Si Penakut vs Si Cengeng

9 5 0
                                    

9. Si Penakut Vs Si Cengeng

Tanpa sadar, di dekatnya aku merasa bahagia.
-Runi Syazani Putri-

"Ra? kamu gakpapa?" Radit menatap Tira yang sedari tadi diam dan hanya mengaduk minumannya.

"Nggak." Tira tersadar dan menoleh pada Radit sambil menggeleng. Sejak Radit datang untuk menjemput Tira, ia tidak langsung membawa Tira pulang, ia mampir terlebih dahulu ke sebuah cafe.

"Ra kalau ada masalah cerita, jangan di pendem sendiri entar kurus."

Tira tersenyum, "mana ada orang yang mendem masalah jadi kurus, kalau nahan makan setahun baru kurus." Radit selalu bisa membuat moodnya kembali membaik dan selalu ingin meladini candaanya. Ia tidak boleh egois Radit sudah berusaha membuatnya bahagia tak mungkin ia sia-siakan.

"Nahan makan setahun sih bukan kurus lagi Ra, tapi mati. Lagia emang ada orang yang nahan makan selama setahun?" serunya keduanya sambil  tertawa. Radit sangat bahagia melihat kekasihnya kembali ceria.

"Kali aja kan ada."

"Kalau ada, emang kamu mau kasih makan?"

"Ya, haruslah kasihan."

Radit mengacak Rambut Tira gemes, "Uhhh pacarku baik ya,"

"Ouh iya Dit, kamu gakpapa kan tadi aku ketemu sama Rino?" tanya Tira memastikan untuk kesekian kalinya, setelah dimotor terus-terusan bertanya. Radit bukan tipe cowok pecemburu, negatif thingking, posesif atau yang lainnya. Ia lebih ke cowok yang apa adanya, ngak pernah ngatur dan penyayang.

"Hmm, udah bilangkan gakpapa," sambil tersenyum lebar, diikuti Tira.

"Ouh iya, aku mau jujur sama kamu Dit." Radit yang tengah meminum minumannya, segera gelasnya ia turunkan dan di simpan di meja. Ia menatap Tira yang terlihat serius.

"Kenapa?" tanyanya heran. Tira takut mengatakannya karena pasti ini akan menyakiti hatinya Radit, tapi iapun harus memberi tahunya.

Tak butuh waktu lama, Tira mengatakannya. "Aku masih ada rasa sama Rino, Dit."

Padahal angin malam sedang kencang-kencangnya berhembus membuat para pengunjung sejuk dengan udara yang dingin, tapi kenapa udara itu tidak terasa pada Radit, ia malah merasa otak dan hatinya memanas. Dalam hubungannya dengan Tira itu memang bukan hal aneh, karena setiap obrolannya selalu ada hal-hal yang berkaitan dengan Rino. Radit menerimanya, karena ia benar mencintai cewek itu, ia tidak bisa berpaling dengan mudah pada cewek lain ketika ia sudah menemukan yang cocok, meski harus menyakiti dirinya sendiri setidaknya itu perjuangannya.

Karena memang, untuk berhubungan dengan Tira pun ia harus menjadi selingkuhan. Dan banyak hal menyakitkan lainnya yang tak perlu ia ceritakan, karena ia masih ingin bertahan. Tapi, kenapa ucapannya kali ini rasanya sangat sakit dari yang sudah-sudah?

Radit masih diam, membuat Tira kembali berbicara. "Maafin aku, kita masih bisa jadi saha-"

"Weekend ini kamu ada acara gak?" tanya Rino, sebelum Tira menyelesaikan perkataannya. Ia sengaja mengalihkan topik karena tak mau menanggapinya yang akhirnya ia tahu bahwa Tira menyuruhnya untuk berhenti menjadi kekasihnya dan ia tidak akan mau.

Tidak bisa dipungkiri juga, bahwa sebenarnya Tira mengetahui perasaan Radit yang amat terluka karena mencintainya, tapi ya begitulah dia, dia selalu tidak bisa menerima dan tetap ingin menjadi kekasihnya membuatnya ia tambah bersalah.

###

Selama perjalanan pulang Rino meneteskan air matanya, ia menyesal tidak bisa menjadi yang terbaik buat Tira. Ia merasa dirinya adalah orang buruk. Ia kira selama ini Tira tidak menyimpan kekecewaan apapun pada dirinya tapi, ternyata kecewa itu menjadi alasan ia berselingkuh.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 24, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Our StoryWhere stories live. Discover now