PBaLG - Saga dan Ibunya

677 34 0
                                    

Happy Reading🍒

Third Point of View

Keringat dingin membasahi dahi dan telapak tangan Aya. Dalam hatinya ia gugup luar biasa, tapi otak kecilnya juga terus bekerja keras untuk berpikir. Yang ia pikirkan antara lain :
- Bagaimana ia harus menyapa mamanya Saga?
- Bagaimana untuk bersikap biasa saja agar tidak dicurigai? Tapi kan emang tidak ada apa apa. Aya saja yang lebay.
- Apakah kira kira mamanya Saga yang bule sekali ini akan menaruh curiga padanya?
- Dan, Aya juga bertanya tanya, bagaimana bisa mendapatkan wajah secantik itu?! Mulus tanpa pori pori!!!

"Jadi, kamu siapanya anak itu?" Ujar wanita yang belum Aya ketahui namanya itu.

Loh? Anak itu? - batin Aya bingung.

Bukankah dia ibunya. Lalu, apa pantas seorang ibu memanggil anaknya sendiri dengan istilah ' anak itu ' ? Apa ada masalah antara Saga, mamanya dan papanya? Sejauh ini itulah yang berada dalam pikiran Aya.

"Maaf, apa yang ibu maksud adalah Saga?" Tanya Aya.

"Iya," jawab wanita itu dengan malasnya.

"Saya Zefanaya, guru TK nya Saga bu," jelas Aya, kalem.

"Ohhh, ada hubungan apa kamu sama Lio?" Duh, langsung ke point pembicaraan. Membuat jantung Aya berdetak tak karuan.

"Tidak ada hubungan apa apa kok bu, tadi tidak sengaja bertemu, lalu pak Lio menawarkan tumpangan," ya, Aya tidak sepenuhnya bohong kan?

"Masa?" Wanita itu memincingkan matanya tajam ke arah Aya.

"I-iya," kata Aya terbata.

"Nona Aya, mari saya antar pulang, maaf sudah membuat anda menunggu," ajak Lio seolah tak memedulikan keberadaan wanita berambut pirang di sana.

---♠---

"Emh, istri bapak cantik sekali," kata Ayah saat perjalanan pulang menuju rumahnya.

"Itu bukan istri saya, itu mama saya," tanggap Lio datar, saat mobil berhenti karena lampu merah.

"Hah? Masa, itu ibunya bapak?" Kata Aya tidak percaya.

"Terserah kalau kamu nggak percaya."

Itu tadi oma nya Saga? Pakai skincare apaan ya? Aya juga mau - dari Aya yang masih tidak percaya dengan kemulusan wajah hakiki.

"Terus, kok tadi nggak ketemu sama mamanya Saga waktu Saga pulang. Istri bapak kerja juga ya?" Tanya Aya dengan polosnya.

"Kita mampir cafe sebentar, ada yang mau saya bicarakan," kata Lio.

"Eh?"

Lio memilihkan tempat duduk pojok agar terkesan lebih privat. Ia duduk berhadapan dengan Aya, didepan mereka sudah ada dua gelas latte hangat dengan asap yang mengepul. Sangat romantis bukan.

"Jadi?" Tanya Aya, memulai pembicaraan.

"Mamanya Saga sudah meninggal," jawab Lio.

"O-oh, maaf, saya turut berduka atas wafatnya istri bapak," ucap Aya lirih bersimpati.

"Bukan, mamanya Saga bukan istri saya," kata Lio tiba tiba. Membuat Aya mengernyitkan dahi bingung dengan mulut sedikit terbuka, sangat menggemaskan di mata Lio.

"Dulu, sebelum saya menetap kembali di Indonesia, saya sempat bersekolah dan membangun perusahaan di Australia," Lio mengawali ceritanya.
"Selama saya berada di sana, saya tinggal di apartment dan bertetangga dengan seorang gadis berdarah Belgia, namanya Elisa."

"Singkat cerita, satu hari dia menitipkan anaknya ke saya di hari libur, anak itu Saga. Tapi di sore harinya Elisa ditemukan meninggal. Pembunuhnya itu, ayah Saga sendiri. Dia gelap mata karena Elisa meminta pertanggung jawaban atas hadirnya Saga di luar pernikahan. Dan, ya, dengan pertimbangan yang luar biasa, saya sanggupi permintaan adopsi kepolisian setempat saat itu (sumpah ini ngawur banget, anggep nggak serius😭). Saya kembali ke Indonesia dengan Saga yang berusia dua tahun."

"Di situ mama saya marah besar. Dia pikir, itu anak hasil perbuatan bejat saya selama di luar negri. Saya sudah mencoba menjelaskan apa yang terjadi, tapi mama saya tidak mau peduli dan mengerti hingga saat ini. Itu lah kenapa, mama saya dingin ke Saga sampai sekarang," jelas Lio panjang lebar.

"Ah, ya, saya mengerti. Hanya, sedikit terkejut," ucap Aya lirih, masih tak percaya dengan apa yang sudah anak sekecil Saga lewati.

"Saya tahu kita baru bertemu dua kali. Tanpa kesengajaan. Tapi entah kenapa, saya merasa Saga akan aman bersama kamu." Pipi Aya sedikit bersemu merah mendengar perkataan Lio.

"Dari kecil, Saga selalu kurang akan kasih sayang. Saya selalu memberikan waktu, cinta, dan tenaga saya, apapun untuk Saga. Tapi di mata Saga, apa yang saya lakukan ini masih kurang. Dia sudah kehilangan ibu kandungnya saat masih sangat kecil. Saya sibuk dengan perusahaan saya. Mama saya tidak peduli. Dia masih terlalu dini untuk kekurangan kasih sayang dan perhatian."

"Jadi, boleh saya percayakan Saga bersama kamu?" Tanya Lio pada intinya.

"B-bagaimana bisa pak? Ok, jika selama berada di sekolah, itu memang tanggung jawab saya. Tapi bapak bicara seolah mempercayakan Saga sepenuhnya ke saya," jawab Aya.

"Iya saya tahu itu. Tapi bisakah selama Saga ada pada jangkauan kamu, ajarkan dia apa itu kasih sayang, apa itu perhatian, apa itu menghargai? Yang selama ini belum sempat saya ajarkan?"

"Tentu, itu sudah tugas saya." Jawab Aya menenangkan.

Hari ini, untuk pertama kalinya seumur hidup, Lio mencurahkan semua rasa emosionalnya tentang Saga pada orang lain. Dan orang itu hanyalah Aya.

Note: Kalau nemu typo atau kalimat rancu tolong ingetin ya😀biar bacanya juga enak. Jangan lupa stay safe and healthy ,masker nya dipake sama hand sanitizer nya dibawa kalo kemana mana, ok?👌

Maaf kalau part ini pendek banget🙏, ini sebenernya cuma buat selipan biar tahu background nya Saga

Thank you for reading🍒

Eits, sebelum close ceritanya, vote dulu yuk.

Kalau udah vote

Kalau udah vote

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nih buat kamu

Mr. Atthalio (PBaLG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang