Thirty Four

163 27 0
                                    

Terkadang apa yang sedang kita pikirkan, tidak akan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Namun, tidak menutup kemungkinan akan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

©Letter of Destiny©

🕊🕊🕊🕊

Haidar memainkan kunci motornya seraya tersenyum lebar masuk ke sebuah kafe yang berada tidak jauh dari kampus. Bukan tanpa alasan Haidar ke kafe itu dengan senyum lebar yang terus terpatri di bibirnya. Sebelumnya dia sudah membuat janji dengan Azura. Dia menghubungi perempuan itu melalui Adira karena saat menghubungi Azura nomornya sedang tidak aktif.

Setelah maniknya menemukan meja yang kosong, Haidar segera berjalan ke sana dan menunggu Azura juga Adira. Sembari menunggu, Haidar mengeluarkan ponsel lalu memainkannya. Beberapa menit berlalu begitu saja, Haidar melirik pergelangan tangannya yang dililit oleh jam tangan mahal.

"Lama banget," gumam Haidar, lalu netranya melihat ke arah pintu kafe. Namun,orang yang dia tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya. Haidar mengembuskan napas panjang, lalu kembali memainkan ponselnya.

"Astaga, sumpah, ya. Gue kaget banget tadi, untung aja mereka nggak apa-apa."

"Ih, nggak tahu. Mbak yang agak kecil tadi luka. Lo nggak liat lengan bajunya sampe robek di bagian pergelangan tangan?"

Haidar melirik dua orang perempuan yang baru saja mendudukkan tubuhnya di meja yang berada tepat di sampingnya. Haidar bukan tipikal orang yang ingin tahu urusan orang kecuali orang yang dia anggap sangat dekat dengannya. Namun, perkataan perempuan berambut pirang tadi membuat Haidar seketika teringat dengan Azura.

Haidar kembali menoleh ke sebelah kirinya saat dua orang lelaki membicarakan hal serupa dengan yang dibicarakan oleh kedua perempuan tadi. Karena rasa penasaran dan perasaan yang mulai tidak enak karena pikirannya hanya tertuju kepada Azura. Haidar segera menanyakannya pada dua lelaki itu.

"Mas, sebentar." Haidar berdiri, lalu menghampiri dua orang lelaki yang tadi membahas tentang apa yang juga dibahas oleh kedua perempuan tadi saat melewati mejanya. "Kalau boleh tahu, memangnya ada apa ya di depan kafe? Kenapa Mbak yang di sana dan Mas tadi membahas dua orang perempuan? Maksudnya apa, ya, Mas?" tanya Haidar lalu menunjuk kedua perempuan yang bersebelahan meja dengan mejanya.

"Oh, itu, Mas di depan baru aja terjadi kecelakaan. Tapi, untung aja dua mbak tadi nggak parah, karena motornya cuman diserempet sama mobil." Salah satu lelaki yang Haidar hampiri menjelaskan kejadiannya.

"Kalau boleh tahu, motor yang diserempet itu motor apa ya, Mas?" tanya Haidar lagi.

"Motor Scoopy biru, Mas."

Haidar seketika terdiam setelah mendengar jawaban dari salah satu lelaki itu. Baru saja dia akan menanyakan sesuatu lagi, tetapi terurungkan saat ponsel yang berada ditangannya berbunyi. Haidar segera mengangkatnya saat melihat nama Adira yang tertera di layar ponselnya.

"Halo, assalamualaikum, Dir. Lo di mana?"

"...."

"Apa?" Nada suara Haidar yang agak keras membuat beberapa orang memandang heran ke arahnya, termasuk dua orang lelaki yang ada di hadapannya. "Oke, gue ke depan sekarang."

Letter of Destiny [FINISH]Where stories live. Discover now