7.8

1.4K 134 6
                                    

Tomy tahu dirinya salah, jika saja waktu itu dia tidak lancang masuk ke dalam kamar Julian, semua ini tidak terjadi. Padahal Tomy ingin sekali dekat dengan Julian, melihat kebelakang mereka yang tidak pernah dan jarang bertemu. Tomy ingin membangun sebuah hubungan persaudaraan seperti yang lainnya, Tomy sangat senang waktu malam dimana Julian menemui dirinya saat pertama kali dirinya pulang, Tomy senang bisa mengobrol hingga tidak terasa sampai tertidur dengan sendirinya, Tomy kira itu adalah hal pertama mereka dekat, namun nyatanya ia sendiri yang merusak semuanya.

Tomy tidak melupakan fakta bahwa sedari kecil Julian sudah diurus sang nenek, ibu dari ayah. Jeremy berkata jika Julian sengaja dibawa ke sana karena ayah dan ibunya tidak akan sempat merawat walaupun memperkejakan baby sitter untuk Julian, alasan yang klise namun Tomy waktu itu percaya saja. Jika saja kecelakaan itu tidak terjadi, Tomy pasti tidak akan melihat Julian berada disini, Tomy tentu tidak tahu bagaimana orang tuanya membedakan Julian selama ini, karena saat Julian datang dirinya sedang menempuh pendidikan.

Karena selama ini jika Tomy bertanya tentang Julian, ayah dan ibunya mengatakan jika Julian baik-baik saja, Julian sedang belajar, Julian sedang bermain dengan temannya, Julian sudah tertidur dan masih banyak banyak alasan mereka, lalu mengalihkan pembicaraan agar tidak terus menceritakan atau menanyakan Julian.

Tomy tentu percaya saja, dan itu adalah hal yang sangat membodohkan bagi Tomy selama ini, seharusnya Tomy sadar bahwa keluarganya tidak baik-baik saja, termasuk sang adik.

Saat ini pemuda tersebut tengah memandangi punggung yang duduk di gazebo sendirian dekat kolam renang, Tomy ingin mendekat dan memberikan hiburan pada Julian dengan sekedar pembicaraan ringan antara mereka, namun rasanya Tomy tidak bisa melakukan itu.

"Dek, mau gimanapun sikap kamu ke Abang, Abang bakal tetep sayang sama kamu. Maafin Abang dek." Baginya Julian bersikap seperti tidak mengenalnya dan menjauh semuanya tidak masalah, Tomy akan menunggu waktu yang tepat sampai Julian dapat menerimanya, sudah banyak waktu yang mereka lewatkan, Tomy hanya tidak mau kehilangan waktu itu lagi.

Baru saja memikirkan tentang kehilangan, Tomy dikejutkan dengan pergerakan Julian yang tiba-tiba.

"Adek!" Pekik Tomy yang melihat Julian melompat masuk ke dalam kolam renang, reflek kakinya berlari cepat dengan irama jantung yang berdetak kencang. Tomy juga langsung melompat masuk ke dalam kolam tersebut lalu menarik tangan Julian untuk ke tepian.

"Lepasin! Apaan sih bang!" Julian menyentak tangan Tomy dengan kuat hingga terhempas, menatap kesal sang kakak yang kini menatapnya dengan raut khawatir.

"Harusnya Abang yang tanya, apa yang kamu lakuin dek."

Julian mengerutkan keningnya lalu tertawa keras, dari perkataannya Julian mengerti jadi kakaknya mengira dirinya sengaja melompat begitu saja ke kolam renang, begitu?

"Bang, lo aneh. Apa salahnya kalo gue mau renang, lo kira gue nggak bisa? Lo kira gue mau bunuh diri gitu?"

"Dek, jangan bawa-bawa kata bunuh diri, Abang nggak suka." Tomy sensitif begitu saja saat Julian mengatakannya, ada perasaan takut dalam diri Tomy, karena itu adalah pemikiran awal Tomy saat melihat Julian melompat tadi.

"Mau bunuh diri atau nggak ini hidup gue bang." Julian memalingkan wajahnya, tidak mau melihat wajah sang kakak didepannya, tangannya yang didalam air mengepal kuat menahan emosi yang akan meluap.

"Stop dek! Jangan bahas lagi!"

"Kenapa Abang marah? Emang bener 'kan, mau bunuh diri atau nggak itu hak aku! Dengan gitu juga ayah sama bunda bebas tanpa kehadiran anak yang bernama Julian disini! Dengan gitu_

"JULIAN!"

Napas Tomy memburu, tidak suka dengan Julian yang justru membahas kata-kata yang sensitif itu terus-menerus.

Antagonis (Pindah Ke Joylada)✓Where stories live. Discover now