Bagian 15

10.9K 1.5K 359
                                    

Tuhan kita beda. Jadi tolong, jangan pernah ada secercah harapan dalam hati lo buat kita bisa bersama

Tring!

Echa menoleh ke arah pintu masuk cafe Twinils. Senyumnya merekah, saat ia melihat gadis yang masuk ke dalam cafe. Echa melambaikan tangan ke atas, memberi kode kepada gadis tersebut.

Shaaren tersenyum kikuk saat sudah berada di depan Echa. Awalnya, Ia ragu untuk datang ke sini. Tapi, juga penasaran, kenapa Echa tiba-tiba mengajaknya bertemu dan katanya ia ingin membicarakan sesuatu.

"Kenapa?" tanya Echa.

Shaaren hanya menggeleng menjawab pertanyaan Echa barusan.

"Bingung ya?" terka Echa. Ia terkekeh saat Shaaren menganggukkan kepalanya.

Tidak lama kemudian, seorang pelayan datang, membawa nampan yang berisi dua milkshake rasa strawberry. Pelayan itu pun pergi setelah Echa dan Shaaren mengucapkan terima kasih.

"Gue sebenarnya suka sama Daniel," ujar Echa membuat Shaaren tersedak.

Shaaren menatap Echa dengan kedua mata yang melebar. Kaget, ia sangat kaget mendengar fakta yang baru saja keluar dari mulu Echa.

"Ma--maksud lo?"

"Ya gitu. Gue suka sama Daniel. Dari awal kelas sepuluh gue udah suka sama dia. Tapi gue sadar, kalau gue sama dia gak bisa sama-sama. Selain beda agama, gue juga beda perasaan sama dia," jelas Echa.

"Terus, maksud lo ajakin gue ketemuan kenapa? Lo 'kan sahabatnya Belvina. Dan maksud lo tentang bantuin gue itu gimana? Gue masih belum paham."

Echa menarik nafas dalam. "Gue sebenarnya benci sama Belvina."

"WHAT?!" teriak Shaaren kencang. Bahkan, beberapa pengunjung memperhatikan mereka berdua.

"Santai aja, Ren," ujar Echa. "Gue emang ada dendam pribadi sama Belvina." Lanjutnya.

Shaaren menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia masih tidak menyangka dengan fakta yang baru saja terungkap. "Terus, maksud lo bantuin gue itu apa?"

"Gue bakal bantuin lo buat dapatin Daniel. Karena, sampai kapan pun, gue gak bakal rela liat Daniel sama Belvina berdua terus. Walaupun gue tau, kemungkinan mereka untuk sama-sama itu sangat kecil, tapi kan kita enggak tau rencana tuhan itu, gimana. Jadi, gue bakal singkirin Belvina dari kehidupannya Daniel. Atau kalau perlu, dari dunia aja. Biar dia bisa nyusul kakaknya," papar Echa panjang lebar, sambil sesekali meneyruput milshake miliknya.

"Terus, lo udah punya rencana?"

Echa mengangguk. Ia tersenyum sinis, "Sini, gue bisikin," ujar Echa, sambil menyuruh Shaaren untuk mendekat.

Shaaren sesekali mengangguk dan tersenyum saat ia mendengar semua rencana Echa. Pasti akan sangat-sangat seru jika rencana itu berjalan dengan lancar. Tetapi, konsekuensinya jugan bakal berat banget kalau rencana itu tidak berjalan dengan mulus.

"Gimana?"

"Sip lah! Gue bener-bener gak nyangka Cha. Ternyata selama ini lo cuman pura-pura temanan sama Belvina," ucap Shaaren. "Terus, rencananya kita laksanain kapan?"

"Secepatnya, karena waktu gue di dunia juga tinggal sedikit lagi."

****

"Udah?" Belvina yang duduk di sofa langsung melirik ke arah Daniel. Ia lalu berdiri dan mengangguk cepat menanggapi pertanyaan Daniel.

"Lo kayaknya kecapean banget. Gue anterin pulang ya," ujar Daniel lembut. Ia mengusap pipi Belvina, membuat gadis itu memejamkan matanya.

Belvina diam. Ia tidak bisa berkata-kata. Perutnya terasa menggelitik, seperti ada ribuan kupu-kupu berterbangan disana. Hanya perlakuan sederhana seperti itu, mampu membuat Belvina bahagia. Ralat, sangat bahagia.

BEDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang