Penjelasan Sebenarnya

12 8 17
                                    

8. Penjelasan Sebenarnya

Kita sama-sama pernah mengecewakan dan dikecewakan, ada baiknya kita berhenti untuk tidak saling menyakiti, dan temukan kebahagiaan masing-masing.
-Rino Prasetyo Mukti-

Hari ini cukup melelahkan untuk seorang Rino, setelah melakukan apa yang Runi inginkan, mengetahui kenyataan yang sebenarnya, mengantar Runi ke rumah sakit, balik lagi ke sekolah, dan terakhir latihan band membuat energinya kehabisan, tubuhnya ia ambrukan di kasur empuknya.

Hembusan angin masuk dalam sela-sela jendela kamarnya membuat keringatnya perlahan kering, ia begitu menikmati dan nyaman dalam keaadaannya itu, hingga ia tertidur dengan posisi tengkurap, dengan baju sekolah, sepatu, bahkan tasnya masih ia kenakan. Ia benar-benar lelah ingin istirahat.

Entahlah, kelakuannya kadang aneh, ia tak menghiraukan apapun, ia bahkan terlihat nyaman-nyaman saja tidur dengan segala perlegkapan yang masih lengkap terpasang di tubuhnya.

Matahari bergati bulan, langit sudah tak menampakkan lagi cahayanya. Rino terbangun dari tidurnya menyadari semua yang masih ia kenakan, dengan energi seadanya ia membuka satu-persatu atributnya kasar, lalu beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah keluar dari kamar mandi wajahnya masih tak menampilkan kesegaran, ia masih tampak layu. Hingga suara dering ponsel, menggetarkan gendang telinganya membuat tanggannya beralih mengambil ponsel itu tanpa melihat siapa yang menelpon.

"Hallo?" ia mendekatkan ponsel ke telinganya bermalas-malasan.

"Lo bisa ketemu gue gak sebentar?" Rino terkejut mendengar suaranya, buru-buru ia melihat nama yang tertera di layar ponselnya. 'Tiranoba Myluv♥' Ia langsung membulatkan matanya dan menenangkan dirinya. Ia lupa bahwa ia belum mengganti nama kontak Tira di ponselnya.

"Gak bisa, gue capek," tegasnya.

"Sebentar aja," pinta Tira disebrang sana.

"Gak bisa." Rino kembali menolak, ia tidak mau menemui Tira, untuk apa? tidak ada gunanya bukan? ia kan sedang ingin melupakan bukan ingin memperbaiki hubungan.

"Gue tunggu di taman biasa."

"Ters-" Tira menutup sambungannya membuat Rino berdecah tak mengerti, ia membiarkannya, tidak akan peduli lagi dengan Tira.

Ia menatap ponselnya kesal, entah kesal karena Tira menutupnya secara sepihak atau karena ia bingung apa yang harus dilakukannya. Rino mendudukan dirinya diambang kasur berpikir apakah ia harus menemui Tira atau membiarkannya? Ia tahu tira pasti akan menunggu dirinya.

"Ada apa juga sih dia mau ketemu? bukannya gue sama dia udah end ya?!" Ia berbicara pada dirinya sendiri, masih bingung antara harus menemui atau membiarkan.

"Ok gue gak peduli, mau dia nunggu kek, mau dia pergi kek, gue gak peduli, terserah. Hati gue terlanjur sakit dan hancur." Rino memilih membiarkannya, Ia tak akan biarkan hatinya berpaling dengan mudah pada Tira lagi, Ia benar-benar kecewa, karena ia sudah begitu yakin menempatkan hati pada Tira dan pada akhirnya dia malah menghianatinya.

Bahkan, Rino dan Tira sudah merencanakan hal-hal untuk masa depan, namun semuanya harus sirna, Ia sudah begitu sayang dan cinta pada Tira tapi, jika begini ia tidak bisa menerimanya.

Rino mengambil gitar yang tersandar dipojok kamarnya. Ia mengambilnya itung-itung latihan untuk kontes yang akan diadakannya nanti. Rino mulai memainkan senarnya, intro lagu di mulai. Jari-jemarinya begitu lihai memainkan setiap senar yang dipetiknya.

Sebelum kita sejauh matahari
Kita pernah sedekat nadi
Maaf bila ku tak pernah bisa
Jadi sesuatu yang kamu inginkan

Our StoryWhere stories live. Discover now