Be My Mistake

1K 50 14
                                    

White terbaring di kasur biru tua milik kakaknya dengan perasaan gelisah "Kakak, jadi Sean suka sama kakak ya? Kakak gimana? Kakak suka ga sama Sean? Kalo kakak suka sama Sean, aku gimana kak?" Pertanyaan demi pertanyaan kini berputar di kepalanya.

White tidak suka perasaan ini, dia sendiri bahkan tidak yakin apa yang dia rasakan untuk Sean sebenarnya. Sean dan setuhannya selalu bisa membuat tubuhnya memanas dan menginginkan lebih.

Entah hanya sensasinya atau karena itu Sean, tapi yang pasti White benar benar terhipnotis saat Sean mencium setiap inci tubuhnya. Sean yang dingin tapi bisa tersenyum lebih hangat dari matahari. Siapa yang bisa menolak pesona orang seperti itu?

Sekitar satu jam yang lalu White mendapat telpon dari rumah sakit, mengabarkan bahwa kakaknya sudah sadar tapi belum bisa menemuinya. Dokter menyarankan White untuk datang besok siang saat kondisi kakaknya lebih stabil dan bisa bicara dengannya.

Perasaan lelaki mungil itu sekarang bercampur aduk, rasanya terlalu banyak yang dia khawatirkan sekarang sampai tidak bisa benar benar berbahagia dan merayakan kakaknya yang akhirnya bangun dari koma.

White juga merasa gagal menjalankan misinya, bagaimana tidak? Bukannya menemukan siapa yang mengkhianati kakaknya, dia malah jatuh pada pesona Sean. Ingatkan White untuk tidak pernah melakukan ini lagi, semua drama ini rasanya tidak baik untuk hati dan otaknya.

*********

Jam sudah menunjukkan pukul 9.30, White melangkah malas ke arah lemari kakaknya, memilih baju apa yang bisa dia pakai malam ini. Masih belum terpikirkan strategi apa yang cocok untuk tetap berpura pura menjadi Black saat dia mabuk berat nanti.

Dua botol? White masih ingat kata kata Sean tadi siang, kakaknya bisa minum dua botol sendirian? How to compete with that?

Black tidak pernah membiarkan dia minum alcohol, kakaknya yang kadang terlalu protective itu kini menjadi boomerang bagi White, dia yakin Yok dan Gram akan memaksanya minum sampai mabuk, bagaimana jika dia meracau saat mabuk nanti dan membongkar semua rahasianya? Belum mabuk saja kini kepalanya sudah pusing

Handphone Black bergetar, dan nama Sean terpampang jelas disana "Hey ssup?"

"Turun, gue uda dibawah"

"Lo jemput gue?"

"Ya mau jemput siapa lagi, come on Vanilla move your ass"

"You want me to move my ass?"

"Udah berani lo sekarang godain gue? Buruan turun"

Senyum kembali merekah di bibir tebal milik White, entah bagaimana hatinya terasa lebih tenang sekarang. Seperti kakaknya, Sean juga dengan ajaibnya bisa membuat White merasa tenang, seolah dunia tidak akan berani menyakitinya karena ada mereka disana. Apa karena itu juga Sean menyukai kakaknya?

"Masuk buruan, capek nih gue nungguin lo dari tadi"

"Sean, gue mau nanya"

"Nanya apaan?"

"Lo kangen gue ya?"

Sean tersentak dan terdiam untuk beberapa saat, mencoba untuk mencerna pertanyaan Vanilla yang dia rasa terlalu membingungkan dan tiba tiba.

"Maksud lo kangen Black?"

Lelaki mungil di depannya kini hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Iya gue kangen lo Black, it's never the same without you. Lo yang kalo pusing dikit selalu nyamperin gue, lo yang kalo mabok ga perna kira kira, lo yang temperament tapi sebenernya peduli banget sama kita semua, lo yang selalu bau rokok padahal gue udah capek ngomelin lo buat ngurang ngurangin ngerokok, tapi lo selalu alesan ini lo ngelinting sendiri jadi lebih sehat. Black, lo satu satunya yang bisa jungkir balikin idup gue dan bukannya marah, gue akan lari buat peluk lo lagi dan lagi. Black, gue kangen banget sama lo, please come back will you?"

Just Friends 🔞Where stories live. Discover now