Rage of the Year

2.3K 279 14
                                    

Hiyaa double up
Kerajinan bgt kan?
Padahal besok gue ujian praktek
Awokwok bodo lah..
Cus baca!

>>>>

Tok! Tok! Tok!

Lion mengetuk pintu rumah Mahen lebih keras dari yang sebelum-sebelumnya. Sejak tadi, namun tak kunjung ada jawaban.

Lion sudah coba telepon, tapi tidak diangkat. Pesan Lion pun tak dibalas.

"Pak!!" teriak Lion. "Ayo berangkat! Bapak masih hidup 'kan?!" tanyanya sambil menggedor-gedor pintu.

Lion melihat jam tangannya. Ia bisa telat jika menunggu Mahen lebih lama lagi.

Ah! Atau jangan-jangan Mahen sudah pergi duluan? Pasalnya hari ini Lion memang bangun agak kesiangan dari biasanya.

"Aish..." desisnya lalu berlari untuk segera pergi ke sekolah.

>>>>

Sampai di parkiran, Lion memicingkan matanya saat melihat Mahen yang kini tengah berjalan di lapangan menuju gedung sekolah.

Tuh, kan! Benar dugaan Lion. Tega sekali Mahen meninggalkannya hanya karena telat beberapa menit.

Tanpa membuang waktu lagi, Lion segera turun dari mobil lalu berlari mengejar Mahen.

"Pak!" serunya, membuat langkah Mahen terhenti.

Mahen berbalik. Menatap datar Lion yang kini berlari kecil ke arahnya.

"Bapak kok duluan, sih?" tanya Lion. "Udah gitu gak bilang-bilang lagi. Saya telepon gak diangkat, saya chat juga gak dibales," omel Lion. "Oh iya! Tadi malam bapak kenapa? Semuanya baik-baik aja 'kan?" tanya Lion khawatir mengingat kepergian Mahen yang tiba-tiba.

"Hm." Mahen mengangguk datar.

Lion menghela nafas. "Syukurlah," ucapnya lega. Tapi itu tidak bertahan lama saat menyadari wajah Mahen yang menatapnya dengan sorot tidak berminat. Tidak hangat seperti biasanya.

Merasa sudah selesai, Mahen melanjutkan langkahnya yang tertunda, tapi lagi-lagi Lion mencegahnya.

"Pak!"

Mahen berdecak samar. "Apa lagi?" tanyanya jengah, membuat Lion sedikit terperanjat.

Ada apa dengan Mahen? Mengapa emosinya jadi tidak stabil seperti ibu hamil?

Entahlah, pikiran Lion buntu. Hanya satu hal yang terlintas di kepala Lion mengenai sikap Mahen yang aneh itu.

"Maaf, ya, Pak..." cicit Lion.

Mahen terkesiap. Apa Lion sudah menyadari kesalahannya?

Wajah dingin Mahen terlihat melunak. Baiklah, ia siap mendengarkan penjelasan Lion tentang percakapannya dengan Renata.

"Gara-gara saya bangun kesiangan, bapak jadi berangkat sekolah sendirian. Maafin, ya?" mohon Lion sambil mencubit telinganya sendiri, tanda kalau ia sangat menyesal.

"..."

Apa yang Mahen harapkan? Penjelasan? Haha, Mahen benar-benar merasa bodoh sekarang. Mana ada maling ngaku, betul?

"Nanti pulangnya bareng, ya?" bujuk Lion dengan wajah menggemaskan. Tapi tidak cukup untuk meluluhkan hati Mahen yang sudah terlanjur beku.

"Gak perlu. Mulai sekarang, kita berangkat dan pulang sekolah sendiri-sendiri," ucap Mahen, membuat senyum Lion luntur seketika.

"Ke-kenapa?" tanya Lion. Ia tak bisa menerima keputusan sepihak itu. Percayalah, rasanya seperti ia baru saja dicampakkan tanpa alasan.

"Bapak bawa mobil sendiri. Lagipula, percuma aja punya mobil tapi gak dipakai, kan? Udah gitu tetap harus bayar pajak juga," jelasnya asal.

BELOK: Couple Of The YearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang