PBaLG - Puteranya dan Puteri Saya

944 50 2
                                    

Happy Reading🍒

Third Point of View

Pagi ini Lio disibukkan oleh Saga, putranya. Yang sama sekali tak mau membuka matanya. Padahal ini adalah hari pertamanya masuk ke sekolah. Bocah lima tahun itu akan belajar di salah satu taman kanak kanak yang cukup terkenal. Dan tentunya-mahal.

Tapi lihatlah, bahkan saat ini, tepat pukul 07.00 saja ia belum membuka matanya. Bukan karena dia masih mengantuk, tapi karena ia tahu, saat ia bangun nanti, sang Papa akan langsung memaksanya mandi dan memakai seragam dan berangkat ke suatu tempat yang disebut Papanya "sekolah".

"Come on baby boy, it's time to go school. It's your first day, right?" Bujuk sang Papa, Lio.

"Ndak, Saga ndak mau!!!" Teriak bocah itu.

"Okay, okay. We need to talk. So, kenapa Saga ndak mau ke sekolah?"

Bocah itu nampak sedikit tertarik. Ia membalikkan badan, dan duduk menghadap sang Papa.

"Kata Ardy-teman sepergaulannya, anak Andreas -sekolah itu susah, t-terus kata dia, dia sering di ejek sama kakak kakak yang udah besar. Saga takut papa..." Jelas bocah itu.

Lio menghela napas sabar.

"Saga, dengerin Papa ya? Sekolah itu wajib buat semua anak, ndak terkecuali Saga. Kalo sekolahnya susah, kan ada ibu guru yang bisa ditanyain. Ada Papa juga, Papa kan smart. Kalo ada kakak kakak yang nakal, bilang sama bu guru, biar bu guru yang kasih tau kakak kakaknya. Ok?" Jelas Lio memberi pengertian.

"Okey," jawabnya lesu.

"Sekarang, Saga mandi ya? Biar di temenin Bi Yuyun."

"Ndak usah. Saga bisa mandi sendiri, Papa."

"Pinter anak papa. Pakai seragamnya nanti sama Bi Yuyun, yah? Terus abis itu papa tunggu di meja makan."

_________________________________________

Bocah lelaki bermata biru itu kini sudah terlihat rapi dan menggemaskan dengan seragam sekolahnya. Ia duduk manis di car seat miliknya sembari menyenandungkan lagu yang entah apa lah, tak terdengar jelas oleh telinga sang papa. Mulutnya mengunyah sandwich yang terpaksa ia makan di mobil karena sudah tak ada waktu lagi untuk sarapan.

Saat mobil berhenti, mata kecil itu menatap bangunan yang sudah ramai dengan anak anak seusianya. Tiba tiba rasa takut dan gelisah menguasai perasaannya lagi. Ia teringat kata kata Ardy. Ditambah lagi ia belum kenal siapapun di sini. Lalu bagaimana ia bisa menghadapinya sendirian.

Ia dituntun papa nya mendekati kerumunan itu. Semakin lama ia semakin gelisah. Hingga akhir nya ia memutuskan untuk berhenti dan menarik tangan papa nya agar tak jadi mendekat.

"Anak papa kenapa?"

"Ndak mau, Saga ndak jadi mau sekolah, pulang aja papa," Saga mulai merengek sambil memeluk kaki jenjang papa nya.

"Kan tadi Saga udah setuju sayang?" Lio mensejajarkan tinggi nya dengan sang anak.

"Ndak jadi, pulang, mau pulang aja...."

"Sayang jangan seperti itu," Lio tetap berusaha membujuk.

"Ndak, ndak mau, Saga mau pulang," Saga tetap bersikeras merengek.

"Saga dengerin papa-"

"NDAK, SAGA NDAK MAU, SAGA MAUNYA PULANG!!!" Dengan tak terduga Saga memotong ucapan Lio sambil berteriak dan memukul dada Lio memberontak. Lantas Lio menegakkan tubuhnya.

Mr. Atthalio (PBaLG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang