Five

288 64 306
                                    

Tidak semua orang mampu bersikap tegar, di saat masalah datang silih berganti menyerobok pertahanan yang susah payah dibangun oleh seseorang.

©Letter of Destiny©

🕊🕊🕊🕊

(MENGANDUNG KATA KASAR. TIDAK UNTUK DITIRU🙅.)

Haidar tampak melamun sembari memandang jendela besar transparan yang tepat berada di sampingnya. Kedua netra cokelatnya memperhatikan lalu-lalang orang-orang dengan tatapan kosong. Raganya memang ada di sini tetapi pikirannya, terlempar pada masa lalu. Masa, di mana keluarganya masih bisa bersama-sama.

Haidar pernah merasakan bagaimana hangatnya hubungan keluarganya dulu, bagaimana bahagianya dia memiliki orang tua yang sehebat mereka, juga bagaimana bahagianya dia mendapatkan seorang adik perempuan yang galak dan cerewet. Namun, itu dulu sebelum perceraian kedua orang tuanya terjadi.

Padahal dulu, Haidar bisa melihat bagaimana sayang dan cintanya papa Haidar dengan mamanya. Namun, kenapa bisa-bisanya papanya berselingkuh dengan sekretarisnya sendiri? Karena mama Haidar mengetahui hal itu, akhirnya dia minta bercerai dengan papa Haidar, sebab bagi mama Haidar perselingkuhanlah yang paling dia benci di dunia ini.

"Woi, Bro!" Suara yang lumayan kencang itu berhasil membuat Haidar tersadar dari lamunannya.

"Ngelamun aja lo. Ngelamunin apaan, sih? Ngelamunin jodoh yang lo maksud itu? Kenapa? Lo lagi mikirin siapa namanya? Atau rumahnya ada di mana? Biar lo bisa ke rumahnya untuk tanyain namanya siapa?" tanya Nizam kemudian tertawa, seolah mengejek Haidar.

Haidar yang jengkel dengan kelakuan sahabatnya itu, segera mengambil tisu lalu memasukkannya ke dalam mulut Nizam yang memang terbuka lebar karena tertawa. "Mampus, lo!"

Nizam mengelurkan tisu itu dari mulutnya, lalu menatap Haidar dengan mata yang melotot. "Bangke, lo!" umpat Nizam, lalu membuang tisu itu ke wajah Haidar.

"Lo jorok banget, sih! Pantesan aja nggak ada cewek yang mau sama cowok jorok kayak lo."

Nizam menggebrak meja, lalu beranjak dari duduknya. Kemudian berjalan menghampiri Haidar. "Apa lo bilang? Gue jorok?" tanya Nizam sembari menarik kerah jaket Haidar agar berdiri.

"Iya! Kenapa? Emang lo jorok, kan? Mandi aja kadang dua hari sekali," ucap Haidar dengan wajah yang terlihat santai.

"Wah bener-benner nih bocah, lo mau berantem sama gue?" tanya Nizam lalu mendorong tubuh Haidar.

"Ayo! Siapa takut?"

Nizam mulai menggulung lengan bajunya, begitupun dengan Haidar. Namun, baru saja Nizam akan melayangkan pukulannya, seketika terurungkan saat dia merasa telinganya ditarik dengan kencang oleh seseorang, begitupun juga dengan Haidar.

"Gavin," ucap keduanya bersamaan.

"Woe lepas! Lo mau buat kuping gue copot?" ucap Haidar seraya memukul-mukul tangan Gavin yang berada di telinganya.

"Kulkas, lepas! Telinga gue bisa hilang sebelah nanti, terus nggak ada lagi cewek-cewek yang mau deketin gue." Nizam sedikit menjinjit saat merasakan putaran di telinganya.

Letter of Destiny [FINISH]Where stories live. Discover now