Memastikan Sesuatu

38 12 4
                                    

6. Memastikan Sesuatu

Hidup mu milik mu dan hidup orang lain milik orang lain, tak perlu cemas soal yang lain, kamu hanya perlu fokus pada hidup dan kebahagiaanmu.
-Rino Prasetyo Mukti-

"Pak saya ijin pulang." Pinta Runi pada guru yang menjaga TU.

Sebelumnya ia sudah mengambil tas di kelasnya dengan sorotan mata yang mengerikan, tak ada guru yang mengajar, karena hari ini ternyata sedang diadakan rapat selama beberapa jam ke depan dan berakhir jamkos. Runi memilih pulang, sudah cukup untuk hari ini. Ia sudah cukup puas dengan apa yang terjadi.

"Kamu kenapa?" tanya Pak Randi, penjaga TU itu sambil memperhatikan penampilan Runi dari atas sampai bawah yang masih terlihat basah.

"Sakit pak," jawab Runi malas, ia hanya sedikit pusing saja.

Pak Randi memperhatikan Runi aneh. "Itu pakaian kamu kenapa basah semua? kejebur?" tanya Pak Randi kembali, merasa heran.

Runi tak ingin membahasnya. "Gakpapa, Pak. Saya boleh pulang kan?" tanyanya memastikan. Ia benar-benar sangat lelah.

"Kamu di antar atau dijemput?"

"Sendi-" Runi tengah menjawab namun terhenti, ketika tiba-tiba seseorang datang dengan nafas yang tak teratur.

Terdengar suara nafas tak beraturan seperti sudah berlari jauh. "Huh ... huh...." Runi menengoknya dan mendapati Rino yang sedang berdiri sambil mengatur nafasnya.

"Lo ngapain disini?" tanya Runi dengan tatapan aneh. Ia mengira Rino akan mengikutinya.

"Saya yang antar Pak." Ucapnya tanpa menjawab pertanyaan Runi, membuat Runi menatapnya tak suka, apa lagi yang ingin Rino lakukan pikirnya merasa sangat risih.

"Kamu mau nganter atau mau bolos?" Pak Randi mengintimidasi, karena Rino sudah membawa tasnya yang membuat Pak Randi curiga bahwa dia akan bolos. Rino hanya cengengesan tak jelas.

"Saya sendiri aja pak, gak papa."

Pandangan Pak Randi teralihkan pada Runi. "Kamu yakin? kamu kan sakit gimana kalau kamu pingsan ditengah jalan? siapa yang bakal tanggung jawab?"

"Maka dari itu pak, saya mau anterin dia," sahutnya semangat.

"Gausah," tolak Runi. Kenapa ribet amat sih? padahal jika sudah diijinkan ia tinggal pergi ke rumahnya, tapi kenapa dipersulit. benar-benar tidak habis pikir.

"Yaudah kalau kamu mau anterin, simpan tas kamu di kelas," suruhnya yang mumbuat Runi menghentak-hentakan kakinya kesal.

"Titip di sini ajalah pak, capek pak harus balik lagi ke kelas mana jauh. Bapak gak kasian apa sama kaki saya? gimana kalau patah karena kecapean bapak mau tanggung jawab?" ucapnya hiperbola, sambil memelas.

Runi memutar bola matanya, malas mendengar drama Rino, ia hanya ingin pulang, tapi kenapa sangat sulit?

"Yaudah, yaudah," ucapnya menyerah. "Runi kamu pergi sama dia. Hati-hati ya," pesan Pak Randi yang mendapat anggukan pasrah dari Runi. Malas jika harus adu mulut mempertahankan ketidak mauannya diantar oleh Rino, tenaganya sudah habis ketika adu mulut dengan Tira.

Setelah berbelit-belit akhirnya perijinan pun diberikan, tapi ia harus pulang dengan Rino membuat dirinya kesal sendiri. Ia berjalan terlebih dahulu meninggalkan Rino yang tengah mengucapkan terimakasih.

"Makasih pak."

"Kamu jangan lupa ke sini lagi, jangan kabur!"

"Iya siap pak."

Our StoryDove le storie prendono vita. Scoprilo ora