55. PERTARUNGAN DUA SISI

88 10 0
                                    

Ada hal yang tidak dimengerti setiap orang, saat mereka mendengar kata tentang cinta. Sebuah kata kerja yang begitu mudah diartikan dalam rentetan susunan kata-kata indah. Kata-kata manis yang bisa membuat seseorang melayang-layang ke awan. Bagaikan wewangian bunga di tengah tumpukan bangkai. Bagaikan sebuah lilin kecil di tengah kegelapan. Kata yang menenangkan hati, dan membuat setiap orang bernafas lega dari gelapnya dunia. Tetapi kata cinta adalah sebuah kata kerja, dia tidak akan berarti jika tidak dilakukan.

"ANDREA !!" teriak Daniel lirih sambil menggedor pintu kaca pemisah antara dirinya dan perempuan yang dikasihnya. Bola matanya membesar melihat pemandangan horor yang berada tepat di depan kedua matanya. Tatapan yang sama ketika ia melihat lautan asap masuk ke dalam gudang 20 tahun yang lalu.

Daniel berjanji untuk membuat kejadian 20 tahun lalu tidak akan pernah terulang lagi. Tidak boleh ada seseorang mengorbankan diri untuknya lagi. Tetapi, hari ini semua berulang, layaknya takdir yang berputar, selalu menghantuinya. Sama seperti apa yang terjadi pada ibunya, jika hal buruk terjadi dengan Andrea, Daniel tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri.

"Hei, Daniel, dengarkan baik-baik," bisik Andrea sambil menatap wajah pria yang dicintainya. Kata-kata yang ingin diucapkannya mungkin adalah kesempatan terakhirnya. "Jangan hukum diri lo sendiri karena gue. Lo ga salah apa-apa, ini pilihan gue sendiri. Dan gue ga akan pernah menyesalinya."

"Andrea, gue mohon, keluar dari ruangan itu. Gue ga akan bisa hidup dengan rasa bersalah seperti ini. Gue ga bisa maafin diri gue sendiri, kalau terjadi sesuatu sama lo. Please, buka! Buka, Dea, BUKA! " ancam Daniel lirih.

Andrea menggelengkan kepala. "Tidak," jawabnya lirih.

"Buka, Dea. Atau gue pecahin kacanya"

"Daniel, jangan bertingkah. Kalau sampai nyamuk-nyamuk ini keluar dari ruangan kecil ini, gue ga akan pernah maafin lo!"

"Tapi kenapa? Kenapa? Kenapa lo lakuin ini semua?" tanya Daniel sambil berurai air mata.

"Karena gue mencintai lo."

Kata-kata terakhir dari mulut Andrea membuat jantung Daniel berdebar semakin kencang. Kata-kata itu seharusnya membuatnya terbang di atas awan, tapi dengan situasi serba kacau seperti ini, ungkapan perasaan Andrea hanya menimbulkan luka hati tergores semakin dalam.

"Andrea, gimana gue bisa hidup kalau lo ga ada? Cepat buka pintunya! Kumohon Andrea buka pintunya!"

Andrea menatap pria di balik pintu kaca itu, ia tersenyum walaupun matanya meneteskan air mata. Mulutnya bergetar, ia membisikkan sebuah kata. Tebalnya kaca pemisah menghalangi lebutnya perkataan perempuan itu, tapi Daniel menangkap sangat jelas apa yang dikatakan Andrea. "Semua akan baik-baik saja," kata-kata yang sama yang dikatakan ibunya di dalam kejadian tragis itu.

Andrea segera berbalik dan mulai mengebaskan raket listriknya dan membunuh nyamuk-nyamuk kecil di hadapannya. Puluhan nyamuk mulai beterbangan mendekati Andrea. Aroma tubuhnya membawa para vampir-vampir betina untuk menghisap darahnya secara paksa. Hanya satu gigitan saja, maka habislah riwayat Andrea. Akan tapi sesungguhnya penghisap darah kecil itu tidak tahu, siapa yang berada di dalam ruang itu. Seseorang yang seumur hidupnya telah didedikasikan untuk menghacurkan hidup serangga-serangga menyebalkan itu.

Dengan segera Andrea memainkan permainannya. Permainan yang sejak dahulu sudah dimainkannya. Permainan yang hanya tercipta untuk orang sepertinya. Dengan sigap ia memutar alat kebanggaannya membakar tubuh kecil serangga malang itu, satu persatu hingga berjatuhan ke lantai.

"TEK...TEREKKKTEK...TEK...TEK...," suara sambaran raket listrik yang sangat mematikan bergaung dengan sempurna, bersamaan dengan kilatan-kilatan listrik serta asap dari hantaman nyamuk-nyamuk kecil itu dengan kematian. Putaran tangannya sempurna, dan hampir tidak ada pergerakan yang sia-sia.

PENGHISAP DARAH SLAYERWhere stories live. Discover now