Thirty Six (END)

523 31 3
                                    

Ketika takdir tak merestui dua insan yang saling mencintai, tak ada yang bisa mereka lakukan selain pasrah pada skenario hidup yang telah dibuat oleh Allah.

©Letter of Destiny©

🕊🕊🕊🕊

"Kenapa?" Pertanyaan yang penuh dengan keputus asaan itu terdengar. "Bukannya gue udah jelasin, kalau hubungan gue dengan Olaf itu udah nggak ada apa-apa lagi. Terus kenapa lo nolak lamaran gue?" tanya Haidar pelan dengan tatapan yang tertuju pada Azura yang kini berdiri di hadapannya.

Azura terdiam sembari menunduk, tidak berani menatap Haidar yang berada di hadapannya. Kedua tangan yang dia sembunyikan di balik jilbab saling menggenggam erat.

"Ra, jawab gue," pinta Haidar dengan nada lemah. Raut kecewa tergambar jelas di wajahnya.

Azura menghela napas berat, pemilik tubuh mungil itu mendongak menatap Haidar sebentar. "Sebenarnya aku juga nggak mau kayak gini, Kak. Tapi, kalau hal ini masih berlanjut nyawa seseorang akan jadi taruhannya."

Penjelasan Azura menghadirkan kernyitan bingung di dahi Haidar. "Maksud lo apa?"

Azura kembali menghela napas, lalu mulai menjelaskan kejadian yang membuatnya menolak lamaran Haidar kemarin.

Flashback on.

Saat Azura keluar dari area kampus dan tiba di halte untuk menunggu kendaraan yang akan mengantarnya pulang ke rumah, tiba-tiba dikejutkan dengan kehadiran seorang pria paruh baya yang terlihat tidak asing, tetapi Azura tidak mengingat persis kapan dia bertemu dengan pria paruh baya itu.

"Kamu Azura, kan?"

Dengan ragu Azura mengangguk.

"Boleh bicara sebentar tidak?" tanya pria paruh baya itu lagi. Kembali Azura mengangguk ragu.

"Sebelumnya perkenalkan saya Abrisam ... papanya Haidar."

Tubuh Azura seketika menegang setelah mendengar ucapan Abrisam. Dia tidak menyangka bisa berbicara dengan papa dari lelaki yang dia cintai. Pantas saja dia merasa tidak asing dengan pria di hadapannya ini, karena dia pernah melihatnya saat ingin memberika hadiah kepada Haidar di hari wisudahnya.

"Ada apa, ya, Om menemui saya?" tanya Azura setelah berhasil mengontrol dirinya.

"Apa kamu sudah tahu kalau besok Haidar akan datang ke rumahmu untuk melamarmu?"

Kedua bola mata Azura melebar, detik selanjutnya dia menggeleng. Dia benar-benar tidak tahu akan hal itu.

"Saya ingin bertanya," ujar Abrisam terdengar lebih serius dari sebelumnya. "Kamu tahu, kan kalau putra saya cinta sama kamu ... apa kamu juga cinta sama dia?"

Deg!

Untuk beberapa saat Azura tertegun. Dia juga enggan bersuara untuk menjawab pertanyaan Abrisam. Abrisam yang mengerti akan diamnya Azura mengangguk paham sembari tersenyum tipis.

"Tidak apa jika kamu tidak menjawab, tapi diam kamu itu membuat saya tahu apa jawabanmu," ujar Abrisam.

Azura menatap Abrisam, di saat dia ingin mengeluarkan suara untuk mengelak perkataan Abrisam tadi, jadi terurungkan di saat pria paruh baya itu sudah lebih dulu bersuara.

Letter of Destiny [FINISH]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora