PBaLG - Jangan Kangen Katanya

303 11 0
                                    

Happy Reading🍒

Third Point of View

"Hweeee ayah!!! Aya masih kepikiran. Malu malu malu ayah!!! Besok kalau ketemu dia di sekolah gimana?!" Aya kini sedang berguling guling tidak jelas di karpet bulu ruang tv. Rambut nya kacau tidak berbentuk karena berulang kali mengacak-acaknya.

Ia teringat kebodohannya saat di mobil Lio tadi. Sekarang ia baru memikirkan konsekuensi yang harus ditanggung akibat pemikiran jangka pendeknya.

"Yaudah sih, kamu santai aja. Lagian nak Lio nya juga suka," kata Darwin santai tetap fokus melihat acara forum debat di televisi.

"Ya kalau suka? Kalau mas Lio nya ilfil ke Aya gimana ayah..." Aya menggoyang goyangkan lengan Darwin yang dipeluknya.

"Gampang, tinggal di guna-guna aja."

" Ayah! Aya ni serius!!!" Teriak Aya kesal, Darwin hanya terkekeh melihat putri kecilnya yang sedang gundah masalah hati.
"Bodoh, bodoh, bodoh. Aya kamu ni bodoh banget sih?" Aya menepuk nepuk kepalanya kesal.

"Udah, ga usah dipikirin, anggep aja itu buat balikin ciuman yang Lio kasih ke kamu."

"Ah, ayah mah nggak paham. Bukan itu yang Aya pikirin, yang Aya pikirin itu nanti pasti kalo ketemu yang ada suasana nya jadi awkward," rengek Aya.

"Ya udah tinggal ciuman lagi aja, daripada nggak ngapa ngapain," jawab Darwin menjahili putri semata wayang nya.

"Ihhhh ayah mah, Aya sebel sama ayah. BYE!" Aya menghentak hentakkan kakinya kesal. Sang ayah bukannya membantunya agar tenang malah terus terusan menggodanya.

Darwin yang melihat tingkah kekanakan putrinya itu hanya bisa menggeleng pelan. Meski tidak punya pasangan selama ini, tapi ia bersyukur. Hidupnya lengkap dengan kehadiran Aya di sisinya. Perempuan dewasa yang tingkahnya tak ada beda dengan gadis kecil kekanakan. Tapi itulah yang membuatnya semakin menyayangi Aya. Di sisa umurnya ia bersyukur masih diberi kesempatan untuk menjaga seorang anak yang luar biasa unik.

________________________________________

Menjadi seorang guru sudah sewajibnya datang ke sekolah lebih awal daripada murid. Itu lah yang setiap hari Aya lakukan.

Guru di TK ini hanya dua, yang satunya merangkap jabatan sebagai kepala sekolah. Dan Aya lah yang setiap hari harus bertugas membuka gerbang, membersihkan ruang kelas dan lain lain.

Meskipun terdengar sepele, tapi Aya sangat bahagia menjalani profesi ini. Setiap hari ia bisa menjadi saksi kebahagiaan setiap anak didiknya.

Sekarang Aya sedang membuka jendela jendela ruang kelas sambil sesekali memungut mainan yang tercecer.

Setelahnya Aya hanya duduk duduk sambil men-scroll Instagram menunggu murid muridnya datang. Tak berapa lama Aya beristirahat, ia mendengar suara deru mobil dari halaman.

Ia berjalan keluar. Tapi sejurus kemudian Aya mengernyit. Saga datang dengan seorang wanita paruh baya. Lalu kemana papanya Saga? Tumben sekali tidak mengantar Saga. Malah, ini pertama kalinya Lio tidak mengantarkan Saga sekolah.

"Bu guru cantik!!!" Seru Saga menghampiri Aya dengan wanita paruh baya itu dibelakangnya.

"Saga. Selamat pagi," sapa Aya.

"Morning, bu guru cantik."

"Saga ini berangkatnya sama siapa?" Tanya Aya.

"Bu guru cantik kenalin, ini bu Yuyun," ujar Saga menunjuk wanita di belakangnya.

"Yuyun bu, pengasuhnya den Saga," kata wanita itu.

"Ohh bu Yuyun, saya Aya bu, guru nya Saga. Kalau boleh tau, pak Lio nya kemana ya? Tumben sekali tidak mengantar Saga?" Tanya Aya seakan berbasa basi.  Padahal nyatanya Aya sangat ingin mengetahui keberadaan Lio. Maklum lah, yang lagi deket deketnya.

Mr. Atthalio (PBaLG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang