26. Hancur dan Keluarga

140 12 11
                                    

"Kalimat manis hanya penenang, jangan terlalu senang."

—Sylvia Ivy Vianly.

***

Ivy, di tengah kebimbangan dan kekecewaan yang mendalam, berjuang untuk menemukan titik terang di dalam hatinya. Ia menyadari bahwa cinta sejati sering kali penuh dengan komplikasi dan tantangan. Sementara hatinya hancur, ia juga merasakan kehadiran Raka yang selalu mendukungnya dan cinta yang tulus yang masih terpancar darinya.

Sungguh, ini merupakan hari yang sangat berat untuk semua orang. Tak ada yang bisa berpikir jika kejadian seperti ini akan terjadi. Tak ada yang berpikir jika kejadian seperti ini akan membuat semua orang merasakan sesak yang tiada ujungnya. Semua orang jelas kecewa dengan perilaku Raka dan Ayra. Semua orang jelas tidak tahu harus mengambil keputusan apa, padahal hubungan antara Ivy dan Raka sudah sejauh ini.

"I know you're the best man in my life, Raka. Tolong bilang ke semua orang kalau yang Ayra bilang soal kamu itu gak mungkin. Bukan kamu yang menghamili dia, kan? Bukan kamu penyebab dari ini semua, kan, Raka?" pinta Ivy dengan nada rendah yang tentu saja membuat semua orang merasa iba kepada gadis tersebut. "Aku cinta banget sama kamu, Raka. Please, aku gak mau kamu berkhianat," lanjutnya semakin sumbang.

"Itu aku, Vy. Dan aku mau tanggung jawab ke Ayra, tapi dia nolak. Jadi kalau sekarang udah kebongkar, aku mau kita selesai aja, Vy. Makasih udah nemenin aku bertahun-tahun, makasih udah jadi support system yang baik buat aku. Aku sayang banget sama kamu, tapi aku juga harus bertanggung jawab dengan semua yang sudah aku lakukan."

Brengsek! Kenapa sekarang Ivy yang harus menanggung beban dari dosa besar Raka dan Ayra? Kenapa harus Ivy yang menjadi korbannya? Di sini Ivy tidak salah apa-apa, kan? Ivy yang berpacaran dengan Raka, Ivy yang bertunangan dengan Raka. Mereka berdua yang berkhianat, lantas mengapa Ivy yang dibuang? Mengapa harus Ivy yang mendapatkan ini semua?

"Brengsek kamu ya! Kalau misalnya kamu tau kamu salah, kamu gak usah lamar aku! Kamu gak usah menjanjikan aku sebuah pernikahan yang harusnya kamu tau kalau pernikahan itu gak akan terjadi! Di mana hati nurani kamu, hah? Jahat banget kamu sama aku, Ka!"

Tubuh Ivy yang semula berdiri seperti kesetanan, di akhir kalimat langsung terduduk lemas, hatinya sakit bukan main. Masa depannya sudah hancur. Semua janji yang dulu selalu Ivy dengar dari pria yang seharusnya ia sebut tunangan, kini musnah begitu saja. Bahkan tidak ada kata maaf satu pun yang terselip di pengakuan Raka.

Pandangan mata lekat di wajah-wajah keluarga besar Ivy, mencerminkan percampuran antara kekhawatiran, kekecewaan, dan keinginan untuk memberikan dukungan. Ivy tahu bahwa kata-kata yang akan diucapkan nanti akan membawa konsekuensi dan mempengaruhi hubungannya dengan Raka.

Dengan suara yang terputus-putus oleh tangisan, Ivy mengungkapkan kebenaran yang mengguncang. "Terima kasih juga, Raka. Sudah membuatku menderita selama ini, karena saat aku bersama kamu, aku hanyalah sebuah boneka keluarga yang harus dijodohkan dengan dokter juga. Aku yang bertahun-tahun berusaha menerima kamu dan berusaha menerima semua perjodohan ini, meyakinkan diriku bahwa kamulah yang terbaik, nyatanya hari ini kamu membuktikan ini semua. Kamu membuktikan kalau kamu bukan lelaki yang baik. Aku salah lebih memilih kamu dibanding Ravin! Aku menyia-nyiakan Ravin! Aku meninggalkan Ravin bersama kota ini! Aku mengambil keputusan yang salah, Raka!"

Detik-detik keheningan penuh ketegangan berlalu saat tangis Ivy mengisi ruangan. Ia melampiaskan kehancurannya dengan menyampaikan rasa menyesal yang mendalam kepada keluarga besar yang begitu dicintainya.

Tangisan Ivy menunjukkan betapa besar kehancurannya, dan air mata yang berlinang mencerminkan perasaan hampa yang ia rasakan di dalam hatinya. Ia merasa terpukul oleh konsekuensi dari kesalahannya, menyadari bahwa ia telah kecewa pada harapan dan kepercayaan keluarga besar. Ia menyadari bahwa langkahnya sudah salah.

Namun, di antara tangisan yang melanda, Ivy merasakan kekuatan pengasuhan keluarga besar yang menyelimuti dirinya. Anastasya mengulurkan tangan dengan penuh kasih dan menguatkan Ivy, menunjukkan bahwa dirinya siap membantu dan mendukungnya dalam proses pemulihan dan perbaikan.

Di tengah air mata yang tak terbendung, Ivy merasakan sentuhan lembut dan pelukan hangat dari saudaranya tersebut. Meskipun terluka juga, Anastasya memahami bahwa dalam kesalahan dan kelemahan, manusia bisa tumbuh dan belajar. Dalam momen ini, Anastasya ingin menunjukkan kepada Ivy bahwa keluarga adalah tempat di mana kepedulian, pengertian, dan pemulihan dapat ditemukan.

Sambil menghapus air mata yang mengalir di pipinya, Ivy merasakan campuran perasaan antara duka dan harapan. Ia tahu bahwa jalan pemulihan akan panjang dan sulit, tetapi dengan dukungan Anastasya keluarga yang tak tergoyahkan, ia merasakan cahaya yang menginspirasi di balik kegelapan.

"Ivy, Opa benar-benar minta maaf, mungkin setelah ini kamu akan merasa tidak adil atau bagaimana. Namun hubungan kamu dan Raka memang tidak bisa dilanjutkan. Kita sekeluarga akan menikahkan Raka dan juga Ayra secepatnya. Maaf, Ivy."

Seumur hidupnya, Ivy tidak pernah mendengarkan nada lirih dan tanpa harapan dari seorang paruh baya yang selama ini ia panggil dengan sebutan 'Opa'. Ini adalah pertama kalinya orang tua tersebut berbicara dengan tatapan menunduk pula, seolah malu dengan semua kejadian yang membuat nama besar keluarga tercoreng.

"Aku gak mau, Opa. Aku gak mau jadi orang yang menghancurkan saudaraku sendiri," tolak Ayra mentah-mentah.

Emosi Ivy jelas langsung memuncak saat mendengar perkataan dari wanita yang sedang berbadan dua tersebut. "Lo mending diem deh, Ra! Gak usah munafik! Bisa-bisanya lo bilang gak mau menghancurkan saudara lo sendiri? Bahkan lo udah menghancurkan gue dari lama! Dari lo berusaha buat deketin Raka, lo udah hancurin gue! Dari lo dan Raka pergi ke bar, ciuman, dan melakukan hal terlarang, lo berdua udah menghancurkan gue! Percuma tau gak kalau sekarang lo beralibi gak mau menghancurkan gue karena sebenarnya semua ini udah hancur gara-gara lo!"

PLAKKK!!!

"Kecilkan nada bicaramu di depan anak saya! Saya tidak suka anak saya disudutkan seperti ini bahkan diteriaki, Ivy! Kamu tidak pantas berteriak kepada kakakmu! Ayra adalah kakakmu!" jelas Nav dengan nada tak kalah menggebu-gebu. Hatinya tentu saja hancur mendengar anaknya diteriaki seperti ini, apalagi oleh Ivy yang notabenenya secara garis keluarga adalah adik dari Ayra.

"Bahkan nada bicara saya tidak sebanding dengan apa yang sudah anak Anda lakukan, Nyonya Navita. Nada bicara saya tidak sebanding dengan hati saya yang hancur, hubungan saya yang hancur, mental saya yang gila, impian-impian saya yang lenyap begitu saja! Itu semua tidak sebanding dengan perbuatan dosa yang sudah puteri Anda lakukan dengan begitu liciknya!" jerit Ivy.

***

Hai, semuanya! Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, dan selamat malam buat kalian semua yang baca chapter ini!

Gimana perasaan kalian setelah baca chapter ini?

1. Marah dengan Ayra?

2. Hancur seperti Ivy?

3. Kesal dengan Navita?

4. Emosi dengan Raka?

See you!

Xoxo,

LuthfiSeptihana🌹

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 23, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dokter VS AkuntanWhere stories live. Discover now