Sepanjang perjalanan menuju kantin, tak henti-hentinya Lisa mengacungi jempol. Kehebatan Rara dalam mengghosting sudah tidak diragukan lagi. Terlebih aktingnya Yang seolah-olah jatuh cinta, sudah seperti artis pro dalam drama
"Gue ga nyangka Ra, gila lu hebat banget baperin anak orang" Ucap Imas
"Belajar darimana Lu ilmu kek gitu, gue kan pengen juga" Lisa ikut menyahut
"Yeh gue mah dari dulu udah pro masalah ghosting mengghosting mah, cuma kan dulu gue dibutakan cinta" Gaya Rara sombong sekali
"Yeh sombong. Tapi emang gue acungi jempol deh. Apalagi waktu liat si berondong mukanya kayak kepiting rebus, imut, jadi pengen ngarungin" Imas berkhayal dengan gemas
Plak. Lisa memukul kepala Imas, membuat kehaluannya hilang seketika
"Btw guys, kalian kekantin duluan aja. Gue mau ketoilet dulu"
"Mau aku temenin Ra?" Bela menawarkan diri
"Enggak deh . Ntar gue nyusul aja. Udah ya guys babay" Rara melambaikan tangannya dan berlalu pergi meninggalkan mereka
Untungnya saat ini toilet terlampau sepi, jadinya Rara tak perlu antri menunggu. Sebelum keluar, Rara merapikan rambut nya terlebih dahulu, sedikit memoleskan lipbalm agar bibirnya tak kering
"Perfect" Ucapnya didepan cermin toilet
Rara keluar dari toilet itu dengan senyum riang, ia masih terbayang dengan kejadian barusan Yang berhasil ngebaperin anak orang. Bahkan tak tanggung-tanggung, guru baru juga tak luput dari ghostingan Rara
Hehe jadi kangen pak Martin
Rara tersenyun kikuk, baru kali ini jantungnya berdebar karena orang lain, Dan itu karena guru ganteng Yang baru menjabat sebagai wali kelasnya.
Mungkin saja karena usia Martin Yang tak berbeda jauh dengan usia Rara dahulu, membuat jantungnya tak karuan. Tetapi jika mengingat usianya Yang baru, tentu saja Martin malah terlihat seperti om-om pedofil
"Ra"
Deg
Rara terdiam seketika. Suara itu suara yang sudah seminggu Rara hindari selama ini
"Ra"
Suara itu kian mendekat, entah bagaimana Rara tak bisa menggerakkn tubuhnya. Dirinya sekan kaku ditempat. Ia sangat ingin berlari, hatinya tak siap bertemu pemilik suara itu, tapi entah mengapa tubuhnya malah tak bisa dikondisikan
Kini pemilik suara itu sudah berada tepat didepan Rara. Wajahnya tampak lesu, tubuhnya kurus, matanya penuh lingkar hitam, rambutnya bahkan sangat berantakan. Ia menatap Rara dengan sendu, ekspresinya campur aduk, ada rasa penyesalan, kesedihan, kerinduan, kebahagiaan, semua bercampur jadi satu
"Maaf" Ucapnya dengan lirih. Rara masih diam, ia tak bisa berkata apa-apa lagi. Perasaannya juga sama, campur aduk. rara bahkan ingin sekali memeluk pria dihadapannya ini, tetapi hatinya tak siap. Mau bagaimanapun, pria ini ikut andil dalam luka Yang Rara rasakan
Pria itu terduduk lesu, raut wajahnya tak karuan. Ia bersimpuh dengan bertumpu pada kedua lututnya, tangannya memegang lengan Rara dengan lembut Dan erat
"Maaf Ra. Maafin abang" Pria itu adalah Bara
"Astaga . Abang bangun cepetan" Betapa terkejutnya Rara dengan apa Yang Bara lakukan kini. Ia berusaha menarik tubuh Bara agar segera berdiri. Hatinya sakit melihat Bara seperti itu
"Maaf. Abang ga bisa jadi kakak Yang baik but Rara. Abang bahkan ga tau kalau gara-gara abang, Rara jadi di bully. Maafin abang Ra. Maafin abang" Bara terus meracau, tanpa sadar air matanya sudah menetes. Bukan hanya tetesan kecil, tetapi ia bahkan menangis
KAMU SEDANG MEMBACA
THE STORY OF RARA (End Season 1)
Fantasy(Transmigrasi series 2) Ratna seorang wanita karir yang kehilangan keluarganya pada saat wisuda, yang memiliki hubungan dekat dengan abang kandungnya Dan rara seorang gadis berseragam SMA yang sangat dibutakan cinta, membenci keluarganya, terutama s...