Chapter 5

3.2K 499 176
                                    


Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Itu adalah peribahasa yang Gilang alami sekarang. Baru aja kerja sebulan, eh udah ditawari buat ngisi acara. Ya walaupun acara ulang tahun anak kecil, tapi lumayan upahnya bisa buat bayar tunggakan kuliah.

"Lang, nanti kamu harus lincah ya di depan anak-anak," pesan atasan Gilang dibalas anggukan patuh sama Gilang.

"Pokoknya kamu harus lucu karena ini acara orang kaya dan kita dikasih bonus lebih untuk hibur anaknya," lanjutnya sambil nepuk bahu Gilang.

"Siap! Serahin semuanya sama saya, Pak. Kalo perlu nanti saya joged goyang gergaji kaya Dewi Persik, hehehe," sahut Gilang sambil nyengir lebar.

"Kamu ini, ya udah sana siap-siap," balas bos Gilang sambil gelengin kepalanya.

"Siap!"














Bryan natap jam dinding di ruang tengah. Sekarang udah jam 7 malem dan Gilang belum pulang. Padahal anak itu bilang cuma ada kuliah pagi. Entah cuma perasaannya aja atau emang bener, akhir-akhir ini Gilang sering pulang ngga sesuai waktunya dan juga sering bangun kesiangan dengan alasan banyak tugas. Tentang tugas kuliah sih Bryan pikir itu wajar, tapi di sini adiknya udah mulai aneh. Kalau ditanya suka ngalihin pembicaraan atau ngeles.

"Assalamu'alaikum," sapa Lintang pelan.

"Wa'alaikumsalam. Tumben baru pulang," ucap Bryan sambil natap Lintang yang udah duduk lesu di sofa sebrangnya.

"Tadi ada banyak barang yang harus gue angkut dari gudang terus restonya juga lagi rame," jawab Lintang sambil regangin kepalanya sampai bunyi 'krek krek'.

"Mau gue buatin teh? Udah makan belum?" tanya Bryan perhatian karena kasihan dan sedih lihat muka lelah plus pucat milik kembarannya.

"Gue mau mandi aja lah," sahut Lintang sambil berdiri. Tapi belum sempat jalan, badannya udah oleng dan langsung ditangkap sama Bryan.

"Jangan mandi ya? Muka lo pucet," ujar Bryan sambil dudukin Lintang ke sofa lagi.

"Gue risih, bau keringet sama lengket badannya," lirih Lintang.

"Gue lap deh pakai handuk biar keringetnya ilang dikit," usul Bryan.

"Dikira gue bayi apa!" desis Lintang pelan.

"Emang gitu kelihatannya. Lo juga masih suka pakai lotion bayi kan?" sahut Bryan sambil naikin satu alisnya.

"Kan lo tau sendiri kalo kulit gue sedikit sensitif dan gue juga ngga terlalu suka sama bau menyengat!" jawab Lintang kesel.

"Iya-iya. Ayok ah ke kamar!" ucap Bryan sambil bantu Lintang berdiri.

"Ngga usah dipapah segala kali. Gue bisa jalan sendiri," tolak Lintang namun Bryan tetep papah kembarannya.

"Bilang aja kalo lo itu kesusahan gapai pundak gue, iya kan? Udah lah, lo itu lagi pusing. Sebagai kembaran yang baik, gue bakal anterin lo ke kamar," Lintang mendelik ke arah Bryan yang pasang muka songongnya. Kembaran lagi sakit bisa-bisanya masih dihina. Untung Lintang sayang.


Sesampainya di kamar, Bryan langsung rebahin Lintang.

"Pokoknya lo ngga boleh mandi! Cuci muka, tangan, sama kaki aja terus tidur. Lo udah makan belum? Kalo belum biar gue ambilin," cerocos Bryan sambil buka lemari Lintang buat ambil baju kakak kembarnya.

"Cerewet amat kaya pacar. Perhatian banget sih masnya, kan jadi baper," ujar Lintang menggoda dibalas delikan maut sama Bryan.

"Gue udah makan kok," sambungnya setelah terkekeh pelan karena berhasil buat Bryan kesel.

We'll be Fine, Right? ✔Where stories live. Discover now