Nabila 21 • Other Side

4.5K 676 16
                                    

Kita dipertemukan karena sebuah kebetulan
Dan menjadi dekat karena semesta menginginkannya demikian 



***

"Jadi, kenapa ngajakin gue Mas?" Tanyaku tepat ketika Mas Gilang telah duduk manis di balik kemudinya.

Aku mentapnya untuk mendapatkan jawaban. "Nothing, Na. Kalo yang lo butuhin adalah alasan gue soal ini," Jawabnya sembari membalas tatapan mataku

Nah kan nah kan ....
Aku mengingatkan diri sendiri bahwa orang yang aku ajak bicara ini adalah Mas Gilang. Manusia paling unpredictable yang pernah ku kenal.

Aku tidak boleh kaget dan bingung akan semua yang akan keluar dari mulutnya. Tipe yang sangat apik dalam bermain kata, dan tidak terduga di dalam otakku sekalipun.

"Karena itu elo, makannya gue ngajakin keluar sekarang," Tambahnya dengan manik mata yang mampu membuat jantungku berdegub kencang.

Gilaaa... 
Jantung gue astaga ...

Dengan segera aku memilih memutuskan pandangan darinya. Kembali memfokuskan pandangan ke depan sembari menetralkan degub jantung yang masih bertalu-talu dengan tidak sopannya.

"Sori ya Na," Tiba-tiba Mas Gilang berkata dengan pelan, yang sayangnya masih sanggup di tangkap oleh gendang telingaku.

Seketika aku kembali menoleh ke arahnya, "Buat apa?" Kedua alisku menyatu tanda bahwa aku membutuhkan penjelasan atas permintaan maafnya barusan.

"Gue tau lo baru balik dari rumah sodara tadi pagi, dan sorenya gue malah tiba-tiba jemput lo dan jadi ganggu waktu istirahat lo,"

"Mas Gilang tau gue sekeluarga baru pergi?" Tanyaku cukup kaget karena laki-laki di depanku ini tahu banyak juga soal urusan di keluargaku.

"Panca kemaren bilang pas terakhir kali nongkrong, jadi semua pada tau gitu kalo dia sekeluarga ada acara ke rumah sodara."

Aku hanya mengangguk paham. "Terus Mas Panca juga yang kasih tau kalo pulang pagi ini?" Tanyaku memastikan.

Mas Gilang menggeleng. Masih dengan fokusnya, dia menimpali "Nggak kok. Tadi gue liat ig storynya si Aldo aja. Terus langsung kepikiran ke rumah buat jemput lo!" Dan tentu saja kalimatnya itu mampu membuat mataku membola dengan sempurna

***

"Jadi acara anak-anak yang di maksud Mas Gilang  itu anak-anak dalam artian sebenarnya?" Responku cukup kaget setelah sampai di tempat tujuan kami.

Mas Gilang hanya mengangguk. Lalu menarik tanganku untuk menghampiri segerombolan anak yang sedang menyiapkan hiasan ditengah-tengah perkampungan.

Oh iya, biar aku jelaskan terlebih dulu. Aku yang sedari tadi mengira jika akan dibawanya ke acara anak-anak kampus, ternyata kenyataannya sangat berbeda dari perkiraanku. Mas Gilang membawaku ke pinggiran kota, tepat di sebuah perkampungan yang berisikan orang-orang yang kurang seberuntung kami.

"Sore anak-anak," Ucapnya masih dengan menggandeng tanganku.

Kumpulan anak-anak itu segera menoleh kesumber suara, lalu menyunggingkan senyum bahagianya setelah meihat sosok laki-laki di sampingku. "Kak Gilang..." Teriak mereka sambil berlari menghambur untuk memeluknya. Sangkin semangatnya, anak-anak itu berebutan dan tidak ada yang mau mengalah,  sehingga aku yang akhirnya harus sedikit bergeser dan melepaskan tautan tangan kami agar tidak menghalangi ruang gerak anak-anak tersebut. 

Entah kenapa keantusiasan anak-anak mampu menular ke arahku. Tidak sadar sudut bibirku juga tertarik ke samping melihat begitu akrabnya Mas gilang - which is orang yang aku pikir bahkan tidak tahu ada tempat seperti ini, ternyata begitu akrab dengan anak-anak.

Setelah acara peluk-memeluk itu selesai, Mas Gilang mengenalkanku kepada mereka semua. Lalu kami berdua membantu kegiatan yang sebelumnya mereka lakukan, yang ternyata adalah menghias beberapa sudut perkampungan karena akan ada acara lomba untuk besok paginya.

***

"Ini, Na." Di ikuti dengan sebotol sofdrink berada tepat di depan wajahku.

Aku menoleh ke samping, dan menemukan Mas Gilang yang tersenyum sambil menyodorkan minuman dingin ke arahku. "Thanks," Ucapku setelah menerima pemberiannya.

Kulihat Mas Gilang duduk di sebuah kursi yang tidak cukup panjang, yang kebetulan juga sedang aku duduki. Sehingga jarak duduk kami bisa dikatakan begitu dekat. "Udah lama sering ke sini, Mas?" Tanyaku memecah keheningan.

"Sekitar lima bulanan kayaknya kalo nggak salah," 

"Kok bisa?" Tambahku karena penasaran.

"Maksud gue, ini kan tempatnya jauh dari kota gitu kan. Terus awalnya gimana gitu Mas Gilang bisa nemuin tempat ini?" Rasa penasaranku mulai mendominasi dan ingin segera dituntaskan.

Kulirik Mas Gilang berdehem, lalu meletakan botol softdrink yang tadi dipegangnya diantara kami. "Lo liat anak itu, Na?" Tanyanya sembari menunjuk seorang bocah laki-laki yang sedang meniup balon karet yang berada tidak jauh dari kami.

Aku mengangguk, lalu Mas Gilang melanjutkan ceritanya. "Namanya Gilang," Seketika pandanganku beralih kepadanya.

"Iya, namanya sama kaya gue." Lanjutnya setelah meilhat wajah bingungku.

"Pertama kali gue tau juga kaget, cuman nggak heran juga kan kalo kebetulan kita ketemu sama orang yang namanya sama kaya kita?"

Aku mengangguk setuju atas  pertanyaannya. "Lima bulan lalu, gue ketemu dia lagi ngamen di pinggir jalan. Terus waktu itu gue lagi buru-buru dan nggak terlalu merhatiin jalan, makannya gue nggak sengaja nyerempet dia," Ceritanya tanpa aku minta.

"Tapi dia nggak papa kan?" Tanyaku setelah kembali mengamati Gilang yang terlihat bahagia bersama teman-temannya.

"Untungnya enggak. Gue sempet menghindar waktu itu, jadi dia cuma luka dikit di sikunya, dan justru gue yang agak lumayan parah."

Aku masih terdiam. Belum merespon perkataannya kembali karena aku rasa ceritanya belum selesai. "Dari kejadian itu, justru dia yang keliatan panik ngeliat keadaan gue. Bahkan setelah gue ditolong orang-orang dan ngomong kalo gue baik-baik aja dan nggak perlu di bawa ke rumah sakit, bocah itu tetep kekeuh dan nggak mau pergi setelah ngobatin luka gue."

"Dan bahkan, dia ngerelain duitnya waktu itu buat beli obat merah dan aqua buat gue. You know, Na? Accident itu bener-bener  bikin gue ngerasa malu sama diri gue sendiri selama ini." Lanjutnya dengan suara yang sedikit merendah.

Lagi-lagi aku masih memilih diam,  dan Mas Gilang memilih untuk menghembuskan napasnya. "Sore itu akhirnya kita habisin buat ngbrol-ngbrol, Na. Dan berakhir dengan gue yang nganterin dia kesini, dan entah kenapa semenjak kejadian itu kalo gue lagi suntuk dan free, gue suka datang kesini buat liat keadaan dia. Malahan karena saking seringnya, gue malah jadi akrab gini sama anak-anak lain yang ada di sini." Ceritanya yang diakhiri dengan senyuman.

Point OutWhere stories live. Discover now