goyangi #8

516 131 20
                                    

GOYANGI

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

GOYANGI

#8

Mingyu mengerutkan bibirnya. Hari Minggu jadi hari "pertemuan sakral" antara Beomgyu dan Taehyun apalagi Beomgyu sudah tidak sabar melihat perkembangan Taehyun. Sesekali Mingyu menghubunginya di hari Jum'at kalau Taehyun sangat aktif, tapi di hari lain, dia mengatakan Taehyun lebih banyak tidur. "Kurasa dia sedang dalam masa pertumbuhan."

Beomgyu menaruh bungkusan di tangannya dan mengusap kepala Taehyun lembut. Pemuda itu masih tergolek di tempat tidur dengan wajah terbenam ke bantal. Apakah tidak sesak? Itu yang Beomgyu pikirkan waktu dia masuk ke kamar tapi setelah diperhatikan, Taehyun nampak sangat lelah. "Apakah begitu?"

"Mungkin tubuhnya bertambah besar."

Beomgyu sontak menggaruk kepalanya. Masa pertumbuhan? Hm.. pubertas? Ia cepat menggeleng. Bagaimanapun, Taehyun ini kan kucing! Yah, meski sekarang punya tubuh manusia, tapi mental Taehyun bahkan tidak lebih tua dari anak enam tahun, bukan? Ia belum bisa mengambil keputusan, belum bisa bicara dengan lancar atau bahkan mengenali banyak orang dan mengobrol dengan mereka.

"Mungkin tumbuh gigi," celetuk adik Mingyu dari arah pintu.

"Apa maksudmu?"

"Kalau aku tumbuh gigi, aku pasti malas melakukan apapun karena rasanya tidak nyaman." Sontak ia mendongak ke arah Mingyu. "Benarkan, Hyung?"

.

.

Informasi itu bagaikan cacing yang membelit kepala Beomgyu. Pertumbuhan, tumbuh gigi, malas bergerak, tidak nyaman, sakit, nyeri dan .. tidak terbiasa. Beomgyu sudah ingin menarik Taehyun ke dokter tapi pasti mereka harus mengisi kertas administrasi dan akan merepotkan—hah, Beomgyu tidak tahu harus apa. Jadi dia terduduk, menanti Taehyun sampai bicara dengannya. Beomgyu memiringkan wajah, mengecek apakah Taehyun benar tertidur atau tidak. "Sakit ya? Katakan sesuatu.."

"Um.."

Beomgyu melipat bibirnya. "Apakah kau salah makan? Kau makan permen sebelum tidur? Apa yang aku bilang soal jangan makan permen sebelum tidur nanti gigimu." Taehyun begerak terduduk, mengucek matanya dengan lengan sweater menenggalamkan ujung tangannya, menggemaskan. "Hyunie."

"Hgh."

Beomgyu pun membuka mulutnya. Ia mengarahkan telunjuknya ke arah mulut. "Buka mulutmu, biar aku lihat separah apa. Kalau memang sudah parah, mau tidak mau kita tetap harus ke dokter entah bagaimana caranya." Ia mengisyaratkan kepada Taehyun untuk mengikutinya. Ayo, perlahan, ayo bisa. "Aaa. Buka mulutnya."

"Ah!"

"Hyunie?"

Taehyun mengerang samar kemudian membuka mulutnya. Gigi taringnya terekspos sedangkan bibirnya terlihat lebar. Beomgyu meraih ponselnya untuk menyalakan senter dan berjalan mendekat. Ini akan sulit.

"Tetap di sana dan—argh! Mengapa menggigitku?"

Taehyun menggertak lagi, menjepit jari telunjuk Beomgyu yang baru saja mendekati tepi bibirnya. Taehyun menggeram, membuat Beomgyu memekik sampai akhirnya ia melepaskan jari malang itu, Beomgyu sudah meringis dengan suara keras. "Yak! Hyunie! Kau ini .. jangan menggigit sembarangan! Apakah kau tahu jariku bisa saja putus?! Kau ini, barbar sekali." Taehyun hanya mengerjap, mustahil agar Beomgyu terus memarahinya jika sosok itu sudah menatapnya dengan bola mata besar seperti itu.

Beomgyu mengelleng, kembali fokus memeriksa tiap gigi mungil Taehyun. Bahkan ini tidak terlihat normal. Astaga. "Aku akan tetap memarahimu jika kau terus menggigit orang lain tanpa sebab. Ayo buka lagi lebih lebar mulutmu, aku akan mengeceknya."

"Aaa!" pekiknya.

.

.

Di dekat bak cuci, Beomgyu mencuci tangannya yang sudah digigit untuk ketiga kali oleh Taehyun. Dia tidak paham apakah Taehyun kerasukan atau bagaimana, tapi yah, dia selalu merasa waspada waktu Beomgyu mendekatkan jari ke mulutnya kemudian dengan spontan, menggigit lagi, mirip mainan anjing yang ganas itu. Hap! Hap! Hap! Taehyun mendapatkan jari Beomgyu seolah itu cemilan untuknya. Beomgyu menunduk, melipas bekas gigitan yang jelas di telunjuknya itu. Ide buruk memang mendekati Taehyun yang sedang uring-uringan seperti sekarang.

Mingyu sudah bergabung. Toko baru akan dibuka pukul sebelas karena tadi pagi dia agak sibuk membersihkan loteng dan Beomgyu agak merasa bersalah karena datang terlambat serta tidak sempat membantu. "Apakah perlu diobati?"

"Tidak perlu. Hanya ngilu saja."

"Oke, syukurlah," sahutnya. Dilihatnya Taehyun sudah bergabung dengan yang lain, makan semangkuk sereal tepat di jam makan siang karena Mingyu masih harus memasak setelah ini. "Kau tidak lapar?"

"Hm, nanti saja."

Mingyu tersenyum. "Aku salut denganmu. Saat aku bilang Taehyun sedang tidak enak badan, kau langsung panik dan datang tanpa menunggu apapun. Aku tahu, kau sangat perhatian kepadanya." Ia pun turut mencuci beberapa piring yang cepat Beomgyu rebut agar setidaknya dia dapat berguna di tempat ini. "Gyu."

"Ya?"

"Apakah Taehyun akan pergi?"

"Pergi?" tanyanya pelan. Tentu saja tidak. Tapi bisa saja.. "Kurasa tidak dalam waktu dekat, lagipula dia nyaman di sini. Apakah kau merasa keberatan dia tetap di sini? Maksudku—"

"Tidak sama sekali. Semuanya menyukai Taehyun, aku hanya bertanya-tanya saja apakah orang tuanya sedih dan kehilangan Taehyun karena ia justru bersama kita." Nada bicara Mingyu jadi terdengar parau. Beomgyu tidak menyukai pikiran itu, apalagi dengan kedekatan mereka semua terhadap Taehyun. Kalau memang Taehyun pelindungnya, Beomgyu pastikan dia akan melindungi dirinya terlebih dahulu agar Taehyun tidak sampai harus bertindak bahkan mengorbankan dirinya hanya demi Beomgyu.

Suara keran mengisi keheningan di tengah keduanya. Mingyu membawakan lebih banyak mangkuk dan gelas untuk dibersihkan, sedangkan Beomgyu lebih sibuk menggosokkan spons lembut hingga menciptakan busa melimpah. Beomgyu tidak tahu mengapa dadanya terasa sesak secara cepat. Dia juga tidak paham apa arti semuanya, tapi dia tidak mau Taehyun pergi.

"La .. par.."

Keduanya menoleh, mendapati Taehyun sudah berdiri dan membawakan mangkuk kosong. Di sudut bibirnya ada noda susu tapi dia menyodorkan mangkuk itu tepat ke depan wajah Mingyu sampai Mingyu terlonjak. "Tapi kau sudah makan sangat banyak, Hyun. Kau.."

"Aaa!"

Beomgyu pun dengan cepat meraih mangkuk Taehyun seraya menarik tangan pemuda itu agar menjauhi Mingyu. Ia menyuruh Taehyun agar terduduk di meja makan. "Dengarkan aku, jangan merepotkan Mingyu terus menerus. Kalau memang lapar, cobalah untuk mandiri, paham? Kau ini sudah besar dan kau harus belajar untuk melakukannya." Ia menunjukkan kepada Taehyun bagaimana meraih kotak sereal di kabinet kemudian menuangkannya. Setelah itu, Beomgyu membuka kulkas untuk meraih sekotak susu dan menumpahkan ke mangkuk sereal.

Sesaat Taehyun hendak meraih mangkuk itu, Beomgyu cepat menyingkirkannya. "Dan katakan terima kasih jika sudah mendapatkan apa yang kau mau."

"Ti?"

"Terima kasih."

"Tima'sih!"

"Terima kasih, Hyunie," tukasnya.

Taehyun mengangguk. "Terima .. kasih." Ia tersenyum saat Beomgyu memberikan mangkuk penuh sereal itu. Dengan gerakan tangan yang masih kikuk, Taehyun meraih sendok dan menyuapi dirinya sendiri. Karena ujung pakaian Taehyun agak kepanjangan, Beomgyu dengan perlahan menggelungnya sampai ke siku Taehyun agar tidak terkena susu atau pun sereal. Masa pertumbuhan, katanya. Ini sih lebih mirip Taehyun yang memang rakus. Diam-diam, Beomgyu mengulum senyum seraya memperhatikan wajah Taehyun yang sangat sumringah dan gesit menyantap makanannya.

[]

GOYANGI! (고양이) | beomtaeWhere stories live. Discover now