kepalanya, sayang. Biar mereka semua tahu cantiknya anak ayah." Darwin berbisik di telinga Aya.

Dengan perlahan Aya mengangkat kepalanya, tersenyum tipis ke arah yang tak menentu.

"Hey, it's not bad. Berasa jadi artis Hollywood hihihi..." Batin Aya dalam hati.

Satu langkah memasuki ruangan luas dan ramai itu, semua mata tertuju pada mereka-Aya dan Darwin- sebagian dari mereka bertanya tanya siapa sosok mungil yang berada di samping Darwin.

"Ayo sayang, kita temuin dulu yang punya acara," ajak Darwin.

Di sana terlihat sepasang suami istri yang sedang menebar senyum sembari mengapa sana sini.

"Selamat malam, Robert, Elisa. Terimakasih atas undangannya, pesta yang meriah," ujar Darwin ramah menyapa pasutri itu yang ternyata bernama Robert dan Elisa.

"Oh, Darwin, selamat datang. Terimakasih sudah menyempatkan datang." Balas Robert.

"Darwin, ngomong ngomong, siapa yang kau bawa bersamamu?" Kini giliran Elisa yang bertanya.

Darwin menatap Aya sejenak, mengelus tangan putrinya.

"Dia Aya, puteriku," kata Darwin sambil tersenyum.

"Puterimu?" Tanya kedua pasutri itu kebingungan. Dan hanya di jawab senyuman manis dari Darwin.

_________________________________________

Mr. Atthalio (PBaLG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang