1. Dokter

1.1K 50 66
                                    

Pada akhirnya tetap aku yang kalah, tetap aku yang dipaksa untuk menyerah. Tetap saja aku yang ditampar oleh realita keadaannya.

Kadang aku merasakan bagaimana rasanya diasingkan oleh keluarga sendiri. Kadang aku dipaksa untuk menjadi sosok yang mereka mau, tapi saat semuanya sudah aku lakukan, tetap saja ada kurang menurut mereka. Haha, mungkin aku hanya boneka keinginan mereka saja.

-Sylvia Ivy Vianly.

***

Seulas senyum manis telah diberikan seorang gadis kepada kekasihnya, gadis itu berjalan dengan santai padahal hatinya kini berbunga-bunga. Sylvia Ivy Vianly, namanya Ivy. Ivy yang memakai toga kini memeluk erat tubuh sang kekasih yang sudah sembilan tahun lamanya menemaninya. Sembilan tahun mendekapnya kala sedih, sembilan tahun menjadi kekasih hatinya, sembilan tahun menguatkannya. Bahkan sembilan tahun kedua insan itu sama-sama mengejar gelar dokter bersama. Bersama-sama untuk mengejar impian serta jas putih kebanggaan.

"Finally kita lulus juga ya, Sayang. Aku gak pernah ngebayangin kalau impian aku bakalan tercapai, ya walaupun bukan impian aku sendiri sih, impian keluarga dan semuanya. Gak pernah seekspetasi ini kalau kita bisa jadi dokter bareng-bareng. Pokoknya aku sayang kamu, aku beneran sayang sama kamu, makasih ya udah jalanin sembilan tahun sama aku penuh suka duka. Makasih selalu menguatkan aku di saat aku terpuruk, di saat semua dunia gelap menurutku. Selamat hari jadi yang ke sembilan tahun, Raka." Tanpa malu dan tanpa ragu Ivy mencium pipi Raka, kekasihnya. Ia mengucapkan selamat atas sembilan tahun lamanya mereka berpacaran, sembilan tahun lamanya mereka susah senang bersama. Jujur, Ivy tak pernah sebahagia ini. Hari kelulusannya menjadi dokter sekaligus hari jadinya yang ke sembilan tahun adalah hari terbaik.

Raka Darendra, lelaki yang berperawakan lima belas senti lebih tinggi daripada Ivy pun balas memeluk Ivy, ia tersenyum senang. Sama-sama bahagia juga akhirnya bisa menyelesaikan studinya dan bisa menjadi dokter setelah penantian lama mereka. "Aku juga bahagia banget, Sayang. Makasih kembali, ya. Makasih kamu udah mau menerima aku apa adanya, makasih kamu udah mau menerima segala kekurangan aku, makasih kamu udah jadi pacar terbaik di antara yang paling baik. Selamat hari jadi ke sembilan tahun, Sylvia-nya Raka. Semoga di tahun ini semua keinginan kita semakin tercapai dengan baik. Semoga di tahun ini gak ada tangisan di antara hubungan kita. Aku mencintaimu dengan sangat, Sylvia."

Keluarga Pati, Vianly, dan Darendra yang awalnya menatap mereka saja kini mulai memisahkan mereka berdua, kalau dibiarkan begitu saja Raka dan Ivy bisa kelupaan sampai hanya tatap-tatapan saja, tanpa ada acara seru untuk foto-foto, mengabadikan momen kelulusan mereka.

"Yang lagi dimabuk cinta mah beda," sindir Vero dengan kekehan kecil, pria yang notabenenya menjadi papah dari seorang Sylvia Ivy Vianly ini merasa bangga pada putrinya. Pasalnya putrinya ini dari dulu tidak ada keinginan untuk menjadi seorang dokter, impian putrinya dari dulu malahan menjadi seorang akuntan yang sama sekali tidak ada sejarahnya bagi keluarga mereka.

"Biasalah." Ivy menanggapi sindiran papahnya. "Papah kayak gak pernah muda aja," lanjut Ivy yang malah balik mengejek.

"Udah-udah, mending sekarang kita langsung foto-foto, mengabadikan momen kelulusan kalian berdua. Oh iya, opa bangga banget sama kalian berdua, opa seneng banget akhirnya masih dikasih umur panjang buat liat kalian berdua lulus dari kuliah. Bahagia selalu ya, Sayang. Semoga hubungan kalian bisa ke jenjang yang lebih serius. Opa selalu menantikan itu." Darka tersenyum tulus ke Ivy, cucunya yang dari dulu sangat bandel. Cucu yang lebih banyak membangkang daripada menurut. Cucu yang lebih sering membuat Darka darah tinggi karena sifat ngeyelnya.

Jika kalian bertanya hubungan Darka dan Ivy saat ini bagaimana, tentu saja jawabannya sangat baik. Darka jauh lebih baik dan menyayangi Ivy. Darka jauh lebih berkata bangga terhadap Ivy. Apalagi setelah semua keinginan Darka dikabulkan oleh Ivy. Ivy yang mau menjadi dokter, dan Ivy yang mau menjauhi Ravin, ah membahas Ravin jadi membuat perbincangan ini semakin misterius saja. Sudah hilang feeling rasanya.

"Makasih, Opa." Ivy dan Raka membalas harapan Darka dengan sama-sama berharap. Mereka juga berharap demikian, mereka juga berharap semoga saja tahun ini adalah tahun yang baik untuk hubungan keduanya.

Sebenarnya Ivy sama sekali tidak berekspektasi demikian, Ivy tidak pernah membayangkan bisa menjadi dokter yang pada dasarnya memang bukan cita-cita gadis itu. Ivy tidak pernah membayangkan bisa bertemu dengan pria sebaik Raka yang bersyukurnya selalu ada untuk Ivy. Kepindahan keluarga dari Jakarta ke Semarang membuat Ivy jauh lebih bersyukur. Ivy jauh lebih merasakan bahagia, Ivy jauh lebih merasakan apa arti cinta sesungguhnya. Ivy bahkan merasakan kalau ia kini dianggap salah satu cucu kesayangan. Sesuatu yang sebelumnya tidak bisa Ivy raih, saat ini ia raih dengan mudah. Syukurlah.

"Ayo mulai!" Vanya menginterupsi dengan nada tinggi, membuat para keluarga besar mulai memberikan gaya terbaik mereka masing-masing dan tersenyum manis ke arah kamera.

Ivy yang tidak tahu mau membuat gaya apa hanya tersenyum simpul ke kamera, bahkan senyuman Ivy terlihat sangat manis dan natural.

"Satu, dua, tiga!" Fotografer yang mereka semua sewa pun langsung mengaba-aba, memberikan petunjuk supaya mereka semua memaksimalkan gaya masing-masing. Setelah oke dengan satu jepretan, lagi-lagi fotografer mengaba-aba untuk berganti gaya, membuat Ivy dengan nada isengnya membisikkan sesuatu ke kekasihnya, Raka.

"Lempar topi toga kita ke langit, terus nanti kita ketawa bareng supaya gayanya bagus," bisik Ivy dengan gerakan mulut tanpa suara. Raka yang sudah kelewat bucin dengan gadisnya pun hanya mengangguk, mengiyakan saja, bak hewan peliharaan yang selalu menuruti apa kata tuannya.

"Satu." Sang fotografer lagi-lagi menginterupsi, membuat Raka dan Ivy mulai bersiap melempar topi toga mereka. "Dua." Raka dan Ivy menaikkan topi toga mereka. "Tiga!" Sempurna, semuanya terkejut dan menoleh ke belakang saat Ivy dan Raka melompat melempar toganya, gaya yang Ivy pikirkan ini berhasil dan membuahkan hasil yang sangat maksimal, terbukti dengan gaya yang sangat natural dan terkesan elegan.

"Bagus!" teriak Vanya sambil memberikan jempol kepada putri tunggalnya. "Ngagetin aja kamu ya, tapi gapapa, gayanya natural dan aesthetic abis," pujinya berlebihan, biasa emak-emak.

Detik demi detik berlalu, kini saatnya Raka dan Ivy berfoto berdua di studio foto. Pada gaya pertama mereka hanya senyum biasa, gaya kedua mereka mengangkat satu telapak tangan untuk menutupi sebelah matanya, gaya selanjutnya Ivy menatap ke arah Raka dengan penuh cinta, lalu gaya-gaya berikutnya mereka habiskan bak dunia milik berdua.

"Happy graduation, Babe!" Raka membisikkan kata-kata tersebut tepat di telinga Ivy, rambut Ivy yang dibiarkan terurai membuatnya sedikit kesulitan.

"Happy graduation too, Babe! Selamat menjalankan tugas menjadi dokter. Semoga menjadi dokter yang amanah, semoga menjadi dokter terbaik di negara ini. Semoga kamu gak pernah nyakitin hati aku lagi, titik. Love you, Raka Darendra."

"Aamiin, kamu juga ya. Jadi dokter yang bermanfaat bagi semuanya. Jadi dokter yang bermanfaat untuk negara, bangsa, keluarga, siapa lagi ya? Ah gak tau lah. Love you more, Sylvia Ivy Vianly." Kekehan kecil dan canda kecil selalu menghiasi hubungan Raka dan Ivy. Raka yang bersifat kocak, terkadang mampu membuat Ivy yang pemarah menjadi mempunyai moodboster.

Setelah semuanya selesai, Ivy dan Raka berjalan keluar dari universitas terbaik yang ada di Semarang, mereka berdua menautkan jari mereka dengan pandangan yang tak pernah lepas satu sama lain. Lalu, kisah ini akan dimulai.

***

Hai, Guys! Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, dan selamat malam untuk kalian semua yang sudah baca cerita ini!

Long time no talk, akhirnya setelah sekian lama aku hilang dari peradaban, aku kembali lagi membawa cerita yang bikin aku gagal move-on:)

Semoga cerita ini bisa membuat kalian semua suka dan bahagia, ya.

By the way, cerita ini adalah sequel dari MIPA VS AKUNTANSI, jadi sangat disarankan untuk baca cerita MIPA VS AKUNTANSI terlebih dahulu, ya💖

See you di chapter berikutnya!

Xoxo,

Luthfi Septihana🌹

Dokter VS AkuntanOù les histoires vivent. Découvrez maintenant