"Gavin!"
Luna terkejut melihat Gavin yang terlihat lemas memeluk tubuhnya, bibirnya terlihat pucat Luna memegang kening Gavin dan terasa panas.
"Ya ampun panas banget." Luna membuka jaket yang ia sampirkan di pinggangnya, lalu memakaikannya asal ke tubuh Gavin.
"Gue gapapa Lun"
"Lo dari kapan kaya gini? Kenapa lo malah disini bukan gabung sama yang lain."
"Lo udah makan?" Gavin menggeleng
"Bunda pergi ke luar kota, aku juga ga nafsu makan nasi kotak." ucap Gavin lirih
"Tapi lo tetep harus makan Vin"
"Gue bawain lo makanan lo makan ya. Gue suapin." dengan telaten Luna menyuapi Gavin, hingga suapan terakhir.
"Gue gak ada obat, gue beli dulu ya." baru Luna ingin pergi membeli obat, Gavin menahan lengannya.
"Jangan pergi Lun." mau tak mau Luna duduk di samping Gavin, Gavin menyandarkan kepalanya di bahu Luna.
"Biarin kaya gini buat sebentar aja Lun, gue butuh energi dari lo."
0
"Lo gak usah ikut tournament aja ya biar nanti gue bilang ke coach," ujar Luna"Gue gapapa Lun, asal kaya gini sampe pertandingan mau mulai gue bakal bisa pulih lagi." seketika hening.
"Maafin gue Lun,"
"Gue lagi gak mau bahas itu Vin, gue nyari lo cuma mau berterima kasih karena lo udah dua kali nolongin gue kemaren." jelas Luna, ia tahu kemana arah pembicaraan Gavin.
"Apa gak ada kesempatan buat gue Lun?" Gavin masih bersikeras membicarakan masalahnya.
"Vin, udah gue bilang gue lagi gak mau bahas itu!" Luna sedikit meninggikan nada bicaranya.
"Selesai gue tanding kita bicara ya Lun," Luna terdiam, memikirkan perkataan Gavin.
"Gue mohon!"
"Oke!"
"Vin, gue mau nanya sama lo"
"Apa?"
"Lo ada ngasih sesuatu ke gue?"
"Nggak, emang kenapa Lun?" jawaban Gavin membuat Luna berpikir keras, kalau bukan Alfi dan Gavin lalu siapa lagi? Hendar? Luna menangkal pikiran itu, sangat tidak mungkin Hendar memberikannya kalung berbandul hati itu. Ia sangat yakin bahwa kalung itu pemberian Gavin namun Gavin enggan mengakuinya.
'Para peserta harap bersiap karena 20 menit lagi pertandingan antara SMU ANTARES dengan SMU CENDANA akan segera dimulai.'
"Vin udah mau mulai tuh, lo yakin bisa tanding?" masih diposisi kepala Gavin yang berada di pundak Luna.
"Bisa Lun,"
"Yaudah yuk, udah mau mulai tuh!" Gavin tetap enggan untuk bangun.
"Vin,lo pasti lagi dicariin anak-anak. Ayolah jangan kaya gini."
"Gak usah buru-buru Lun, lagian gue cuma pemain cadangan kok." Luna terkejut mendengar penuturan Gavin.
"Cadangan? Bukannya lo kapten?"
"Akhir-akhir ini performa gue menurun dan coach minta ganti kapten, sekarang Alfi yang jadi kapten haha" ujar Gavin dengan tawa getirnya.
Luna masih terdiam, menunggu Gavin melanjutkan perkataannya.
"Gue hampa Lun"
"Vin pertandingan udah mau mulai, Ayok!" Luna berdiri, sepersekian detik ia pergi meninggalkan Gavin. Untuk sekarang ia tak mood membahas semua itu, lagipula ia sudah berjanji akan mencoba berbicara kepada Gavin selesai tournament, biarkanlah dulu ia mengatur pikirannya untuk menyiapkan kata-kata yang akan ia keluarkan nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Be Mine
Teen FictionMencintai orang yang memang tak mudah yang dibayangkan, apalagi jika orang itu hanya berjuang di awal saja. Lebih sakit lagi saat ingin melupakan semuanya, tapi malah didorong untuk kembali masuk dan memulai semua dari awal. Luna bukan gadis yang mu...