Chapter 27

3.4K 495 203
                                    

"Boys, ada sesuatu yang mau papa bicarakan sama kalian," sesi makan malam kali ini Sanjaya membuka suara dengan nada serius yang otomatis membuat si kembar heran sekaligus penasaran.

"Masalah apa? Tentang aku yang pulang telat lagi atau Bryan yang minggu kemaren ngga kontrol?" tanya Lintang penasaran.

"Bukan tentang itu. Sekarang kalian habisin dulu makanannya, nanti kita bahas di ruang tengah," Bryan ngangguk males sambil ngunyah makanannya, sedangkan Lintang cuma meninggikan bahunya acuh.



Sesuai dengan perkataan Sanjaya, sekarang mereka udah duduk anteng di ruang tengah sambil nonton tv dan ngemil. Mereka lagi nungguin Sanjaya yang sibuk telepon sama seseorang. Paling masalah bisnisnya.

"Kira-kira papa mau ngomongin apaan ya? Kepo gue," ujar Lintang sambil nyomot camilan di toples yang dipangku sama Bryan.

"Yang pasti bukan ngomongin tetangga kita, Ge," sahutan Bryan membuat Lintang ngelirik dia males.

"Ck! Lo mah ngga bisa diajak buat tukeran pikiran!" decak Lintang.

"Ya ngga lah. Gimana cara nukarnya coba?" jawab Bryan datar sambil ganti chanel tvnya.

"Bukan gitu konsepnya, Ian," greget Lintang.

"Maaf, tadi papa harus urus masalah bisnis dulu," Sanjaya datang dan duduk di single sofa sebrang mereka.

"Iya, gapapa," sahut Lintang.

"Jadi, apa yang mau papa omongin ke kita?" tanya Bryan to the point.

"Papa harap kalian udah siap dan ngga bakal marah setelah ini," ucap Sanjaya setelah mengatur napasnya.

"Minggu depan kita bakal balik ke Indonesia," Lintang sama Bryan langsung tegakin badannya secara slow motion.

"Papa tau ini terlalu buru-buru buat kalian. Tapi, papa ngga bisa terus-terusan turutin kemauan kalian kaya gini," lanjutnya.

"D-dad, seriously?" tanya Lintang ngga percaya. Jujur dia seneng, cuma masih belum siap aja ketemu saudaranya lagi. Ingatan itu masih membekas soalnya.

"Tap-tapi kita... Pa, aku ngga bisa," ucap Bryan frustasi.

"Ian, setengah tahun itu waktu yang cukup buat kamu dan Gege sembuhin luka hati kalian," ujar Sanjaya lembut.

"Lari dari masalah bukanlah hal baik. Kamu udah buat papa sadar akan kesalahan papa, sekarang giliran papa yang nyadarin kalian. Apa yang buat kalian pergi sampai sejauh ini? Apa yang buat kalian bersikap kaya gini sampai sekarang? Papa ingin semuanya cepat selesai. Papa ngga mau permasalahan kalian membuat dampak buruk ke depannya."

"Kasih kita waktu, Pa. Kasih kita waktu untuk berdamai sama diri kita sendiri dulu," ucap Bryan dan dia langsung berpindah ke kursi rodanya dengan susah payah, lalu pergi ke kamar.



.

.


.



Sekarang Gilang lagi leha-leha di sofa sambil nonton doraemon. Hari Minggu emang pas banget buat nyantai begini setelah berpusing-pusing dengan tugas kuliah.

"Badan doang gede, eh tontonannya doraemon," cibir Adit sambil rebut camilan Gilang.

"Dari pada situ. Terkenalnya bos ganteng berwibawa, tapi kenyataannya cengeng plus malu-maluin!" sahut Gilang balik nyinyir.

"Heh!" protes Adit.

"Apa?! Mau ngelak?!" sambar Gilang galak.

"Apa perlu gue buka aib lo, bang?" tanya Gilang dengan senyum licik nya.

We'll be Fine, Right? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang