opening

1.7K 254 60
                                    

*

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*

OPENING:

Toko Hewan Peliharaan Yoon

Beomgyu masih setengah melamun saat papan itu terbaca matanya cepat. Dilepasnya selimut yang tadi mendekapnya erat, lantas dia mengekori ibunya untuk keluar mobil karena beliau sudah memanggil.

Beomgyu boleh jujur, tidak?

Toko hewan peliharaan itu amat sederhana. Dari luar, ada etalase lebar di kanan dan kiri. Ada TV di etalase kiri yang menampilkan video hewan mungil menggemaskan. Tidak hanya itu, sudah terpajang pula kotak mainan bergambar hewan warna pastel dan beberapa hiasan untuk hewan peliharaan. Sementara itu, pintunya besar transparan dan berlonceng. Sewaktu mereka masuk lonceng akan terayun dan berdenting ringan.

"Selamat datang!"

Ibu Beomgyu pun mengusap kepala putranya sembari mereka melihat lihat di dalam. Ada secuil rasa bersalah yang hinggap di hati perempuan itu karena beberapa minggu terakhir tidak sempat punya waktu berdua seperti ini. Padahal, sebelum dia mendapatkan promosi, tadinya mereka punya akhir pekan ataupun waktu khusus untuk pergi bersama.

"Bu, yang itu ya!" pekik putranya seraya mendongk.

Seakan dapat membaca jalan pikiran Beomgyu, ibu pun menggeleng lemah. "Tetap saja, ayahmu tidak akan mengizinkan kalau kau pilih yang itu, Beomgyu-ya. Kau tahu sendiri bagaimana ayahmu sangat trauma dengan burung beo karena pernah dipatuk hingga kulitnya robek. Yang lain saja ya, sayang?'

"Ah .. aku maunya itu!"

Bagaimana pun, tidak peduli berapa sering pelayan mengoceh maupun ibu yang menariknya untuk menengok hewan-hewan lain, Beomgyu seakan sudah terhiptis akan pesona burung beo tersebut. Menurut yang tadi pelayan bilang, burung itu spesial karena didatangkan langsung dari habitatnya di hutan Amazon dan dia burung yang aktif serta gemar menirukan banyak suara. Beomgyu maunya itu!

"Kita kan baru lihat sedikit, siapa tahu, ada yang lebih menarik untukmu," ajak ibunya dengan suara lembut. Dia merangkul tubuh putranya hingga mereka bergeser ke bagian lain dari toko itu. Seakan dapat mengetahui dengan jelas maksud ibu Beomgyu, sang pelayan sudah mengarahkan mereka ke kotak kotak besar mirip wadah untuk menampung bola-bola. Lucunya yang ini tentu saja tidak berisikan bola-bola aneka warna, justru para hewan termasuk anak anjing dengan bulu tebal yang gemar menyalak dengan suara menggemaskan. Bebeapa memperhatikan mereka, dan beberapa terus tertarik hingga memanjat pinggiran kotak itu untuk menyalak lagi. "Bagaimana dengan anak anjing? Waktu itu kau meminta anak anjing."

Ia menggeleng samar. "Tidak mau. Temanku sudah punya anak anjing, menurutku, mereka terlalu biasa."

Rombongan itu pun berbelok. Ada beberapa kotak kaca berisikan bermacam-macam hewan. Tentu saja, mereka punya kotak kacanya masing-masing dan berjajar tinggi dalam rak dengan rapi. Ada ular dengan warna terang dan tengah tidur siang, ada kura-kura yang tengah memakan selada segar, ada tupai tupai yang berkerumun dan berlarian di rodanya, hamster pemalas, bahkan landak kecil yang pemalu.

Beomgyu terpana. Sepasang mata besarnya sontak berbinar penuh minat. Tidak hanya itu, ada juga akurium panjang dengan cahaya lampu warna-warni dan ikan kecil yang elok. Sirip mereka berkilau bak permata dan mereka bergerak lincah untuk bersembunyi di dekat gelembung maupun tanaman hias dalam akurium besar itu.

"Eomma, yang ini saja ..."

Sejak dulu, Beomgyu memang ingin memelihara ikan. Lucu saja, ikan kan tidak perlu dimandikan dan tidak akan bau karena mereka berada seumur hidup dalam air.

"Dan ini anggota baru kami. Dia sebenarnya keturunan British Shorthair, hanya saja karena perkawinan silang dengan kucing lokal, ia punya bulu yang berbeda dari kucing kebanyakan. Meskipun begitu, bulunya juga sangat lembut dan tebal. Mau lihat?" Sang pelayan mengembangkan senyuman.

Bemgyu mengerucutkan bibir. Mau ke mana sih? Ia kan sudah cocok dengan ikan ini. Tetapi, karena ibunya sudah memimpin jalan, mau tidak mau, Beomgyu pun mengekori saja. "Eomma, aku maunya ikan," katanya seraya berusaha menarik-narik tepian mantel yang ibunya pakai.

Mereka berhenti ke tempat mirip kolam bola seperti sebelumnya, yang menampung banyak anak anjing, bedanya di sini ada banyak anak kucing yang hobi mengeong dan bermain bola. Tidak hanya itu, mereka pun aktif dengan menggigiti ekor kawanannya, bahkan mencakar satu sama lain—asyik bermain.

"Ini dia. Namanya Hyunie, dia baru tiga bulan."

Pelayan itu secara hati-hati meraih tubuh yang tengah meringkuk, sibuk menjilati kaki depan dan kaki belakangnya yang empuk dan mini. Anak kucing berbulu hitam itu sontak terkejut, hanya saja dia tidak berontak liar dan justru menurut ketika pelayan mulai mengelus tubuh bulatnya. Dia mirip buntalan hidup.

Beomgyu memperhatikan dengan mimik gusar. Apa bagusnya kucing ini? Berbeda dengan Beomgyu yang menunjukkan sikap datar, ibunya justru tersenyum. "Dia manis dan lucu, Beom."

Beomgyu sontak mendekat, bibirnya masih mengerucut. "Kucingnya jelek, Eomma! Tidak mau ah!" Ia memekik dan enggan untuk sekadar mengusap bola bulu tersebut.

Seolah tahu dia sudah jadi pusat perhatian, anak kucing itu mengangkat kepalanya dengan leher yang masih tidak stabil. Alhasil, dia bagaikan pajangan yang berada di dashboard, nampaknya memang dia baru saja belajar untuk berjalan dan bergerak. Agak lucu sih, karena dia seperti sulit mengangkat kepala bulatnya itu. "Meow." Suaranya mengalun pelan.

Beomgyu membeku. Sepasang mata kucing itu bulat besar dengan warna biru keabuan yang memerangkap tatapan siapapun. Ia menatap Beomgyu dengan wajah bulatnya dan kepala yang dimiringkan, penuh rasa ingin tahun. Bahkan telinganya bergerak-gerak bagaikan antena mungil. "Meow."

*

*

Bagaimana Beomgyu menjelaskannya dengan agak wajar? Ia bagaikan terhipnotis, diguna-guna. Sewaktu dia menyentuh dan mengusap kucing yang sudah menggerak gerakan kepalanya manja ke tangan Beomgyu, pemuda itu sontak terdiam dan bingung. Dia manis. Itu yang terlintas di otaknya. Bayangan bahwa dia ingin punya ikan sudah amblas entah di mana. Saat itu, Beomgyu ingin mendekap kucing itu dan memberikan tempat tidur hangat di dekat ranjangnya di rumah. Beomgyu ingin mengajari kucing itu caranya untuk makan, minum, bahkan buang air besar.

Beomgyu sudah terjerat. Yah, begitu mudahnya berpindah hati.

"Tunggu di sini ya, aku akan siapkan makanan untukmu," katanya dan membukakan pintu besi kandang Hyunie. Tidak hanya itu, dia pun membiarkan kucing tersebut untuk berjalan keluar dari kandang meski tubuhnya masih belum stabil, seringnya hampir terhuyung mencium karpet kamarnya. Beomgyu pun terkekeh. "Jangan ke mana-mana ya?"

Pintu kamar pun tertutup, meninggalkan Hyunie yang masih menatap ke arah pintu dengan tatapan penuh. Kucing itu pun menggosok-gosokan atas kepalanya ke dekat kaki ranjang, kemudian duduk. Tidak berapa lama, dia menjilati kaki depannya justru seluruh tubuhnya bercahaya.

Hyunie terbatuk pelan di atas karpet lantas mendapati dirinya sudah tidak punya ekor ataupun telinga. Dia merangkak, serta masih kebingungan bergerak ke dekat cermin. Dilihatnya, seorang pemuda bermata besar, hidung bangir, dan bibir penuh terpantul di sana. Uh? Sebuah kalung hitam berbandul yang tadi didapatkan dari toko hewan Yoon masih setia tersemat di leher jenjangnya.

[]

GOYANGI! (고양이) | beomtaeWhere stories live. Discover now