Vanilla

871 50 5
                                    

"Lo senyum sekali lagi gue jeburin ke kolam belakang, liatin aja"

"Apaan sih Gram"

"Lo yang apaan ya, gue merinding liat lo senyum senyum gini. Lo ga lagi nyusun rencana buat bunuh orang kan Black?"

"Gram lo bego ya? Uda jelas temen lo ini lagi jatuh cinta pake nanya lagi"

"Hah? Siapa yang jatuh cinta. Ngaco lo Yok"

"Bukan jatuh cinta deh, mabok cinta. Cewe mana lagi Black? Jangan semua cewe lah lo tidurin, bagi bagi sama kita ya ga Gram"

"Dih itu mah lo aja yang mesum"

"Anjing lo ya Gram. Btw Sean, diem aja nih bro? Lo ga penasaran sama koleksi barunya Black?"

"Berisik lo pada, gue cabut duluan ya"

Yok dan Gram yang terlalu sibuk menggoda satu sama lain tanpa sengaja melewatkan rona merah di wajah White saat Sean mengusap kepalanya pelan sebelum melangkah pergi. White sendiri juga tidak menyangka Sean yang dingin itu bisa mengusap kepalanya sambil tersenyum hangat seperti itu lima menit yang lalu.

Jantung White rasanya sepeti mau melompat keluar, Sean sudah berjalan semakin menjauh tapi bayangannya saja masih terlihat begitu menawan. Bagaimana bisa kakaknya sama sekali tidak tertarik dengan lelaki berbadan tegap itu? Atau dia saja yang sepertinya mulai gila sekarang?

"Black, entar jam 10 ga lupa kan?"

"Liat aja mukanya Gram, pasti hilang ingatan ini anak, kita kan ga sepenting itu buat Black"

"Engga gue ga lupa kok, ketemu kalian kan jam 10"

"Iya, ketemu dimana coba?"

Wajah Yok yang mengejek kini terlihat begitu menyebalkan di mata White, apa susahnya sih tinggal bilang mau kemana. Teman teman kakaknya itu sepertinya suka sekali bermain tebak tebakan. Tapi dibalik itu White bersyukur, Yok dan Gram tidak setanggap Sean, kalau mereka sepeka Sean mungkin White tidak akan bisa berdiri disini sekarang.

"Bengong lagi, Black minum vitamin buat otak deh, kayanya kelamaan ga dipake bukan cuma bego lo juga jadi pikun"

"Anjir ga digetok juga dong, Yok pala gue digetok Black"

"Masi untung digetok doang, kalo beneran emosi kan bisa bocor pala lo Gram"

"Kadang gue tuh suka lupa kalo lo adalah Ace kebanggan umat tau ga, mana sekarang kalem banget lagi. Coba Black cerita, wanita mana yang mengubahmu nak"

"Kalian berisik anjir, mending gue nyusulin Sean balik daripada ngobrol sama kalian"

"Oh jadi Sean yang mengubah lo?"

Smirk menggoda kini tercetak jelas di wajah Gram, Gram tidak bodoh, dia tau Sean dan Black menyembunyikan sesuatu dari mereka berdua, tapi Gram memilih untuk menutup matanya dan pura pura tidak tahu.

Toh apapun yang terjadi diantara Sean dan Black, Gram yakin hanya hubungan kasual. Black yang bahkan tidak ingat nama orang yang dia tiduri minggu lalu itu tidak mungkin menjalin hubungan lebih dengan seseorang, apa lagi kalau orang itu adalah Sean.

Yok merangkul Black dengan lengan kiri, dan Gram di lengan kanan, memeluk kedua sahabatnya itu sebelum melanjutkan pembahasan mereka perkara nanti malam "Nanti malem ketemu di bar biasa, jam 10 jangan pada lupa. Gue mau mabok yang puas"

"Sean udah tau?"

"Apa gue bilang Yok cuma Sean yang penting, kita mah remahan"

"Gue diem deh, salah mulu dari tadi"

Just Friends 🔞Where stories live. Discover now