Twelve

172 44 115
                                    

Tidak menutup kemungkinan datangnya sebuah perasaan karena seringnya terjadi interaksi atau pertemuan yang tidak pernah terduga.

©Letter of Destiny©

🕊🕊🕊🕊

Langit tampak mendung sore ini, sebab beberapa menit yang lalu hujan baru saja mengguyur semesta dengan begitu derasnya. Bau tanah sehabis hujan masih tercium di hidung dan juga titik-titik air dari atas genteng masih berjatuhan membasahi tanah.

"Alhamdulillah." Dengan segera Azura merapikan laporan yang baru saja dia print. Akibat hujan deras tadi, dia harus menunggu sedikit lama di toko ATK yang dia tempati saat ini.

Azura kemudian berjalan menuju motornya, lalu membuka bagasi untuk memasukkan laporannya. Setelah selesai dia segera memakai helm, kemudian mulai menaiki motornya dan melajukannya di jalanan yang licin dengan kecepatan sedang. Azura tipe orang yang kalau mengendarai motor terbilang sederhana, tidak cepat dan juga tidak lambat.

Namun, baru beberapa meter meninggalkan toko ATK tadi, tiba-tiba saja motor Azura mati di tengah jalan. Untung saja jalanan sedang sepi. Jika tidak, mungkin kecelakaan bisa saja terjadi akibat motor Azura yang berhenti tiba-tiba di tengah jalan.

"Ya Allah, ini kenapa lagi?" tanyanya, seraya menggiring motornya menuju pinggir jalan.

Azura mendongak saat mendengar suara guntur, sepertinya hujan akan kembali mengguyur semesta, sebab awan tampak menghintam di atas sana. Dia lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat, tetapi netranya tidak menemukan adanya bengkel.

Azura kembali mengamati motornya, hanya saja mau dia amati bagaimana pun motornya tidak akan bisa menyala kembali. Sesaat dia ingat, jika Adira juga sedang keluar. Sepertinya dia harus meminta tolong pada sepupunya itu. Azura segera mengambil ponselnya di laci motor, lalu mencari kontak Adira.

Setelah men-dial nomor Adira, dia pun menempelkan ponselnya di telinga yang dilapisi jilbab berwarna hitam. Tepat di deringan ke lima, telepon pun terhubung. "Halo, assalamualaikum, Dir."

"Waalaikumsalam, Ra. Ada apa?" tanya Adira dari seberang telepon.

"Kamu masih di luar nggak?" tanya Azura.

"Enggak, ini aku udah sampe rumah. Kenapa emang? Terus kamu sendiri lagi di mana? Print laporannya belum selesai juga? Perasaan udah dari tadi deh, pas aku chat kamu. Atau di sana masih hujan, ya? ...."

"Motorku mogok, tadi tiba-tiba aja mati di tengah jalan." Azura sengaja memotong pertanyaan Adira. Karena jika tidak, maka masih akan ada banyak lagi pertanyaan yang keluar dari mulut sepupunya itu.

"Loh, kok bisa?"

"Aku juga nggak tahu. Di dekat-dekat sini juga nggak ada bengkel. Kamu bisa tolong ke sini nggak? Jemput aku sekalian bawa montir."

"Afwan, Ra. Tapi di rumah lagi nggak ada kendaraan. Mobil dibawa Abi sama Ummi. Nah, motorku juga dibawa sama Pak Dito," jelas Adira.

"Oh, nggak usah kalau gitu. Mungkin aku dorong aja motornya dulu, siapa tahu nanti dapet bengkel. Ya udah, ya aku tutup dulu ...." Belum sempat Azura melanjutkan ucapannya Adira segera memotongnya.

Letter of Destiny [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang