Bagian 10

133K 6.5K 169
                                    

Pukul 1 siang Dira tengah bersantai duduk di kamarnya, ia begitu senang berada di kamar saat ini, mungkin kamar ini akan menjadi tempat favorit baginya. Bagaimana ia tidak senang jika kamar ini begitu luas, wangi, sejuk, dan indah. Dan yang paling membuat Dira senang adalah ada televisinya di dalam kamar ini, jadi ia bisa menonton drama kesukaannya dengan sepuasnya, lalu di pojok kamar juga tersedia kulkas kecil yang berisi cemilan, buah-buahan, dan juga minuman yang sangat enak-enak dan pastinya sehat untuk kedua bayinya. Dira disini merasa bukan seperti menjadi seorang pembantu, tapi seperti pemilik rumah ini tuannya begitu memanjakannya. Ia bahkan dibelikan baju baru dan ponsel baru yang lebih canggih seperti sekarang ini, ia juga tidak perlu mengeluarkan uang sepersenpun untuk membeli kuota karena di sini sudah tersedia WiFi  yang bisa di akses 24 jam tanpa lemot jaringannya.

"Astaga, aku lupa belum mengabari ibu jika aku sudah sampai disini,"ucap Dira, ia lalu mengambil ponselnya dan mencari nomor telepon ibunya. Lalu ia langsung meneleponnya.

Panggilan pertama tidak diangkat oleh ibunya kemudian dia mencoba menghubungi kembali.

"Halo Bu,"sapa Dira sambil tersenyum, ia begitu Rindu dengan ibunya padahal baru dua hari dia meninggalkan orangtuanya,

"Halo nduk, gimana kabar kamu? Ibu nunggin dari kemarin kamu nggak telepon ibu, sekarang kamu dimana nduk apa kamu baik-baik aja?"tanya Santi. Dira mendengar suara ibunya terdengar cemas disana.

"Dira baik Bu, maafin Dira ya baru hubungi ibu sekarang tapi Dira mau kasih kabar bahagia sama ibu , sekarang Dira udah diterima kerja Bu jadi asisten rumah tangga,"ucap Dira.

"Syukurlah, tapi pekerjaannya tidak terlalu berat kan nduk? Ingat loh kamu lagi hamil."

"Tenang aja Bu, menurutku semua pekerjaan ini ringan dan tidak akan membahayakan cucu ibu,"jawab Dira.

"Gimana kabar ayah Bu? Apa ayah masih marah padaku?"tanya Dira, wajah berubah murung ia sedih jika mengingat ayahnya, kemarin waktu ia ingin berpamitan kepada ayahnya untuk ke kota, ayahnya malah pergi tidak mau bertemu dengannya.

"Yah masih seperti ini lah nduk, tapi kamu tenang aja ayah pasti lama kelamaan akan memaafkanmu, kamu jangan terlalu pikiran itu ya pikirkan saja diri kamu sendiri dan juga anak kamu,"ucap Santi.

"Iya Bu."

"Udah dulu ya nduk. Ibu mau ke ladang nyusul ayah, kamu baik-baik ya disana."

"Iya Bu, ibu juga jaga diri baik-baik ya."

"Iya nak,"setelah itu sambungan teleponnya terputus.

Dira menghela nafasnya perlahan. Ia sudah merasa lega berbicara pada ibunya, kedua orangtuanya dalam keadaan baik walaupun ditinggal oleh dirinya, Dira sangat bersyukur akan itu.

Dira melirik jam sudah pukul 2 siang masih sangat lama waktu ia harus bekerja kembali yaitu memasak untuk tuannya makan malam, saat ini tuannya masih berada di kantor dan bilang jika pulangnya nanti sekitar jam 5 an.

"Dari pada bosan lebih baik aku nonton film deh,"gumam Dira sembari mengambil remote tv lalu menyalakan TV nya. Dira meletakan bantal di belakang punggungnya dan juga dipangkuanya.

Dirasa ada yang kurang Dira kemudian turun dari ranjang dan menuju meja tempat meletakkan berbagai buku novel dan lainnya.

Dia mengambil sesuatu di dalam kantong plastik besar yang berisi semua cemilannya, Dira kemudian mengambil keripik kentang lalu dia membawanya ke kasur kembali dan Dira mulai khusyuk menonton film.

_

Sedangkan ditempat lain lebih tepatnya di kantor Aldan, saat ini Aldan sedang fokus menatap layar laptop di depannya, sesekali dahinya mengernyit dan dia juga sesekali memijatnya. Jika sedang pusing ia jadi malas sekali untuk melanjutkan pekerjaannya.

Aldan kemudian menghubungi seseorang lewat telepon kantornya.

"Ke ruangan saya sekarang,"perintah Aldan lalu menutup teleponnya.

Tok.. tok...tok

"Masuk,"perintah Aldan, orang yang berada di luar lalu membuka pintunya perlahan dan masuk ke dalam ruangan Aldan.

"Bos panggil saya, ada apa?"tanya sekertaris Aldan yang bernama Marco.

"Duduk,"perintah Aldan kembali.

Marco pun menurut dia lalu duduk di depan atasannya.

Aldan memainkan bolpoin diatas mejanya dan menatap Marco dengan serius. "Kamu berkerja dengan baik selama ini, kamu mampu menyelesaikan tugas yang saya berikan padamu dengan cepat. Tapi kenapa tugas yang satu ini kamu begitu lama menyelesaikannya,"ucap Aldan.

"Maksud bos, tugas yang mana?"tanya Marco bingung.

"Mencari wanita itu,"balasnya.

"Maaf bos. Saya tidak tahu lagi bagaimana saya mencarinya bos, masalahnya saya tidak mengenali wajahnya sama sekali, bagaimana saya bisa mencarinya bos. Hanya dengan bantuan skesta itu tidak bisa membantu banyak bos,"ucap Marco.

"Ck itu hanya alasan kamu, tanpa skesta itu saya sudah berhasil menemukan wanita itu,"ucap Aldan.

"Hah! Bos udah berhasil menemukan wanita itu?"tanya Marco kaget.

Padahal dia sudah mencari wanita itu dari 3 bulan yang lalu dan belum ketemu sampai sekarang.

"Yah, saya sudah bertemu denganya. Kamu tau wanita itu siapa?"

"Siapa bos?"

"Yang ada di rumah saya saat ini, namanya Dira, dia adalah teman adik sepupunya Arsen, gadis lulusan SMA,"jawab Aldan.

Ouh jadi wanita hamil itu, pantas saja bos Aldan langsung baik pada wanita itu bahkan sampai menyuruhnya tinggal di rumahnya, batin Marco.

"Lalu apa yang akan bos lakukan pada wanita itu, bukannya bos mencari dia niatnya ingin menghilangkan dia dari dunia karena takutnya dia bisa membuat nama baik bos menjadi tercemar karena skandal bos yang tidak di sengaja,"ucap Marco.

Aldan menghela nafas kasar. "Niat awal saya memang seperti itu. Tapi kamu tau wanita itu sedang hamil anak saya, saya tidak mungkin menghilangkan nyawanya di dalam kondisinya yang tengah hamil. Dan sepertinya sekarang saya sangat menginginkan anaknya."

"Mungkin saya bisa melakukannya setelah anak itu lahir, saya bisa merencanakan niat awal saya setelah anak itu lahir nanti,"ucap Aldan.

"Bos lebih baik bos batalkan saja niat bos itu, menurut saya itu terlalu kejam. Salah wanita itu apa bos? Bukankah dia adalah korban disini, dia bukan pelaku dan saya lihat dia wanita yang baik dan sangat polos,"ucap Marco.

Marco tidak pernah setuju dengan niat bos nya ini yang terbilang sangat kejam, bagaimana mungkin wanita itu yang merupakan korban disini malah di salahkan dan akan di hilangkan nyawanya, seharusnya pelakunya yang mendapatkan itu.

Aldan terdiam, dia tidak ada rasa bersalah kepada wanita itu dan dia hanya memikirkan tentang nama baiknya, jika berita ini kesebar ke publik, pasti ibunya akan kecewa padanya.

"Apa bos tega setelah anak bos lahir dan bos meminta anaknya darinya, bagaimana perasaan wanita itu yang merupakan ibunya. Dan setelah itu bos akan membunuh ibunya, berarti bos juga akan menyakiti ibu wanita itu yang tidak salah sama sekali. Saya benar-benar tidak setuju dengan niat bos ini, menghilangkan nyawa orang itu dosa besar bos, apalagi itu adalah nyawa seorang ibu. Jika anak bos sudah dewasa dan tau apa yang terjadi kepada ibunya saya yakin dia akan membenci bos,"ucap Marco.

Semoga saja perkataannya ini mampu di terima baik oleh bos nya.

"Kamu keluar dari ruangan saya! Saya tidak perlu ceramah dari kamu!"ucap Aldan dengan tegas.

Marco mengangguk dan langsung keluar dari ruangan Aldan.

"Ibu ku juga akan sakit jika mendengar kabar skandal ku ini, bukan hanya ibu dia atau wanita itu,"gumam Aldan.

Bersambung...

Hamil Anak Tuan Ku ✓Where stories live. Discover now