Patient of the Year

2.1K 261 19
                                    

Pintu kamar mandi terbuka. Geral melangkah keluar sembari mengusak rambutnya yang basah dengan handuk kecil.

Gerakan itu terhenti saat matanya tak melihat keberadaan Lion di atas tempat tidur.

"Lion?" panggilnya menatap pintu dapur. Namun tak ada jawaban, cowok 27 tahun itu bergegas memeriksa dapur. Tidak ada.

"Kemana perginya? Apa di balkon?" duganya. Perasaannya tidak enak. Melihat keadaan tempat itu saja rasanya tidak mungkin Lion ada di sana. Dinding kaca balkon masih tertutup rapat seperti sebelumnya. Tapi Geral tetap ingin memastikan apakah Lion ada di sana.

Geral menyibak tirai, membuka dinding kaca dan memeriksa. Di balkon itu hanya ada dua buah kursi lengkap dengan meja bundar di tengahnya. Tak ada Lion di sana.

Tanpa sengaja, matanya melihat ke bawah, tepat ke tempat parkir mobil di depan gedung. Dan sosok yang ia cari berada di sana. Geral terdiam, memperhatikan gerak-gerik Lion yang tampak kesal dan kebingungan.

"Mau kemana dia?" Geral bertanya-tanya, sedikit heran melihat Lion berlari ke pinggir dengan membawa bunga yang ia berikan.

Walaupun sangat ingin, tapi Geral tahu ia tidak akan bisa mencegah kepergian Lion. Karena sekarang...

Geral cuman pakai handuk setengah badan doang. Ugh, kalau enggak, pasti Geral sudah berlari mengejarnya.

>>>>

Lift berhenti di lantai dua.

"Kita misah di sini ya, kak. Kakak gak apa-apa pergi sendiri? Perlu kita temenin gak?" tawar Salsa.

Lion menggeleng. Tanda jika ia bisa mandiri. "Kalian udah ada janji sama dokter, kan? Ini udah sore, nanti dokternya pulang."

"Hehe, iya."

"Omong-omong, makasih untuk hari ini."

"Santai aja kak," sahut Melan. Salsa hanya tersenyum manis.

Lion keluar sembari melambaikan tangannya hingga pintu lift kembali tertutup.

Teman dalam perjalanan telah pergi. Sekarang Lion sendiri. Rasa takut, gugup, dan cemas kembali menyelimuti hati.

"Ayo Lion, kita jemput Mahen!" ucapnya pada sendiri kemudian mulai melangkah maju dengan penuh percaya diri.

Tapi!

Langkah Lion terhenti saat keluar dari lorong pendek di depan lift. Lion sedikit bingung karena ada dua lorong. Ia berhenti sejenak di depan dental store sambil mempertimbangkan ke arah mana ia akan pergi. Lurus atau belok?

"Hm.. Dek?"

Lion menoleh ke arah wanita yang memanggilnya. Sandara Nalista. Setidaknya itu yang Lion notis dari seragam berwarna pink pucat tua yang wanita itu kenakan.

Dara menatap heran cowok manis di depannya. Apalagi cowok itu membawa bunga, Dara jadi tambah heran. Ngapain dia bawa-bawa bunga ke klinik gigi?

"Adek tersesat?" tanya Dara hati-hati.

Lion tak menjawab, melainkan bertanya. "Ruang dokter Renata..."

Kalimatnya belum selesai tapi Dara sudah menampikkan kedua tangannya dengan semangat seperti seorang murid yang tahu jawaban soal ujian.

"Oh! Renata! Lurus aja lurus!" Dara menujuk lorong di depannya.

Lurus dari sudut Dara, tapi belok bagi sudut Lion berdiri.

Lion tersenyum, berterimakasih, lalu pamit pergi.

Dara menatap punggung Lion yang mulai menjauh. "Ngapain dia bawa-bawa bunga ke tempat Renata? Hmm.." gumamnya memasang wajah detektif.

BELOK: Couple Of The YearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang