5.6

1.2K 146 19
                                    

"Habis ini lo mau kemana Jul?" Tanya Gisa.

"Ada tempat yang harus gue datengin Sa, lo mau nemenin gue?" Julian berniat untuk pergi ke tempat latihan Anggar nya, ia akan berpamitan pada mereka karena sudah tidak bisa lagi mengikuti kegiatan itu.

Gisa menemani Julian di tempat dimana yang menjadi tujuan cowok itu, sampailah mereka di gedung bertingkat 4, mereka mulai memasuki gedung tersebut dan naik ke lantai 2.

"Gue itu suka banget sama Anggar, setiap 2 atau 3 hari sekali gue latihan disini Sa, Tapi sekarang gue nggak bisa lagi, gue keluar." cukup berat Julian mengatakan, ia masih tidak bisa ikhlas impiannya hilang begitu saja.

"Memangnya kenapa Jul? sayang banget padahal."

"Memang sayang banget Sa, Tapi ya mau gimana lagi. Mau nggak mau gue harus keluar." Julian tidak mengatakan asalan mengapa ia keluar, ia hanya belum siap mengatakannya.

Ruangan itu terbuka, Gisa bisa melihat orang-orang yang menggunakan kursi roda diatasnya, ada yang tengah berlatih, berbincang dan juga yang menonton.  Salah satu dari mereka yang Gisa yakini seumuran dengannya datang mendekati mereka bersama kursi rodanya.

"Jul, tumben kesini udah sore gini?" Orang itu adalah Reno, setelah mengatakan itu, Reno memandang bingung siapa cewek yang bersama Julian ini.

Akhirnya Julian mengatakan niatnya kesini untuk apa kepada pelatih dan teman-temannya yang lain, semua tampak menyayangkan Julian yang harus keluar. Apalagi Reno yang dekat dengan Julian disana, ia tidak rela kehilangan Julian sebagai teman dekatnya disini.

***

Makan malam masih berlangsung di meja makan sana, tetapi Julian tidak ikut dan memilih untuk membaca novel fantasi miliknya di dekat jendela kamarnya, ngomong-ngomong tempat itu sudah rapi kembali karena kaca yang pecah sudah di bersihkan oleh ART, yang tentunya tidak akan di biarkan berserakan begitu saja. Lemari yang pecah masih dalam keadaan yang sama, yaitu bolong.

"Keren banget punya kekuatan sihir, coba aja ada di dunia nyata. Udah gue kutuk mereka yang jahat sama gue." Diiringi tawa kecil setelahnya dan kembali fokus membaca.

Julian tidak akan menampakkan sifatnya yang berubah begitu menonjol, agar tidak ada yang tahu jika sosok yang mereka anggap lemah mempunyai sifat yang mereka tidak sangka-sangka.

"Dek." Panggilan itu membuyarkan fokusnya, Tomy sudah berdiri didepannya, Julian sampai kaget. Sejak kapan cowok itu masuk? Apa sangking fokusnya dia membawa buku sampai tida tahu kedatangan seseorang.

"Ada apa?"

"Abang mau minta maaf soal kejadian kemaren malem."

Julian menatap kesal saat Tomy membuka pembicaraan soal kejadian itu, Julian tidak suka, dia malu akan kejadian itu.

"Nggak usah bahas itu bang, adek nggak suka."

"Tapi Abang merasa bersalah, Abang yang udah hancurin impian adek. Kalo aja kemaren Abang nggak keterlaluan masuk kamar... Semuanya nggak akan terjadi."

Julian menatap balik Tomy dengan tatapan tidak percaya, jadi yang mengakibatkan semuanya hancur adalah Tomy? Tanpa sadar Julian mengeraskan rahangnya menahan marah.

Antagonis (Pindah Ke Joylada)✓Where stories live. Discover now