Fake it

2.4K 71 19
                                    

Sean tidak pernah menyukai senja, baginya senja terasa menyesakkan. Blue hour, waktu dimana hati Sean akan selalu gamang, bertanya - tanya, dengan siapa Black akan menghabiskan malamnya? Mengigit kuku penuh cemas, Sean berdoa pada semesta agar malam ini menjadi gilirannya, Sean rindu aroma kopi, menthol, dan campuran rum yang membuatnya mabuk setengah mati.

Seperti tersihir Sean hanya ingin merasakan Black memporak-porandakan tubuh dan hatinya, tidak peduli berapa kalipun Black membuangnya, Sean akan selalu kembali merangkak, dan tunduk pada pesona Black. Cinta adalah sebuah kemewahan yang tidak seharusnya bisa diraih oleh orang seperti Black dan dirinya, tapi Sean bisa apa saat hatinya telah memuja Black dan hanya Black seorang?

"Sean lo ga kemana mana kan malam ini?"

Sean berteriak girang saat melihat Black turun dari motornya, tuhan mendengar doa Sean, malam ini gilirannya, malam ini Sean bisa mencium bibir itu lagi, seperti candu yang tidak akan pernah sembuh, Sean selalu ingin merasakan bibir Black lagi, dan lagi. Sean tidak ingin sembuh, tidak pernah mau.

"Gue lagi bad mood nih, langsung aja ya? Lo uda prepare belum? Gue males foreplay"

Terbata-bata Sean hanya bisa bergumam "Oke" pada Black yang mulai menyalakan rokok diujung tempat tidur.  Aroma rokok, menthol, dan rum memenuhi kamar Sean, kepalanya pusing, tubuhnya memanas, Sean mulai kehilangan akal sehatnya, dia ingin sekali merengkuh tubuh Black sekarang juga, tapi Sean tau itu melanggar batas, Black tidak suka disentuh tanpa ijin, dan seperti anjing penurut, Sean menunggu dengan tenang sampai Black selesai dengan rokok ditangannya.

"Banyak yang ga becus kerjanya, capek pengen marah marah aja gue" Black mendengus kecil

"Need a hug?" Sean bertanya setengah berharap Black akan membiarkannya memeluk tubuh kecil itu, merengkuh Black dan tidak membiarkannya berpaling dari Sean seorang.

"Becanda lo sok manis gini? Sean, ga pake kondom yak? Gue lupa beli"

Tanpa foreplay, tanpa kondom. Jika bukan Black yang sekarang duduk di depannya mungkin Sean sudah berpikir bahwa orang ini ingin membunuhnya. Tubuh Black memang jauh lebih kecil dari Sean tapi bukan berarti Black tidak dominan, stamina, kemampuan tinju, aura mengintimidasi? Semuanya ada di diri Black, membuat Sean semakin haus dan ingin segera merasakan Black di dalam tubuhnya.

Tanpa aba-aba tangan Black mulai bergerak menjamah tubuh telanjang Sean, namun berhenti di paha Sean yang mulus. Kini jari kecil itu menggoda, bergerak dengan pelan, menyentuh seluruh permukaan kulit Sean tapi sengaja melewatkan penisnya.

"Nungging" bukan permintaan namun perintah yang tidak mungkin ditolak oleh Sean

"Slut, lo kalo ga sama gue siapa coba yang mau make lo"

Black gave Sean a hard spank, meluapkan amarah dan rasa kesal yang dia tahan ke tubuh Sean, tidak peduli pada bekas merah yang sekarang dia tinggalkan di bokong seputih susu milik Sean, temannya itu hanya bisa merintih tertahan di bawah sana. Air mata Sean mulai mengalir, menahan perih dan keinginan untuk disentuh. Penisnya yang membengkak terasa ngilu, tapi Sean tidak berani keluar sebelum Black mengijinkannya.

"Sakit Black" Sean melenguh menahan sakit saat akhirnya Black memasukinya, mengigit bantal lusuh yang diberikan black untuk menganjal kepalanya. Tanpa preparasi dan foreplay lubang Sean terasa terkoyak saat Black memaksa masuk.

"Lo berdarah, mau berhenti?"

Sean hanya bisa menggeleng, Black suka sekali bermain-main dengannya, Sean lebih baik kesakitan daripada melewatkan kesempatan untuk disentuh Black seperti malam ini. Sudah hampir seminggu Black tidak menyentuhnya dan memilih tidur bersama wanita-wanita yang Sean tidak tau darimana asalnya, menyerah hanya karena sedikit berdarah? Jangan bercanda, Sean tidak akan rela melakukannya.

Just Friends 🔞Where stories live. Discover now