24

28 13 2
                                    

Keesokan harinya Luna kembali bersama Alfi.

"LUNAA!!! Lo kemana aja? Lo gapapa kan? Gue khawatir banget sama lo!" Asya langsung menubruk sahabatnya itu. Pelukkannya sangat erat seolah tak mau kehilangan sahabatnya itu.

"Gue gapapa ko Sya," jawab Luna tenang

"Kaki lo kenapa? Ayok gue obatin." Asya membantu Luna untuk berjalan mengobati lukanya.

Gavin yang berada tepat di hadapan Luna hanya bisa mematung. Ia tak tahu harus berkata apa, untuk melihatnyapun bahkan Luna enggan.

"Lo gapapa Fi?" tanya Hendar yang hanya dijawab tatapan sekilas oleh Alfi, menatap Gavin sinis lalu pergi meninggalkan mereka.

"Napa tuh anak?" tanya Hendar bingung

Pagi hari yang cerah, murid-murid SMU ANTARES melanjutkan acara kemahnya, tanpa Luna. Luna di perbolehkan untuk beristirahat di tenda.

Luna kembali teringat pecakapan antara Gavin dan Alfi tempo lalu, hatinya kembali teriris. Mengapa? Mengapa Gavin sungguh tega kepada dirinya, padahal ia sudah menaruh harapan penuh pada Gavin ia sangat mencintai Gavin. Tapi semuanya harus hancur dan kandas begitu saja, Luna rasa ia tak akan bisa menerima Gavin lagi di hatinya, walaupun tak bisa Luna pungkiri perasaannya tak mungkin bisa hilang dalam sekejap, namun rasa benci menguasai hatinya sekarang.

Merasa bosan hanya berdiam diri sendirian di tenda, Luna beranjak keluar sekadar mencari angin.

"Ehh lo mau kemana Lun? Kaki lo kan belum sembuh?" tanya Alfi saat Luna baru saja keluar dari tendanya.

"Cari angin aja bosen gue di tenda. Lo sendiri lagi ngapain?"

"Tadi gue abis ngurusin game, tapi sekarang udah selesai kok." jawab Alfi

"Sorry ya gue gak bisa bantu,"

"Santai kali Lun, kondisi lo kan lagi ga memungkinkan," Alfi menjawab Luna dengan senyuman. "Btw, mau jalan-jalan?" tawar Alfi

"Lo ga sibuk emang?"

"Kan tadi dibilang dah selesai,"

"Yaudah yuk" Alfi membantu memapah Luna berjalan. Dari balik tenda sepasang mata melihatnya dengan tatapan cemburu. Ya. Seseorang itu adalah Gavin.

Semenjak insiden kemarin Gavin tak bisa jauh-jauh dari Luna, ia selalu mengawasi Luna dari kejauhan, walau sekarang ia tak bisa melakukan apa-apa. Bahkan hanya sekadar menyapa, namun Gavin selalu memerhatikan dan mengawasi Luna dari jauh, rasanya hanya melihat wajah gadis itu hatinya terasa tenang dan nyaman.

Malam keakrabanpun tiba, malam itu adalah hari terakhir kemah mereka, karena besok pagi mereka sudah harus kembali ke rumah masing-masing untuk beristirahat. Karena lusa mereka mulai beraktivitas seperti biasa di sekolah.

Luna mengambil tempat asal, namun saat ia menoleh Gavin tersenyum canggung, yang membuatnya terkejut. Tanpa babibu Luna pindah posisi di samping Alfi.

"Salah posisi gue," ujar Luna

Gavin merasakan sesak di dadanya. Ia rasa karma perlahan datang menghampirinya, dirinya yang dulu menyia-nyiakan Luna dan selalu membuatnya kecewa, kini merasakan apa yang Luna rasakan.

"Untuk semua tim sukses kakak-kakak osis dan juga adik-adik semua, makasih ya udah ngikutin acara kemah semesteran kita ini dengan penuh semangat, mudah-mudahan Tuhan selalu memberikan kita kesehatan, supaya kita bisa melakukan acara ini lagi tahun depan." ujar Syahril memulai acara tersebut.

"Maka dengan itu, acara malam ke akraban SMU ANTARES angkatan 2020-2021 dibuka," riuh tepuk tangan menyambut pembukaan acara malam ke akraban tersebut, ditemani api unggun suasana malam keakraban tersebut menjadi terasa hangat.

Never Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang