[17] ; d & p

387 61 5
                                    




dor halo met baca




















"Kerumah kamu? Gapapa?"

Harin mengangguk mendengar pertanyaan dari Yedam. "Gapapa. Kapan kamu bisa?"

"Emm.. kalau hari sekolah gini agak susah sih. Weekend aja gimana?"

"Oke." Harin tersenyum senang. "Nanti aku kasihin alamatnya."

Saat ini, Harin dan Yedam sedang berjalan di koridor. Mereka baru saja menyelesaikan kelas peminatan masing-masing. Awalnya Yedam ingin langsung ke kelas selanjutnya. Tapi Harin lebih dulu menghampirinya dan mengajak berbicara, mengenai ajakan Mama Harin kemarin. Yedam iya-iya saja. Berakhir kini keduanya di taman sekolah. Seperti biasa, taman selalu menjadi lokasi favorit mereka.

"Itu, ya, Go Ha Rin?"

"Gue sering denger sih soal Go Ha Jun. Tapi ga pernah denger soal anaknya."

"Kalem-kalem tapi nyeremin ga, sih? Siapa tahu, kan, ada niatan jahat gitu."

"Kok Yedam mau ya deket-deket sama dia. Secara, kan, dia anak mafia. Di bunuh mampus deh."

"Kok sekolah mau nerima dia, ya?"

Harin mengedarkan pandangan. Ia seperti mendengar orang-orang menyebut namanya secara berbisik. Tak bisa di katakan berbisik juga karena suara mereka seperti sengaja di keraskan, agar Harin mendengar kalau namanya sedang di sebut-sebut. Yedam yang sedang mengatur gitarnya, ikut memandang ke arah orang-orang yang kini menatap mereka dengan pandangan.. takut? Remeh? Yedam tak tahu mana yang pasti.

"Yedam!"

Yedam menoleh saat namanya di panggil. Ia hanya menaikkan alis, bingung kenapa siswi itu memanggilnya. Seingatnya mereka tidak begitu dekat, tak ada kepentingan juga.

"Jauh-jauh dari Harin." teriak siswi itu lagi, membuat Yedam semakin bingung.

"Ayahnya mafia!"

Seluruh murid yang sedari tadi melihat mereka berteriak tertahan. Mungkin belum seluruhnya tau, dan sekarang..

"Terus kenapa kalau Ayahnya mafia?"

Seluruh murid yang ada di sana terdiam, termasuk Harin.

"Harusnya kalian, kan, yang takut? Kalian gunjingin anak mafia dan mau merundung? Ga takut kalian yang di serang?"

Harin sebenarnya sedikit tersinggung. Ia baru saja akan bangkit ketika Yedam menahan tangannya, dan menarik bahunya mendekat.

"Silahkan kalau kalian mau jauhin Harin. Tapi jangan harap gue ikut di pihak kalian."

🔪

"Maaf, Harin.."

Harin melepaskan cekalan tangan Yedam darinya. Ia menatap Yedam dengan sorot yang— Yedam sendiri tak tahu apa artinya. Yang jelas, ia tahu Harin kecewa.

"Maaf.."

"Gaperlu, Yedam-ah.." Harin tersenyum kecil. "Justru harusnya, aku, berterimakasih. Aku kira kamu akan menjauh kaya yang lainnya."

"Ga ada alasan buat jauh dari kamu, Rin."

"Bukan karena Ayah aku mafia, kan?"

Yedam menggeleng. "Bukan. Aku memang mau berteman sama kamu. Kamu ya kamu, gaada hubungannya sama apa pekerjaan Ayahmu."

Harin tersenyum lagi. "Terimakasih.."

Yedam ikut tersenyum. Ia mengusak rambut Harin, sebelum mendekap perempuan itu erat. Menyalurkan energi dan kata-kata semangat. Orang-orang yang kebetulan melintas dan melihat, menatap ngeri karena takut Yedam kenapa-napa. "Yedam anak yang baik, jangan sampai laki-laki itu terluka hanya karena berteman dengan Harin." Itu kata mereka saat melintas dan melihat bagaimana Yedam mendekap erat Harin. Mungkin mereka iri, ya.

Dangerous & Protect | Jaemin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang