ILMLOY|Keseriusan saka & renata yang pemaksa

92 3 0
                                    

ILMLOY, chapter 49

H A P P Y R E A D I N G_____________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

H A P P Y R E A D I N G
_____________________

samar terdengar percakapan antara dua lelaki saat sera semakin melangkah mendekat keruang keluarga. Saka maaih diposisi semula duduk berhadapab dengan sang papa saat ini.

Tiga puluh menit yang lalu pria itu tiba-tiba saja muncul didepan pintu rumah nya, dengan raut wajah khawatir yang terpatri diwajah. Setelah melewati sedikit drama saat pria itu tiba dirumah nya, kini saka malah berakhir dengan sang papa yang entah mengobrolkan hal apa.

Entah memang kebetulan apa memang takdir nya tak berselang lama setelah saka tiba disana. Bram, pria paruh baya itu pun juga pulang ke rumah. Jika saja dirinya boleh jujur, ia masih sedikit kesal dengan sang papa karna peristiwa rumah sakit hari itu. Namun, pada akhirnya sekeras apapun sera kesal pada pria itu semua nya lenyap saat dirinya menyadari jika hari itu bukan sepenuh nya salah sang papa.

"Iya pa." Terdengar saka mengiyakan perkataan pria itu seraya menganggukan kepala.

"Bagus kalau begitu."  Sahut bram seraya menepuk pelan bahu pria itu saat ini.

Ada semburat senyum yang terukir disudut bibir kedua nya. yang entaah mengartikan hal apa.

"Bagus apanya nih?." Sela sera menimpali obrolan kedua nya.

Kedua lelaki itu pun serempak menoleh lalu menegakan tubuh nya. Sera memicingkan mata nya saat melihat gelagat aneh yang kedua pria beda generasi itu tunjukan. Bram, sang papa terlihat berdeham pelan lalu saka pria itu kini tersenyum tipis menatap nya.

Mencurigakan, batin sera berbisik curiga

"Pa, mas. Ngobrolnya dilanjut nanti aja yam sekarang kita makan dulu." Ujar wanita itu setelah nya.

Bram beranjak lebih dahulu, dan mendudukan diri nya pada singasana nya. diikuti saka yang duduk bersebelahan dengan sera dimeja makan saat ini.

"Segini cukup?." Tanya desi, sang mama pada saka. Seraya menuangkan nasi pada piring milik pria itu.

"Cukup ma." Jawab saka terdengar canggung.

Obrolan pun dilanjut dengan intrupsi dari bram setelah nya.

"Gimana perusahaan ka?, semua berjalan baik?." Ujar bram membuka suara. Sera yang mendengar nya mengernyit binggung, kenapa papa baru bertanya itu sekarang? Lalu apa yang mereka bicarakan di ruang keluarga tadi?

Mencurigakan?, batin wanita itu berbisik curiga.

Saka mengangguk, "sejauh ini semua berjalan lancar pa, dan kita ngak nemuin masalah yang serius sampai saat ini."

"Bagus itu, maka dari itu kamu nya jangan suka males ka. kalau kerja harus semangat karna kamu ngak hanya nanggung beban perusahaan aja, tapi para staff yang berkerja sama kamu juga butuh nafkah untuk keluarganya."

Saka kembali mengangguk mengiyakan nasehat yang calon mertua nya itu katakan padanya. Namun, pertanyaan tak terduga yang bram lontarkan setelah nya membuat saka seketika diam tak bergeming, tak menyangka jika pria paruh baya itu akan menanyakan hal ini juga pada akhirnya.

"Saka." Panggil pria itu, saka mendongak membalas menatap bram saat ini. "Iya pa?."

"Soal hubungan kalian, kamu serius kan nak mengenai sera?." Tanya pria itu lembut namun penuh makna tak tersirat didalam nya. Tatapan mengunci pria paruh baya itu terlihat sangat menantikan jawaban pasti dari bibir saka saat ini.

Sera wanita itu tertegun, netra nya beralih menatap tajam sang papa saat ini, bahkan kini kaki wanita itu sudah menyenggol-nyenggol kaki sang papa. Agar pria itu tak melanjutkan pertanyaan nya.

"Saya serius pa." Jawab saka lugas, tanpa ada nya keraguan sedikit pun pada perkataan nya. Membuat bram menghela nafas lega setelah nya lalu menepuk-nepuk pelan pundak saka saat ini seraya tersenyum simpul.

"Baiklah, kalau begitu. Saya pegang kata-kata kamu sebagai pria. Tapi ingat tidak ada air mata kesedihan yang mengalir diwajah nya saat bersama mu nak. Cukup dahulu saja, sekarang jangan. Jadi kamu mengerti maksud papa kan."

***

"Ka omongan papa tadi ngak usah dipikirin ya."ujar sera saat keduanya mendudukan diri pada sebuah soffa yang ada disana.

"Ngak apa-apa ra, aku ngerti kok. Papa nanya itu bukan tanpa alasan, dia nanti nya akan melepaskan putri nya untuk menjalani kehidupan yang baru dengan pria lain. Dan juga papa ngak mau kamu nanti ya malah salah pilih pria yang ngak bisa bahagiain kamu sepenuhnya."

Sera tertegun, netra nya terkunci dalam tatapan lembut manik hitam pria itu saat ini. Rasa nya waktu berjalan sangat lambat setelah nya.

"Dan mengenai apa yang saya katakan pada papa mu tadi, itu semua benar ada nya. Aku serius sama kamu ra, aku mau kamu ada dalam jalan cerita ku. Bersamaku jadi bagian hidup ku selamanya."

Tak ada yang bersuara, hanya semilir angin sore yang terasa menerpa tubuh keduanya saat ini.
Namun, sebuah pelukan hangat yang wanita itu berikan setelah nya membuat saka tak bisa menyembunyikan senyum bahagia nya.

Pelukan itu pun bertahan hampir lima menit lama nya, sebelum akhirnya saka perlahan mengurai pelukan. namun, tetap membiarkan tangan wanita itu bertengger dipingang nya.

Tangan nya terulur menyelipkan anak rambut wanita itu dari di balik telinga nya. Lalu diam mengamati wajah sera saat ini. posisi sera yang mendongak membuat pria itu cukup leluasa menatap wajah wanita nya itu.

"Oh iya, tadi saat akan menuju kemari aku tanpa sengaja bertemu dengan adik mu agatha dan pacar nya. Sekeluar nya dari toko kue langganan mu itu."

"Terus?,"

"Yah dia awal nya memangilku dan bertanya aku hendak kemana, lalu aku menjawab jika hendak kerumah mu dan mengatakan kalau kau sedang enak badan. Dan berpesan kepadaku untuk menyampaikan maaf dan juga terimakasih padamu dan setelah nya kedua nya langsung pergi dari hadapan ku begitu saja."

Sera. wanita itu diam tertegun, tak mendengarkan sama sekali apa yang saka ucapkan setelah nya. Dipikiran nya saat ini adalah saat mendengar agatha tengah bersama kekasihnya saat ini. Yang artinya gavin, pria itu menepati janji nya padanya.

Tanpa sadar bibir nya kini mengulas senyuman tipis disudut bibir nya. Entahlah ada rasa kebahagiaan tersendiri pada dirinya saat mendapati fakta yang baru saja dirinya terima.

Gavin, pria itu tidak berubah. Masih gavin yang sama yang selalu menuruti apa perkataan nya.

***

Pria itu merasa semakin terpojok saat ini, tatapan mata yang menusuk nan tajam itu membuat nya tak bisa berkutik. Saat gadis berusia delapan tahun lebih muda dari nya tengah mendesak nya mengatakan suatu hal padanya.

"Yon gue serius kali ini, kasih tau gue semua nya!." Desak gadis tu, untuk kesekian kali nya

"Ngak ren, saya ngak bisa." Sahut pria itu masih dengan gaya formal nya, "Dion- ayolah jangan membuat ku kesal karna menunggumu berbicara."

Mata pria itu seketika membesar saat melihat sebuah benda berharga milik nya kini berada ditangan gadis itu.

Mati gue, batin nya memekik pasrah.








To Be Continued.
____________________

I Lay My Love On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang