CHAPT 8

277 27 8
                                    

•zahra•

" Ra ceritain doongg" aku menatap Chika jengah, sejak aku sampai di sekolah, Chika terus saja bertanya saat aku bertemu dengan kak Raihan di pesantren.

" Ara!"

" Kepo!"

" Isshh raa!"

" Iya iya ini mau cerita!" Akhirnya aku menceritakan semuanya pada Chika, sekilas aku melihat wajahnya memerah, eh? Kenapa ni anak?.

" Kenapa Lo?" Tanyaku

" Bapereuu" jawabnya.

" Dih, baper darimana kali" sargahku

" Ih lo mah! "

" Udah ah, yuk duduk di sana!" Aku menunjuk ke arah bangku kosong pojok kantin.

" Lo mau apa Ra?" Tanya Chika saat kami sampai di bangku.

" Siomay sama es teh ya Chik, makasih"

" Ngoghey" Chika pergi membeli pesanan, aku kembali fokus ke handphone, membuka aplikasi Al-Qur'an dan mulai membaca ayat demi ayat.

" Ra, nih" aku mendongak dan menerima siomay dan es teh pesananku.

" Ra"

" Hm?"

" Bentar lagi kan Ramadhan, Lo mau kan ajarin gue baca Al-Qur'an, bukan gue gk bisa baca, cuma gue takut masih ada yg salah bacaannya" aku mengangguk semangat, tentu aku mau, siapa sih yg berani menolak mengajarkan hal² baik?.

" Oke! Kalau gitu nanti kita atur jadwalnya!!" Ucap Chika semangat, sangat semangat melebihi diriku.

***

" Ra, ayo bareng gue" Aku menoleh pada Chika dan menggeleng.

" Gk perlu Chik, lagian kayanya jam segini angkot masih ada kok" tolakku yg langsung mendapat tatapan marah dari Chika.

" Lo tuh ya! Jangan susah napa sih? Nanti kalau Lo kehujanan kaya waktu itu Lo mau?" Aku menggeleng. "Makanya ayo!" Aku mendesah berat, akhirnya aku masuk ke dalam mobil Chika.

" Ra.. Lo udah periksa ke RS?" Aku menoleh sebentar padanya dan menggeleng.

" Belum"

" Ck! Lo tuh kenapa sih Ra?? " Ucap Chika kesal.

" Gue takut denger kalau penyakit gue tambah-"

" Gak! Lo gk boleh ya ngomong gitu! Lo itu harus sehat Ra! Kita harus bersama terus! Lo gk boleh ngomong git-u... hiks" aku menoleh pada Chika, melihat matanya yg sudah berair. Aku jadi tak tega melihat nya.

" Berentiin dulu mobilnya Chik" ucapku yg langsung di lakukannya, bukan apa², aku hanya takut terjadi sesuatu yg tidak diinginkan dengan keadaan Chika yg menangis sembari menyetir.

Aku mengubah posisiku menghadap padanya, " Chika.. mati atau nggaknya itu tergantung Allah, karena hidup kita bergantung padanya, kita gk bisa tolak kenyataan mau sepahit apapun itu" aku memegang kedua pundaknya, mencoba agar membuatnya tenang.

Hening,

" Hah.. yaudah, tapi besok Lo harus janji Lo bakal periksa" aku mengangguk, menautkan kedua jari kelingking dn kami kembali tersenyum.

" Gitu dong senyum!"

" Oke, mari kita pulang! Let's go!!"

****

Aku masuk ke dalam pesantren, tak sengaja aku melihat nya.

" Assalaamu'alaikum gus.." salamku saat kami berjalan berbeda arah namun bersisian, aku terus menunduk. " Wa'alaikumussalam, jangan lupa ya sore ini latihan" aku mengangguk, setelah nya aku segera berjalan cepat hingga sampai asrama.

•Raihan•

" Hoooooo"

Prok prok prok

Kami turun dari panggung dengan irama dari tepuk tangan penonton.

" Emm kak" aku menoleh kebelakang dan melihat ada seorang gadis yg seperti nya masih seumuran adikku? Entahlah.

" Ya dek?" Jawabku.

" Ini buat kakak" aku mengambil sebatang cokelat dari tangan gadis itu.

" Emm kakak boleh kasih ke kakak itu gk?" Tanyaku sembari menunjuk ke arah seorang gadis yg tadi menjadi vocalist, Zahra, aku kurang suka cokelat, jadi daripada aku buang, mending ku kasih pada orang kan?.

" Boleh deh kak!" Aku tersenyum dan mengucap terimakasih.

" Kakak pergi dulu, assalaamu'alaikum"

" Wa'alaikumussalam"

^•^

Aku menghampiri seorang anak laki² yg duduk tak jauh dari Zahra.

" Assalaamu'alaikum dek" salamku.

" Wa'alaikumussalam kakak"

" Kakak boleh minta tolong?" Tanyaku yg di jawab anggukan, aku tersenyum dan memberikan cokelat tadi dan membisikkan agar anak itu memberikan cokelat ini pada zahra.

" Tapi nanti kakak beliin aku esklim yg banyak ya?" Aku tertawa kecil dan mengangguk.

" Iya, nanti kakak beliin, tapi kamu harus izin dulu sama orang tua kamu" ucapku sembari mencolek hidung mungilnya.

" Oke!" Jawab anak itu semangat.

" Omong², nama kakak sapa?"

" Raihan"

" Kak Laihan? Aku bala" aku terkekeh dan mengangguk." Yaudah, bara cepet kasih ke kakak itu ya" bara mengangguk dan langsung berlari kecil ke arah zahra yg sedang mengobrol dengan teman² asramanya.

" Kak.." panggil bara dengan menarik² ujung kaos Zahra, ah menggemaskan.

" Eh? Iya dek?" Jawab Zahra melihat ke arah bara dengan senyuman.

" Ini.." ucap bara sembari menyodorkan cokelat dariku.

" Eh? Tapi ini punya adek kan?" Tanya Zahra dengan wajah bingung.

" Bukan, ini punya kakak, aku pergi ya kak, dadaahh!" Bara langsung berlari kecil ke arahku, dengan cepat aku langsung mengalihkan wajahku dan menutupinya dengan kertas di meja, karena aku tahu pasti Zahra mengikuti arah kemana bara berlari.

Tanpa Raihan sadari, Zahra mengukir senyuman disana, ia tahu siapa yg menyuruh bara memberikan cokelat itu.

-
-
-
-

Gmna? Seru? Kurang feel nya ya? Sorry bngt author hiat lama bngt, karena nunggu views ny naik, mungkin udh sebulan lebih aku Hiatus, hiks:).

Don't forget seperti biasaa

See you,.

RAIZAH | ENDWhere stories live. Discover now