[12] ; d & p

487 72 1
                                    
























Karina menyenggol lengan Jeno, membuat perhatian laki-laki itu teralihkan dari gamenya. Jeno menaikkan sebelah alisnya, seakan bertanya 'Ada apa?'. Dan Karina menunjuk ke arah Jaemin dengan gestur wajahnya. Jeno memperhatikan Jaemin, lalu menendang ujung sepatu temannya itu dengan kaki panjangnya.

"Wah, teman lo waras, Jen?" tanya Karina saat Jaemin tak memberikan respon apapun. Laki-laki itu masih sibuk memandang ponselnya sambil tersenyum. Sudah hampir setengah jam—mungkin? Karina bahkan mempertanyakan kewarasan laki-laki itu saat ini.

"Bukan temen gue." balas Jeno dan kembali fokus pada gamenya. "Gue ga punya teman gila."

"Oi!" Gantian, Karina yang menendang kaki Jaemin. Tapi bukannya protes atau paling tidak melempar tatapan tajam seperti biasanya, Jaemin justru menggulingkan badannya di atas sofa sambil terkekeh kecil. Karina dan Jeno bersitatap, menggeleng heran melihat kelakuan ketua mereka yang tak seperti biasanya.

Jaemin adalah satu-satunya orang yang jarang sekali menunjukkan senyumnya di antara mereka semua. Bahkan, hampir tidak pernah. Apalagi tertawa. Laki-laki itu selalu menampilkan wajah datar yang menusuk. Tatapan matanya seolah-olah memindai dan dapat membunuh semua hal yang ada di sekitarnya.

Jaemin juga jarang sekali berada di rumah mereka, apalagi dengan keadaan santai seperti ini. Hanya dengan kaos polos berwarna putih dan celana hitam bergaris warna senada dengan kaosnya. Rambutnya yang masih setengah basah ia biarkan kering dengan sendirinya. Senjata yang biasa menenaminya 24/7, kali ini tidak ada.

"WOI!"

Jaemin tersentak saat Haechan yang baru saja datang, menepuk bahunya kencang. Laki-laki itu dengan cepat mengunci ponselnya, lalu bangkit dari posisinya sambil menatap Haechan nyalang. Karina dan Jeno yang sedari tadi memperhatikan tingkahnya, menggeleng bersamaan. Sedangkan Haechan yang di tatap, melipat tangannya di depan dada dan balas menatap Jaemin.

"Wae?" —Haechan.

"Lo ngapain?" tanya Jaemin dengan nada sewot.

"It should be me who asked that," Haechan tersenyum mengejek. "Apa yang terjadi sehingga lo, orang yang paling jarang menunjukkan smile, tiba-tiba senyam-smile gajelas sambil ketawa-ketawa? Waras? Apa kerasukan?"

Jaemin mendengus. "Gue ga senyum salah, gue senyum salah. Mau kalian apa, sih?"

"Ya ga biasanya goblok! Lo itu selalu datar-datar aja, senyum sesekali, itupun buat formalitas di beberapa acara. Ketawa apalagi, Mark ngelawak aja lo gapernah ketawa sedikitpun, selucu apapun. Terakhir lo ketawa waktu Jeno ngompol karena ketakutan di gudang—"

"Kenapa harus bahas itu, sih?!" sela Jeno kesal.

"Ya, kan, emang itu terakhir kali Jaemin ketawa!" Haechan mendengus. "Lo lagi kasmaran ya?"

"Ngaco." elak Jaemin. "Laporan udah selesai?" tanya Jaemin berusaha mengalihkan topik.

"Halah apaan tiba-tiba laporan. Kan udah gue kirim bahkan lo udah acc tadi pagi." Haechan menunjuk Jaemin dengan tatapan menggoda. "Hayolooh jangan-jangan beneran! Wah, ketua kita kasmaran! Harus di rayakan!"

"Berisik. Gaada." Jaemin menyimpan ponselnya ke dalam saku. "Udah ah, gue mau pergi, ada misi."

Jaemin mengabaikan ledekan yang terdengar seperti menggoda dari Haechan, Jeno dan Karina. Ia berjalan menuju tangga yang akan membawanya ke lantai dua, kamarnya. Laki-laki itu akan berganti pakaian dan pergi untuk misi selanjutnya.

"Yeoboseyo?"

"..."

"You've been there?"

Dangerous & Protect | Jaemin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang