6.7

1.2K 137 5
                                    

Suasana rumah kini menjadi semakin sunyi, jika biasanya masih ada Kaira yang mengajaknya keluar untuk sekedar mencari cemilan ataupun hanya mengobrol ringan, kini tidak ada lagi. Semuanya seolah menjauh dari Julian.

Julian meraih kruknya dan berjalan keluar dari kamarnya, untuk mengambil minum. Rumah sebesar ini seperti tidak ada penghuninya sama sekali selain dia, semuanya sibuk masing-masing. Tomy memilih berkutat dengan laptopnya di kamar, menyiapkan segala keperluan bisnisnya. Jeremy bekerja di pemerintahan dan akan libur jika tanggal merah saja. Sementara Reni bekerja di kantor, hanya datang 2-3 kali seminggu.

Julian duduk di kursi dan meneguk habis minumnya, dari pulang sekolah, Julian belum makan apapun, sekarang sudah pukul 4 sore. Ibunya tidak memasak, dan bibi art juga tidak akan masak jika tidak disuruh Reni.

"Order aja kali ya?" Gumamnya, mengambil ponsel miliknya untuk memesan makanan. Julian hanya tinggal menunggu makanan datang.

Selama ini bukan Jeremy yang memberinya uang, tapi Kaira. Apapun semuanya kebutuhannya sudah ditanggung oleh kakak perempuannya itu, Julian belum pernah satu kali pun meminta uang pada Jeremy.

Sembari menunggu, remaja itu memutuskan untuk keluar rumah dan duduk di sofa sana. 

"Jadi orang jahat itu gimana sih?" Gumamnya sendiri, men-searching di google dan tidak ada jawaban yang dibutuhkannya.

Suara gerbang terbuka mencuri perhatian, mobil Jeremy masuk setelahnya. Julian tidak memedulikan dan lanjut memainkan ponselnya, menyambut juga tidak ada gunanya, yang pasti nanti dirinya akan di abaikan.

"Mana Abang mu?" Suara berat Jeremy mengalun, Julian dibuat kaget olehnya.

"Ada di kamar Yah." Ada perasaan senang Jeremy mau bicara dengannya walau tidak menanyakan dirinya dan justru orang lain.

"Suruh Abang mu turun, ada yang mau ayah omongin." Ini obrolan pertama mereka semenjak kejadian malam itu.

"Iya yah." Remaja dengan lesung pipi saat tersenyum itu segera melaksanakan perintah sang ayah.

Kamar Tomy tertutup seperti biasanya dan Julian harus meminta izin dulu untuk masuk. "Abang di dalem? Ini Julian."

"Iya bentar masih ganti," jawab Tomy dari dalam sana.

"Abang ditunggu ayah di bawah! Cepet ke sana!."

"Iya! Bilangin masih ganti." Julian tidak menyahuti lagi, dirinya pergi untuk mengambil makanannya yang sebentar lagi akan sampai.

"Mana Abang mu?" Suara Jeremy kembali menyapa saat ia melewati Jeremy yang duduk dengan balutan baju kerjanya.

"Masih ganti, nanti dia kesini."

"Ya udah ambilin map ayah yang warna biru dimeja kamar."

Perintah mutlak itu tidak bisa dibantah oleh Julian, dirinya berbalik lagi ke lantai atas untuk mengambil benda yang dimaksud, jika saja kakinya normal, Julian akan cepat menyelesaikan perintah Jeremy tanpa harus jalan dengan pelan menaiki tangga seperti ini.

Ini baru pertama kalinya Julian memasuki kamar kedua orangtuanya, sebelumnya Julian tidak pernah karena tidak punya keberanian. Pintu itu terbuka, memperlihatkan ruangan yang lebih besar dari kamar miliknya dibawah, tentu karena ini kamar utama rumah ini.

Mata Julian mengedar dan berhenti di satu titik, yaitu sebuah foto yang dipajang dengan ukuran yang tidak terlalu besar didinding, sebuah foto keluarga tanpa ada dirinya disana. Dadanya menjadi sesak melihatnya, hanya ada Kaira, Tomy, ayah dan ibunya, Julian tidak ada.

Dengan cepat Julian berhenti menatap pigura tersebut dan segera mencari map sang ayah, sebelah mendapatkan Julian buru-buru pergi dari sana. Seharusnya tadi dia menolak perintah Jeremy saja jika membuat hatinya tambah terluka.

Antagonis (Pindah Ke Joylada)✓Where stories live. Discover now