PBaLG - Tentang Raja dan Putrinya

230 9 0
                                    

Happy Reading🍒

Third Point of View

Darwin mendengus jengah, menatap putrinya yang kini berada di pangkuannya. Dia sekarang sedang duduk di sofa menonton TV dengan kepala Aya yang berada di pangkuannya dan kaki Aya dua duanya diangkat ke senderan sofa.

Lelaki 43 tahun itu tak habis pikir dengan kelakuan anak semata wayangnya ini. Semakin hari bukannya semakin baik malah semakin nyeleneh. Belum lagi sekarang gadis itu dengan terang terangan mengupil di depan ayahnya tanpa ada rasa malu.

"Aya, kamu ini gadis loh. Udah di lamar orang, bentar lagi jadi ibu. Yang anggun sedikit dong!" Protes Darwin ke Aya.

Aya mendongak menatap ayahnya, "gapapa kali yah, lagian nggak ada orang di sini."

"Kamu pikir ayah ini oksigen bukan manusia? Lagian kalau nanti kamu udah nikah terus suami kamu liat kamu kayak gini, nyesel dia pasti." Kata Darwin menakut nakuti.

"Aaa nggak mungkin, mas Lio kan cinta sama Aya," jawabnya masih sangat santai, membetulkan bunny hat yang ia pakai lalu mengambil keripik kentang yang ada di meja.

Ini baru jam tujuh malam tetapi Aya sudah siap dengan piyama dan bunny hat nya.

"Maksudnya ayah itu, kamu harus perbaiki sikap kamu dari sekarang. Nanti kalau kamu udah nikah itu, kamu nggak tinggal sama ayah lagi, jadi nggak bisa manja manjaan. Kamu nanti harus ngurus suami, ngurus anak. Belum lagi kamu harus jadi contoh yang baik buat Saga, terus harus jadi kebanggaan suami. Jangan sepelein hal hal kecil seperti kebiasaan buruk kamu sayang," Darwin memberi petuah  sambil mengelus rambut Aya yang tergerai.

Aya jadi berpikir. Iya juga. Kalau soal urusan rumah Aya sudah biasa. Tapi soal sikap manjanya? Nanti bisa bisa dia dibentak ibu mertua karena manjanya keterlaluan.

"Iya deh, nanti nanti Aya kurangin. Tapi emang, ayah nggak kangen nanti kalau Aya udah nikah? Kangen Aya manja manjaan sama ayah gitu?" Tanya Aya.

Darwin seketika menatap putrinya sendu," pasti. Pasti ayah bakal rindu sama putri ayah yang manja ini. Tapi itu bukan berarti akan buat ayah nyegah kamu berumah tangga. Ayah sadar, semanja manjanya Aya, kamu itu sudah cukup umur untuk berumah tangga. Dan ketika kamu udah nemuin jodoh kamu, tugas ayah berarti akan segera dialihkan ke suami kamu, hahaha."

"Ayah nanti tinggal sama Aya aja kalau Aya udah nikah. Nanti ayah kesepian lagi kalo nggak ada Aya," ucap Aya lirih, ia beranjak dari tidur, kemudian memeluk lengan ayahnya.

"Nggak, nggak bisa begitu. Begitu kamu menikah, secara otomatis, fokus kamu adalah rumah tangga kamu, bukan ayah, jadi nggak apa apa, ayah tetep tinggal di sini aja, kan ada bi Nonik sama pak Abdul yang nemenin ayah."

Aya menatap sendu wajah tampan ayahnya.

"Tapi Aya nggak mau ninggalin ayah, Aya mau terus sama sama ayah," Aya memeluk Darwin dan mulai menumpahkan tangisnya.

Tanpa Aya sadari Darwin juga sudah meneteskan air mata.

"Rasanya ayah juga begitu sayang. Tapi Aya nggak boleh egois, nanti, Aya harus ikut kemana pun yang suami Aya kehendaki. Karena nanti, setelah Aya menikah, suami Aya lah tempatnya Aya pulang, bukan ayah lagi."

Bukannya meredakan , kata kata Darwin membuat Aya semakin kuat menangis.

"Nggak mau, Aya maunya bergantung sama ayah aja. Nggak akan ada yang bisa gantiin ayah..."

Darwin menatap langit langit rumah, berusaha agar tangisannya tidak disadari oleh Aya.

"Aya harus tau, ayah nggak akan pindah kemana mana dari posisinya ayah. Ayah akan selalu ada di sampingnya Aya, nemenin Aya sama sama. Meskipun nanti Aya udah punya suami, Aya masih bisa pulang ke ayah. Nggak akan ada yang berubah sayang."

Mr. Atthalio (PBaLG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang