5 | Losing the game

343 36 94
                                    


Seakan seperti melodi yang tercipta dari alunan sebuah biola yang menggesek setiap kunci-kunci dawai yang tersusun di sana. Melantunkan senandung damai yang menyejukkan hati dan seakan candu untuk merebak pada kedua rungu. Sejenak, Ryu berpikir setelah kalimat terakhir wanita Bae teralun, ia merasa bahwa dirinya sudah keluar dari posisi awalnya sesaat. Terhempas jauh, di tempat antah-berantah hingga sukses tak dapat membuatnya berpikir. Ryu memang tak dapat sedetik saja lengah. Yunhee bukanlah lawan main yang bisa ia anggap sepele. Bahkan ketika bongkahan kenyal—semerah ceri itu mengecupnya tanpa permisi, sudah sukses membuat akal Ryu kembali hilang hingga bentangan bumantara dan melupakan semua niat awalnya, berkunjung selarut ini.

Masih di posisi yang sama, dengan wanita Bae yang duduk di antara kedua paha yang kuat menopang itu dan seakan menjadi tempat paling nyaman, keduanya hanya diam dengan tatapan yang saling tak terartikan satu sama lain. Jelas ada kecanggungan di sana. Yang membuat birai keduanya seakan kelu untuk menyusun dan melontarkan kalimat selanjutnya. Ryu hanya berdehem singkat, tanpa beranjak dari duduknya. Perlahan menatap sepasang iris amber yang tampak berkilau itu, dengan seksama. "Tolong jangan mengalihkan apa yang sedang kita bicarakan sekarang."

"Oh, jadi mau dibahas dengan serius begitu?" tanya Yunhee dengan air muka tenangnya. Sejenak mengangguk mengerti kemudian kembali mendongak untuk menatap Ryu kembali. "Tapi aku kalau sedang mode serius, jadi lebih menggoda. Mentalmu kuat kan?" tambahnya dengan alis terangkat sebelah.

Ryu diam-diam menghela napas kasarnya. Tidak mengerti lagi dengan jalan pikiran wanita Bae dengan segala teka-teki yang sengaja dia sembunyikan. Sungguh di dalam bilik relungnya, ia sudah banyak menyekat apa itu ribuan tanda tanya tentang semua hal yang sialnya berhubungan dengannya. Ryu hanya mengulum senyumnya singkat sambil mengubah semua strategi yang ia susun sebelum menjejalkan kedua tungkainya di ubin dingin ini. "Aku juga kalau sedang dalam mode seperti ini, jadi meresahkan. Yakin bisa menahannya?" godanya balik sambil mencoba menusuk tatapan tenang itu dengan sepasang obsidian miliknya. Tak lama setelahnya Ryu memainkan rahang tegasnya dan memandang wanita Bae tanpa jengah.

"Mode apa?" tanya Yunhee dengan wajah polosnya. Sungguh, mendapati air muka sedemikian rupa membuat Ryu diam-diam menahan buncahan kegemasannya. Kenapa bisa seorang Yunhee memiliki duality seindah dan semenakjubkan ini. "Mode buas maksudnya?"

Tak lama setelahnya Yunhee memilih turun dari pangkuan Ryu, sebelah lengan yang sebelumnya terkalung nyaman di belakang leher Ryu, perlahan ikut turun dan kemudian beranjak—kembali duduk ke posisi awalnya. Tentu wanita Bae punya alasan di balik apa yang ia lakukan. Mendapati sesuatu yang mengganjal dan mengeras di sana, sukses membuat duduknya tak nyaman. Tapi diam-diam saat ia berjalan, dan meraih gelas winenya kembali. Ia sedikit menerbitkan senyumnya lagi. Tidak menyangka saja, ternyata efeknya sebesar itu.

"Aku tidak bisa membicarakan semua rencanaku. Aku tidak bisa percaya dengan semua orang yang akan terlibat di kasus ini. Termasuk juga kau. Dan perlu kau ingat jika kau tidak seharusnya terlalu percaya denganku, Ryu." terang Yunhee sambil menggoyang-goyangkan gelasnya dengan sisa cairan anggur yang masih tersisa di sana. "Mungkin bisa saja kita kini berada di satu kubu dengan tujuan yang sama dan jelas aku mendukungmu. Tapi tidak tahu juga kan, ke-esok harinya kita bisa jadi lawan?"

Yunhee yang sebelumnya menatap jendela kaca dari balik tirai yang terbuka, dengan binaran cahaya lampu kota yang membias perlahan berpindah dan mulai meniti tatapan Ryu kembali. "Aku juga tidak segan untuk menyingkirkan siapapun yang menghalangi jalanku. Sesulit apapun rintangan yang akan menghadangku di depan sana, kali ini aku ingin jadi pemenangnya. Hanya aku."

Ryu hanya tersenyum tipis, nyaris tak terlihat. Perlahan ia mengerti dan memahami maksud dan tujuan dari Yunhee. "Tapi sepertinya ini sudah menyimpang sejak awal. Kita tidak pernah berada di pihak yang sama." sangkal Ryu dengan pemikiran logisnya.

The lethe ✔️Where stories live. Discover now