22. Reuni

63 6 0
                                    

"Sungguh aneh tapi nyata, kau tak kan terlupa."

--Sylvia Ivy Vianly.


***

"Mau apa kamu ke sini, Kayla?" Suara wanita yang sudah tergolong lanjut usia itu membuat Kayla langsung membalikkan badannya, melihat bahwa di anak tangga keempat terdapat wanita yang selama ini ia panggil dengan sebutan tante. Sosok wanita yang sudah lama sekali tidak pernah ia lihat. Sosok wanita yang Kayla sendiri paham betul dengan keras kepalanya.

Tentu saja untuk merespon pertanyaan dari Vanya, Kayla langsung melambaikan tangannya dan menghampiri wanita tersebut. "Aku cuman mau kasih undangan buat reuni SMP ke Ivy, Tan. Tante apa kabar? Udah lama gak ketemu, mamah selalu tanyain kabar tante sama om ke Kayla, dia kangen sama kalian."

Seolah tak pernah suka dengan Kayla, reaksi yang Vanya keluarkan justru memelototi gadis tersebut, dirinya bahkan sudah mengangkat telunjuk. "Buat apa kamu masih ke sini dan ngundang reuni SMP lagi? Kamu pasti sekongkol sama Ravin yang anak miskin itu, kan? Kamu mau buat Ivy balikan lagi sama Ravin? Dengar baik-baik, Kayla. Saya dan keluarga besar saya sudah merancang masa depan yang baik untuk Ivy. Ivy adalah keturunan dari keluarga dokter terpandang, kita semua tidak akan membiarkan Ivy kembali dengan Ravin. Dengar baik-baik juga bahwa Ivy tidak akan hadir ke acara tersebut."

Mendengar jawaban dari sang ibunda, Ivy hanya bisa menghela napasnya. Sudah ia pastikan bahwa ibunya tidak akan membiarkan Ivy ke sana--menghadiri reuni SMP yang jelas-jelas dihadiri juga oleh Ravin. Padahal Ivy juga sudah menjelaskan berkali-kali bahwa Ivy sendiri pun sudah melupakan Ravin. Ivy tidak akan pernah kembali kepada pria tersebut. Pun sebaliknya, Ravin sendiri tidak akan pernah kembali kepadanya karena sekarang di tengah-tengah mereka berdua sudah ada Bening.

Seringaian tipis Kayla mulai tampil saat mendengar semua perkataan Vanya yang benar-benar jauh dari pertanyaannya. "Udah bertahun-tahun aku gak ketemu sama tante, ternyata tante gak berubah sama sekali ya, masih sama aja, sama-sama keras kayak dulu. Masih terobsesi kalau Ivy mau melanjutkan garis kedokteran di keluarga. Masih benci sama Ravin cuman karena gak suka Iv--"

"Kayla stop!" Bisa gila jika semua ini dilanjutkan. Bisa gila jika Kayla terus menghina Vanya yang wanita itu sendiri pun tidak pernah membuka mata. Sebelum semua yang ada di benak Ivy terjadi, lebih baik Ivy hentikan itu semua. "Tujuan lo ke sini cuman buat ngasih undangan reuni SMP ke gue, kan? Sekarang undangannya udah di tangan gue, tandanya undangan ini udah gue terima. Jadi ... sekarang lo bisa pergi ya, Kay? Gue udah gak mau liat lo lagi."

Berakhirnya perkataan Ivy justru permulaan luka di hati Kayla. Kayla tak habis pikir bahwa sahabat yang selama ini ia bela, sahabat yang selama ini selalu ia pikirkan, nyatanya sudah berubah. Ivy sudah tak lagi menganggap Kayla. Ivy sudah tak lagi mau berinteraksi dengan Kayla. Baiklah, jika memang seperti itu keinginan Ivy, biar Kayla saja yang pergi.

"Oke, makasih buat usirannya."

***

Memandang jalanan ibu kota yang padat, ciri khas dari Kota Metropolitan sekali, bukan? Ciri khas dari kota yang selama ini selalu Ivy perjuangkan untuk kembali ke sini. Gadis yang kini sudah menjadi dokter itu pun langsung membuka jendela mobilnya, membuat sang kekasih yang berada di kemudi langsung menoleh dan mengacak rambut Ivy. "Kamu tuh beneran kebiasaan deh, Vy! Nanti kamu sakit loh kalau kena angin malem," omelnya.

"Kamu tenang aja, Ka. Aku gak bakalan kenapa-kenapa kok," elak Ivy. "Oh iya, aku mau cerita deh sama kamu." 

Entah ini merupakan sebuah keputusan yang tepat atau bukan, namun jujur saja sedari tadi Ivy terus memikirkan hal ini. Ada sedikit keinginan untuk menghadiri acara reuni yang Kayla antarkan undangannya tadi, namun ia yakin bahwa keluarganya pasti tidak akan memberikan izin. Keluarganya pasti akan berpikir bahwa Ivy ke sana hanya untuk Ravin seorang, padahal kenyataannya tidak demikian. Ivy hanya rindu semua teman-teman lamanya. Ivy hanya ingin berkumpul dengan mereka semua.

"Boleh, waktuku selalu ada untuk kamu pokoknya, Vy."

Setelah menghela napas dan berulang kali memikirkan keputusannya ini, akhirnya Ivy mengambil keputusan jika ia harus bercerita kepada tunangannya. Ia tak boleh memendam ini semua sendirian. 

"Jadi, kamu tau kan soal Ravin?" prolog Ivy yang langsung direspon sebuah anggukan kecil oleh Raka. "Keluargaku itu dari dulu gak pernah suka sama Ravin karena dia itu mantanku. Mereka gak pernah suka sama Ravin karena Ravin bukan berasal dari keluarga dokter. Ravin bukan sosok tipe idaman mereka. Intinya mereka gak bisa nerima itu. Ravin ini kebetulan temen SMP aku, Ka. Dan kebetulan tadi Kayla ke rumahku buat ngasih undangan reunian SMP yang jelasnya ada Ravin di sana. Tadi mamah tau dan ketemu sama Kayla juga, tapi ya mamah langsung gak suka karena Kayla ungkit-ungkit masa lalu dan aku juga yakin seratus persen kalau keluargaku gak bakalan kasih izin aku dateng ke acara reuni itu."

Hening beberapa saat karena Ivy sendiri bingung harus menjelaskannya bagaimana. Dirinya hanya takut jika Raka pun tak setuju dengan keinginan Ivy. Ia hanya khawatir jika Raka pun tak memberikan izin Ivy untuk hadir ke acara tersebut.

"Kamu mau dateng ke acara reuni itu?" tanya Raka yang melihat tidak ada tanda-tanda Ivy akan melanjutkan ucapannya. 

"Iya, Raka. Aku kangen banget sama temen-temenku. Aku mau banget dateng ke sana dan temu kangen sama mereka semua. Please, kita ke sana ya? Kamu ikut aku ke acara reunian supaya keluargaku kasih izin," pinta Ivy sembari menyatukan kedua tangannya untuk memohon kepada sang tunangan.

"Ya udah, kamu besok dateng aja ke acara itu. Aku gak usah ikut, Sayang. Kan aku bukan alumni sana, gak enak sama temen-temen kamu, terus juga supaya kamu lebih nyaman kalau mau cerita dan temu kangen sama mereka. Nanti urusan izin dari keluarga biar aku aja yang urus, oke?" 

Ya Tuhan, Ivy benar-benar merasa beruntung memiliki Raka yang baik hati dan benar-benar menggambarkan sosok pria idaman. Raka memang selalu bisa diandalkan!

"Aaa makasih, Sayang! Tapi kamu ikut lah, aku gak mau sendirian juga di sana," jawab Ivy dengan mengedipkan matanya berkali-kali tanda memohon.

"Gak usah, Sayang. Kamu aja sama temen-temenmu. Nanti aku yang minta izin sama keluarga kamu. Aku juga percaya kalau tunangan aku ini gak akan macem-macem kok di sana."

***

"Raka ke sini cuman mau ngasih tau kalau Ivy tadi izin ke Raka buat ikut acara reunian besok," ucap Raka menjelaskan di hadapan kedua orang tua Ivy.

"Ivy gak akan hadir ke sana, Raka!" tentang Vanya dengan cepat.

"Ivy bakalan aman, Tante. Ivy kan juga udah dewasa, dia tau mana pilihan dia. Ivy tuh cinta sama Raka, Tante. Ivy tuh serius sama Raka. Jadi tante gak perlu tentang Ivy lagi. Raka yakin kalau Ivy gak akan kenapa-kenapa cuman karena ketemu sama Ravin di acara itu."

"Tapi Ivy itu keras kepala, Raka. Dia orangnya masih plin-plan," ucap Vanya menimpali kembali.

"Enggak, Tante. Tante harus percaya sama Ivy. Tante enggak perlu kekang Ivy lagi. Ivy udah enggak kayak gitu lagi kok. Tante percaya ya sama Raka? Ivy bakalan baik-baik aja."

Dokter VS AkuntanDove le storie prendono vita. Scoprilo ora