Masih Merasa bersalah

507 39 4
                                    

Duduk berdua bersama Fathur membuat Quenla merasa menjadi perempuan terbahagia di dunia sekarang.

Fathur dan Quenla menatap senja di hadapan mereka. Senja yang cantik, tetapi hanya muncul sesaat lalu menghilang seperti ditelan bumi.

Quenla memejamkan matanya menikmati hembusan angin sepoi-sepoi yang menerpa rambutnya dengan indah. Fathur menatap sang kekasih sekaligus muridnya dengan tatapan penuh rasa kasih sayang sekali kepadanya.

"Kamu terlalu indah untuk jadi senja, kamu lebih cocok menjadi istri saya," ucap Fathur yang membuat senyuman terukir di wajah Quenla.

Quenla membuka matanya, lalu ia merapikan rambut hitam Fathur.

"Bapak jangan jadi senja, karna entar kalau bapak jadi senja enggak ada yang mau nerima jawaban dari tugas bahasa Indonesia punya Quenla," gurau Quenla.

Fathur tertawa mendengarnya. Gadis menyebalkan seperti Quenla inilah yang mampu membuatnya tersenyum kembali.

"Setelah ini mau kemana?" tanya Fathur.

"Ajarin Quenla bahasa Indonesia, ya? Titik, enggak terima penolakan, sogokkan atau semacamnya yang berbau menolak," jawab Quenla.

Fathur tertawa geli. "Itu mah maksa, mau di rumahmu atau dirumah saya? Barangkali kangan sama bibi kamu,"

Quenla nampak berpikir dengan ucapan Fathur. Jika dipikir-pikir Quenla memang merindukan bi Artik.

"Rumah om aja," jawab Quenla.

Fathur mengerenyitkan dahinya tanda bahwa dirinya kebingungan. Om? Ayahnya Gana? Itulah yang Fathur pikirkan dan terngiang-ngiang di kepalanya.

"Bukan ayah kak Gana! Om Fathur maksud Quenla," jelas Quenla yang menjawab kebingungan Fathur.

Fathur benar-benar sedang lola otaknya. Ia masih sedang mencerna kata-kata Quenla tadi. Omnya? Itulah yang Fathur pikirkan.

"Om Fathur, ayo!" ajak Quenla sambil menahan senyumnya.

Fathur pun paham, lalu mengangguk.

"Saya belom tua, ya!" timpal Fathur.

"Tapi kayak om-om, ih Quenla suka sama om-om ih ... mau taruh di mana muka Quenla coba," gurau Quenla dengan wajah yang merasa jijik.

"Dih, yang suka sama saya duluan siapa?"

"Bapak duluan yang suka saya,"

"Suka-suka kamu deh,"

Akhirnya Fathur pasrah dari pada dirinya dan Quenla bertengkar hanya karna masalah seperti ini, sedangkan Quenla tersenyum penuh rasa kemenangan juga ia merasa beruntung mempunyai Fathur yang notabenya di sekolah adalah guru bahasa Indonesianya.

*🌸*🌸*

Fathur membawa Quenla ke rumahnya lagi untuk belajar dan sekalian melepas kerinduan Quenla kepada bi Artik–Asistem Rumah Tangganya.

Quenla turun dari mobil, lalu diikuti oleh Fathur setelahnya. Fathur menggandeng tangan Quenla seraya masuk ke dalam rumahnya.

"Bi Artik!" panggil Quenla dengan suara keras.

Bi Artik yang sedang menyapu langsung menghampiri Quenla dan Fathur.

"Wah, non datang lagi," sambut Bi Artik dengan perasaan bahagia.

"Iya dong, kangen sama Bibi soalnya," sahut Quenla dengab senyum bahagia.

Beda Umur {Completed}Where stories live. Discover now