Bagian 38 | Hilang Kendali

59 55 27
                                    

Tara mengerutkan keningnya saat mendapati pintu kamarnya tidak tertutup secara penuh, apa ada tante Clara didalem? Tanya tara dalam hati sembari membuka pintu, bola matanya membesar saat mendapati Angga dengan santinya tengah berbaring diranjangnya

"Ngga kamu ngapain disini? Ini kan kamar aku" protes Tara.

"emang ini kamar kamu, tapi disini itu juga rumah mama, lebih tepatnya bentar lagi ini bakalan jadi rumah aku, karena sebentar lagi aku dapat warisan dari mama" tentu saja balasan Angga hanya sebuah candaan bagi Tara.

"tapi kan kamu belum dapat warisannya, udah sana keluar" Tara menarik-narik tangan Angga supaya Angga terbangun dari posisinya itu.

Dan entah apa yang dipikirkan Angga, pria itu justru menarik tangan Tara dan membuat tubuh Tara terjatuh kepelukan Angga yang tengah terbaring, wajah Tara memerah, begitu juga wajah Angga yang sudah seperti tomat matang.

Tara dan Angga saling bertatapan tak lama kem-udian Angga menggulingkan tubuh Tara, sekarang posisi Tara berada dibawahnya "kamu berat tau" ucap Angga sembari mempelai wajah Tara.

"Ngga minggir atau aku nggak mau lagi bicara sama kamu" ancam Tara yang sudah melayang entah kemana.

"Ra boleh ya aku lakuin itu sekali ini aja" pinta Angga.

Tara mendorong tubuh Angga namun sepertinya gadis itu tidak dapat membuat Angga bergerak sedikitpun ya Allah gimana kalau nanti Angga sampai macam-macam dengan hamba? Lindungilah hamba ya Allah doa Tara dalam hati.

Tara segera menjentikkan jarinya dibibir Angga "Ngga" Angga segera tersadar dari lamunanya lalu menyingkir dari Tara.

Jantungnya berdebar sangat kencang dari biasanya apalagi saat menyadari posisi mereka tadi, Angga benar-benar malu dibuatnya.

"sorry Ra tadi itu aku cuma bercanda" sesal Angga takut kalau sampai Tara menjahauinya lagi.

"iya nggak papa, lain kali jangan gitu ya gue takut Ngga" balas Tara, Angga mengangguk lalu segera berpamitan kepada Tara.

Angga memukul dinding kamarnya berkali-kali hampir saja tindakannya barusan bisa keluar batas dan melukai perasaan Tara, satu langkah lagi Angga akan membuat Tara dalam bahaya, Angga merutuki dirinya sendiri sambil beberapa kali tetap memukul dinding kamarnya, dia tidak peduli lagi dengan tangannya yang sudah memar dengan darah segar yang mulai mengalir diujung tanganya.

kalau gue cinta sama Tara, gue nggak boleh buat tara ketakutan kayak tadi, bodoh banget sih untung aja Tara nggak marah lagi sama gue, dasar nafsu umpat Angga.

Jantung Tara berdetak sangat kencang membayangkan kejadian tadi dengan Angga, Tara tau pasti Angga tidak sadar melakukannya, andai saja Angga benar-benar keluar batas Tara benar-benar kalah telak karena tidak bisa menahan pesona Angga yang sangat luar biasa itu.

Tubuh yang atletis, wajah tampan, apalagi saat tadi Tara sempat bertatapan dalam jarak yang sangat dekat dengan Angga, sorot mata Angga saja sudah membuat Tara speacless dan membeku seolah-olah Angga sudah mengunci semua pergerakannya.

----------

Pagi hari yang cerah Tara bangun lebih awal karena akan membantu ibunya memasak, ibu Tara tak henti-hentinya bersyukur memiliki putri yang selalu setia membantunya itu.

"masak apa bu?" tanya Tara sembari mengupas beberapa bawang putih

"jeng Clara minta ibu harus rajin memasak sayur-sayuran" balas ibu Tara

"jeng?? Enggak nyonya lagi??"

"jeng Clara sendiri yang minta, katanya beliau udah menganggap kita sebagai keponakan" cerita ibu Tara, Tara tertawa mendengar semua cerita ibunya itu.

Tanpa sengaja saat ingin mengambil beberapa sayuran dikulkas, Tara berpapasan dengan Angga yang juga akan mengambil minuman, rambut Angga terlihat masih berantakan dengan celana boxer dan juga kaos polosnya.

Tara dan Angga saling bertatapan gue kayak nggak kenal Angga yang sekarang batin Tara, bagi Tara Angga terlihat lebih tampan dan keren dengan tampilan biasa seperti ini, tanpa sengaja Tara melihat tangan Angga yang masih memar dan terdapat sedikit darah yang sudah mengering.

Tara dan Angga saling bertatapan gue kayak nggak kenal Angga yang sekarang batin Tara, bagi Tara Angga terlihat lebih tampan dan keren dengan tampilan biasa seperti ini, tanpa sengaja Tara melihat tangan Angga yang masih memar dan terdapat sedikit...

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"tangan kamu kenapa?" tanya Tara sembari meraih tangan Angga yang tengah terluka itu, Angga semakin bungkam saat merasakan tangan Tara menyentuh tangannya.

"itu tadi malem..." Angga tidak dapat melanjutkan kata-katanya saat mendengarkan teriakan ibu Tara.

"Tara mana sayurnya sayang" panggil ibu Tara, Tara segera mengambilkan sayuran tadi lalu meminta Angga untuk menunggunya disitu.

Tak lama kemudian Tara kembali "duduk dulu Ngga biar aku obatin tangan kamu"
Lagi-lagi Angga terdiam dan memilih untuk duduk dikursi dapur menunggu Tara menyiapkan obat untuk tangan Angga

Tara datang dengan membawa sebaskom air hangat, kain bersih, dan obat-obatan lainnya "butuh bantuan?" tawar Angga saat melihat Tara membawa baskom tersebut Tara membalasnya dengan gelengan kepala yang seolah mengatakan 'tidak' padanya.

Dengan jantung yang masih berdebar-debar Tara meraih tangan Angga lalu membasuh luka tersebut dengan air hangat, sepertinya tidak hanya Tara yang merasa gugup kondisi jantung Angga juga sama seperti Tara saat ini.

"sebenernya tadi malem kamu ngapain sih?" tanya Tara penasaran.

Wajah Angga memerah dibuatnya "aku... aku bener-bener nggak tau Ra, aku minta maaf ya sama kamu" sesal Angga.

Tara menaikkan sebelah alisnya "bukan itu Ngga, maksud aku tadi malem kamu ngapain sampai tangan kamu kayak gini?"

"tadi malem aku mukulin dinding"

"mukulin dinding? Emang dindingnya salah apa sampai kamu pukulin kayak gitu? Aneh banget sih kamu"

"bukan dindingnya yang salah"

"terus??"

"tangan aku Ra yang salah, tadi malem aku udah bikin kamu takut kayak gitu, aku marah banget sama diri aku sendiri jadi deh aku mukulin dinding"

Tara menghembuskan nafas panjang "Angga kamu nggak boleh lagi kayak gini, dosa tau melukai diri sendiri"

Angga mengusap rambut Tara pelan "iya, makannya itu sekarang aku minta maaf, tapi aku enggak nyesel tau tangan aku kayak gini"

"kok nggak nyesel?"

"coba aja kalau tangan aku nggak kayak gini, kamu nggak bakalan megang aku, terus ngobatin aku kayak gini"

Tara tertawa mendengarnya "nggak usah gitu kali Ngga, kalau kamu pengen bilang aja nanti juga..." Tara segera membungkam mulutnya.

"nanti juga apa??" goda Angga.

To be continued....
Jangan lupa tekan ⭐ untuk vote...
Komentari apa pendapat kalian tentang chapter ini ya...❤️❤️❤️

[✓] Love HurdleTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon